Arla kini tengah berbaring di atas tempat tidur memandang langit-langit kamarnya sambil mengingat perdebatan tadi siang bersama Satria.
Giginya yang putih bersih bermeletuk menahan kesal pada Satria karena kalah berdebat, akhirnya Arla harus menerima tawaran dari mantan kekasihnya itu untuk menjadi pembantu di rumah kediaman keluarga Sanjaya.
"Memang benar-benar kau Satria! Kau memang menyebalkan!" teriak Arla.
Di balik itu semua, Arla juga terpaksa harus menerima pekerjaan yang jauh lebih rendah dari sebelumnya. Dia sangat membutuhkan uang untuk biaya sekolah adiknya serta biaya kebutuhan kedua orang tuanya di kampung yang selalu tak pernah cukup untuk meminta uang padanya. Mereka tak jarang berhutang pada tetangga, meski Arla sudah memberi jatah bulanan yang cukup. Begitu borosnya kehidupan kedua orang tua Arla yang memeras uang nya hanya untuk senang-senang saja.
Dia sebisa mungkin akan tetap bekerja untuk menghidupi keluarganya.
Drt..drt...
Suara panggilan masuk dari Handphone membuat Arla bangkit mengambil Handphone yang tergeletak di atas tempat tidur.
"Hallo!" Arla meninggikan suaranya.
Si penelpon disebrang sana menjauhkan Hndphone dari telinganya karena suara Arla terlalu keras.
"Aku bukan sedang berada di dalam sumur, jadi, bicara yang biasa saja, tidak usah teriak!" ucap Satria kesal.
"Kau sendiri yang salah menelpon orang malam-malam, gak ingat waktu!" jawab Arla juga kesal.
"Datang kesini sekarang juga!" perintah Satria lalu menutup telpon.
Tut..tut..tut..
"Astaga! Dasar penindas!" ujar Arla sambil membanting Hndphonenya.
Dengan menggunakan jasa ojek online, Arla datang ke kediaman yang dimaksud Satria. Sejenak dia berdiri sambil menyapu pandangannya pada rumah mewah nan megah bernuansa Eropa di depannya.
"Permisi Pak, apa benar, ini rumah kediaman Keluarga Sanjaya?" tanya Arla pada seorang satpam yang berdiri di balik gerbang.
"Ini rumah Pak Satria, bukan rumah Keluarga Sanjaya! Siapa kamu? Ada keperluan apa datang kesini?" satpam dengan perawakan tegap itu bertanya dengan wajah menyeramkan.
"Saya di suruh Pak Satria untuk datang ke tempat ini, dan saya....,"
"Oh, kamu ini yang namanya Juminten toh? O, iya-iya, saya ingat, tadi Pak Satria juga berpesan pada saya jika ada seorang perempuan mencarinya bisa langsung dipersilahkan masuk saja, dia juga menyebut nama kamu Juminten kan?" jelas satpam itu yang membuat dada Arla bergemuruh menahan amarah.
"Kurang ajar si Satria! Seenaknya ganti nama orang!" ujar batin Arla kesal.
Arla tak ingin menjawab, dia masuk setelah dipersilahkan. Benar-benar bangunan yang sangat megah dan indah, mata Arla tak lepas memandang ke seluruh penjuru ruangan yang luas itu.
BRAK!!
Tak sengaja dia menabrak tubuh kekar seseorang yang baunya sudah tidak asing lagi. Arla mendongak untuk memandang pemilik tubuh itu.
Ternyata dia menabrak Satria.
"Ikut aku!" tanpa basa-basi Satria menarik tangan Arla, menyeretnya ke sebuah ruangan, mengunci pintu lalu mengecup bibir gadis itu.
Mendapat perlakuan seperti itu Arla tak terima, dia merasa terhina dengan kelakuan Satria yang kurang ajar.
PLAK!!!
Arla menampar keras pipi Satria yang malah meyeringai.
"Apa kau ingin mendapat pelayanan terbaik lagi dariku?" tanya Satria yang terlihat tidak wajar.
Arla mundur beberapa langkah dengan rasa takut yang menyelimutinya.
"Jangan Satria! Aku mohon, jangan pernah lakukan itu lagi!" mohon Arla sambil mengangkat tangannya memohon ampun.
"Layani aku sekarang juga Arla, aku mohon, aku sudah tidak tahan lagi!" Satria berjalan cepat, mendorong tubuh Arla ke atas ranjang lalu menindihnya.
Arla berontak mendapat perlakuan seperti itu, dia menangis karena Satria kini sudah semakin ganas menyentuhnya.
Tak peduli dengan berontakkan itu, Satria tetap melakukan aksi kejinya pada Arla. Ingin sekali Arla melawannya, tapi tenaganya tak mampu lagi untuk mendorong tubuh Satria yang menindihnya.
Akhirnya Satria kembali melakukan pergulatan panasnya kepada Arla yang hanya menangis mendapatkan perlakuan buruk itu.
"Maafkan aku Arla," ucap Satria yang kini merasa sudah sadar atas apa yang telah dialakukan.
"Jangan mendekat! Pergi kau bajingan!" teriak Arla sambil menangis.
Satria tak mengetahui jika sebelumnya Khalisa telah membubuhkan satu pil obat perangsang ke dalam secangkir kopi latte miliknya. Dengan berniat ingin disentuh oleh Satria tanpa memintanya terlebih dahulu, Khalisa sengaja membubuhkan pil itu ke dalam secangkir kopi agar Satria tak mengetahuinya.
Sementara, tiba-tiba saja Khalisa mendapatkan panggillan telpon dari seseorang yang memintanya segera menemui orang itu.
Karena sudah tak tahan dengan gejolak efek dari obat itu, dengan terpaksa Satria menelpon Arla, memintanya segera datang untuk memuaskan nafsunya kembali.
"Aku..maaf, Arla, aku benar-benar tidak bisa mengendalikan semuanya," ucap Satria lagi ingin mendekat, tapi tangannya urung.
Arla terus saja menangis meratapi nasibnya yang kini bukannya dipekerjakan sebagai pembantu, tapi malah dijadikan budak pemuas nafsu saja oleh Satria. Hatinya hancur berkeping-keping, dengan sejuta rasa sesal juga bercampur benci pada orang yang sudah dua kali merenggut kesuciannya.
Tok
Tok
Tok
Satria!" panggil Khalisa yang sudah kembali.
"I-iya, sebentar!" Satria kebingungan karena kini Arla tengah berada di kamar mereka.
Dia bingung harus berbuat apa, untuk berbicara pada Arla saja membuatnya ragu.
"Tolong kau sembunyi dulu di bawah ranjang Arla," ucap Satria.
"Satria! Kenapa mengunci pintu? Kenapa lama sekali buka pintunya?!" Khalisa mengedor-gedor pintu dengan keras.
"Iya!" jawab Satria sambil menoleh ke arah Arla yang menuruti permintaannya.
Sebelum membuka pintu, Satria melilitkan handuk terlebih dahulu, lalu mengambil bedcover baru dari lemari.
Cklek!
Pintu terbuka lebar menampakkan Khalisa yang berpakaian seksi kini berjalan melewati suaminya. Satria duduk di tepi ranjang, sambil membuka bedcover itu untuk menutupi bawah ranjang karena takut persembunyian Arla diketahui oleh istrinya.
"Satria, aku ingin bicara sesuatu padamu," ucap Khalisa sambil membuka anting yang baru saja digunakan, lalu menaruhnya.
"Bicara apa?" tanya Satria.
"Aku ingin kita menikah sungguhan!" pinta Khalisa membalikkan tubuhnya yang tengah duduk ke hadapan Satria.
"Selama ini kita memang menikah sungguhan kan?" jawab Satria yang tidak ingin rahasianya diketahui oleh Arla.
"Aku ingin...,"
Cup!
Dengan terpaksa Satria mengecup bibir Khalisa agar istrinya itu berhenti bicara. Untuk pertama kalinya, dia menyentuh bibir Khalisa yang merasakan sensasi kehangatan dalam diri suaminya yang selama ini tidak pernah didapatkan.
Khalisa sudah mencintai Satria selama lima bulan lamanya. Dia berusaha mencari perhatian agar Satria segera menyentuhnya, membuang semua perjanjian pra nikah yang sudah mereka tandatangani bersama.
Tapi sayang, Satria masih saja tidak ingin menyentuhnya sama sekali meski sekalipun Khalisa menggodanya dengan berpakaian seksi karena dia masih teringat akan janji juga rasa cintanya terhadap Arla.
"Ayok kita lakukan sekarang!" ajak Khalisa pada Satria.
"Maksudmu?" tanya Satria pura-pura polos.
"Apalagi Satria, aku menginginkanmu! Sudah lama aku....,"
"Jangan sekarang Khalisa, lebih baik kita berenang terlebih dahulu untuk pemanasan, oke?" kata Satria beralasan.
Khalisa tersenyum, tapi dia juga heran sekali. Kenapa efek dari perangsang itu belum muncul juga? Apa karena pilnya hanya satu? pikirnya.
Setelah mengetahui keduanya sudah pergi, Arla segera memakai kembali pakaiannya. Berjalan cepat, tapi saat dia membuka pintu, Khalisa sudah ada di depan mata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments