Di PHK

Aku yang seharusnya berkata seperti itu! Jangan kau beritahu kepada siapapun kejadian semalam, apalagi kepada istriku!" kata Satria agak lantang memperingatkan Arla.

Sebuah belati tajam bagai mengiris hatinya, kala mendengar kata terakhir yang diucapkan Satria. Satria seolah berkata begitu menyayangi istrinya, dan lagi, satu tahun yang lalu ketika dia memutuskn untuk meninggalkan Arla kembali melintas dalam pikiran gadis itu. Tak ingin berlama lagi, Arla segera pergi, membating pintu dengan keras.

"Kau memang masih cantik seperti dulu Arla," ucap Satria yang memandag ke arah pintu.

****************

Arla sudah berada dikantor tempatnya bekerja. Dia melamun karena kejadian semalam cukup menguras pikirannya, dan lagi rasa nyeri pada bagian bawahnya membuatnya merasa tak nyaman.

"Woi!"

Seorang perempuan berrambut merah ati menepuk bahu Arla membuatnya terkejut.

"Ranti! Lo ya, bikin gue kaget aja!" ujar Arla kesal.

"Ngapain sih lo jam segini ngelamun, masih pagi tahu gak sih?" kata Ranti yang kini duduk di atas meja Arla.

"Emangnya melamun tuh harus jam berapa? Harus siang atau sore gitu?" tanya Arla.

"Ngapain kalian masih disini? Cepat turun ke bawah untuk menyambut Direktur baru yang akan datang sebentar lagi!" kata seorang laki-laki pada keduanya.

"Baik, Pak!" jawab Arla dan Ranti bersamaan.

Mereka turun ke lantai bawah bersamaan untuk menyambut kedatangan seseorang yang katanya akan menjadi Direktur baru perusahaan.

Terlihat semua karyawan sudah berjejer rapih berbaris, lalu Arla masuk ke bagian paling depan karena tubuhnya yang kurang tinggi.

Sebuah mobil mewah sudah terparkir, semua mata tertuju pada seorang wanita cantik berkacamata hitam dengan tubuhnya yang ramping bak model profesional, berjalan angkuh menenteng sebuah tas kecil bermerk  ke hadapan para karyawan dan staf perusahaan.

Semua orang mengangguk hormat padanya yang hanya tersenyum bangga lalu pergi menuju ruangannya.

Setelahnya beberapa orang berbisik membicarakan keangkuhan wanita itu.

"Jadi dia, Direktur baru diperusahaan ini? Sombong banget ya!" 

"Katanya dia itu anaknya Pak Radit Sanjaya, satu-satunya pewaris perusahaan ini!"

"Ngarang lo! Perusahaan ini bakal dipimpin oleh menantu Pak Radit, namanya Pak Satria!" 

Mata Arla membelalak kala mendengar nama Satria di telinganya.

"Kenapa lo La?!" tanya Ranti yang merasa heran pada Sahabatnya.

"Enggak, gue gak papa kok," jawab Arla lalu segera pergi.

"Aku yakin, dia Satria lain, bukan mantanku, mungkin Satria baja hitam kali!" Arla berbicara sendiri saat memasuki lift.

Dia tidak ingin berpikir apapun lagi tentang Satria. Kejadian semalam cukup menguras otak dan juga tubuhnya yang kini seakan tak bersemangat bagai sudah melakukan aktivitas berat.

Saat lift akan tertutup, sebuah tangan menahannya. Arla memandang siapa pemilik tangan itu.

"Satria!" Matanya membulat sempurna saat melihat pria yang kini berada di depannya itu adalah Satria mantannya, bukan Satria baja hitam.

Satria tidak sendiri, dia di dampingi oleh seorang laki-laki berkaca mata asisten pribadinya yang bernama Andi. Sesekali mereka saling berlirikkan mengingat kejadian semalam adalah hal yang sangat memalukan bagi Arla.

Satria tersenyum melihat Arla salah tingkah karena tatapan mautnya. Dia mengedipkan mata nakal pada Arla membuat wanita itu bergidik ngeri.

Satria memang terkenal dengan kelakuannya yang tengil. Karena itulah dia mudah bergaul dan banyak di sukai oleh para kaum hawa. Tak jarang Arla selalu cemburu di buatnya saat mereka masih menjalin hubungan dahulu.

Pintu lift sudah terbuka, membuat Arla bernafas lega seolah baru saja keluar dari penjara. Dia berlari terburu-buru membuat Satria tersenyum, berbeda dengan Andi, dia mengernyitkan dahi melihat kelakuan karyawan perusahaan yang tidak sopan saat bertemu dengan atasannya.

"Aneh banget, gak nyapa, gak hormat, malah kabur gitu aja!" celetuk Andi.

"Mungkin dia kebelet wkwkwkw..!" jawab Satria sambil tertawa.

Dia berjalan menuju ruangan Direktur karena di sana sudah terdapat Khalisa yang sudah lebih dulu masuk ke dalam ruangan kerjanya.

Sedangkan Andi tak berani memasuki ruangan itu, karena dia menjaga privasi mereka. Dia lebih memilih menunggu di luar ruangan.

Satria dan istrinya yang bernama Khalisa sudah berada di ruangan yang sama. Mereka hanya berdiam diri saling memandang tanpa berbicara.

"Satria,"

"Khalisa,"

Bersamaan keduanya saling memanggil, lalu saling menuduh untuk berbicara duluan.

"Kau saja dulu!" kata Satria mengalah.

"Kita akan mengadakan PHK karyawan karena perusahaan sudah tidak mampu menampung karyawan lagi karena kerugian besar kemarin, apalagi karyawan tidak penting seperti mantanmu itu!" kata Khalisa yang menampakkan wajah tak suka.

"Iya," jawab Satria singkat.

"Iya? Cuma satu kata?" tanya Khalisa.

"Terus, harus berapa kata?" tanya Satria memancing emosi.

"PHK mantanmu yang tidak berguna itu sebagai karyawan! Ganti jabatannya menjadi Office Girl kalau masih mau kerja di perusahaan ini!" kata Khalisa, lalu setelahnya dia pergi entah kemana.

"Baru aja di beritahu mantanku kerja disini sudah marah, apalagi kalau kau tahu kejadian semalam Khalisa, bisa habis Arla di buatmu!" ujar Satria.

*******

Selesai bekerja, Arla dipanggil ke ruangan Direktur oleh atasannya, dia menurut, lalu masuk ke ruangan yang hanya ada Satria disana. 

"Duduk!" perintah Satria pada Arla.

Arla duduk dengan matanya yang sesekali melirik pada Satria. Hatinya bertanya-tanya, apa maksud Satria memanggilnya ke ruangan? Apa ingin membicarakan hal semalam? Pikir Arla.

"Kalau ingin membicarakan hal semalam, aku tidak ingin membicarakannya di....," 

"Hahaha...kau masih mengingatnya Arla, aku tidak ingin membicarakan hal itu, aku hanya ingin memberikanmu penawaran saja, Hari ini kau di PHK! Tapi kau masih bisa menerima tawaranku jika mau," jelas Satria.

"Apa?! Kenapa aku tiba-tiba di PHK? Apa kesalahanku?" protes Arla yang tidak merasa ada kesalahan apapun dalam bekerja.

"Kau tidak boleh protes! Hari ini kau di PHK dan kau bisa menerima tawaranku jika mau, tawaranku adalah, kau mau memilih untuk di PHK dan tidak bekerja sama sekali, atau menjadi pembantu di rumah kami?" kata Satria yang membuat Arla kembali membulatkan matanya.

"Apa?!"

"Terserah kau saja!"

"Satria! Dasar kau, selain bajingan kau juga suka sekali menindas orang lain!" kata Arla kesal, lalu bangkit.

"Ayah mertuaku yang mempunyai perusahaan ini, dan untuk sementara waktu, aku yang akan memegang kendali, kau hanya karyawan, dan hanya sebatas karyawan, jangan protes!" tegas Satria menajamkan matanya pada Arla.

Di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, betapa iba dan sakitnya perasaan Satria saat ini yang harus melakukan hal itu pada Arla. Ya, Satria masih menyimpan rasa cinta pada Arla, cinta pertamanya. 

Pernikahannya dengan Khalisa hanya sebatas pernikahan status saja, tanpa ada rasa cinta, juga tanpa pernah saling bersentuhan layaknya sepasang suami istri pada umumnya.

"Lebih baik aku mencari pekerjaan lain, dari pada harus bekerja di rumahmu!" ujar Arla sambil berlalu pergi dengan amarahnya.

"Pergi saja jika kau ingin kejadian semalam tersebar!" ancam Satria pada Arla yang mendadak berhenti melangkah.

Deg!

Jantung Arla berdebar hebat, kenapa harus dia yang kini merasa khawatir akan tersebarnya kejadian semalam? Bukankah yang seharusnya terancam adalah Satria?

Arla bukanlah seseorang yang jahat yang bisa bahagia diatas penderitaan orang lain meski dia pernah sakit hati oleh Satria dan juga Khalisa atas pernikahan mereka. Dia tidak bisa membayangkan jika Khalisa tahu kejadian semalam. 

"Jangan pernah mencampurkan masalah pribadi dengan pekerjaan! Kau seharusnya yang akan terancam jika kejadian semalam tersebar luas!" jawab Arla membalikkan badannya.

*********

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!