Bab 2 Keputusan

"Sudah ingat kamu, Mas?" tanya Kirana membuyarkan lamunan Hendrik.

"Bagaimana aku bisa tau kalau itu anakku atau bukan?" sahut Hendrik santai.

Plak!

Satu tamparan keras mendarat ke pipi Hendrik.

"Kamu kira aku perempuan murahan? Yang biasa tidur dengan beberapa laki-laki? Serendah itu ternyata kamu menilai aku? Aku akui, kalau aku memang miskin, dan aku juga nggak secantik perempuan di luar sana. Tapi aku punya harga diri!" cecar Kirana penuh emosi.

"Kita sudah hampir dua bulan nggak ketemu, lalu sekarang kamu tiba-tiba datang dan bilang sedang hamil anakku. Bisa aja kan selama hampir 2 bulan belakangan ini kamu juga sudah tidur dengan laki-laki lain? Lalu kamu datang padaku dengan mengatakan kalau kamu hamil anakku?" sinis Hendrik.

"Andai aku nggak hamil anak kamu, aku juga nggak mau bertemu dengan kamu! Aku datang kesini juga terpaksa! Kalau kamu masih nggak percaya jika sekarang aku hamik anak kamu, aku siap jika harus tes DNA nantinya!" bentak Kirana dengan mata melotot.

"Tapi aku nggak cinta sama kamu, Ran. Aku nggak mungkin menikah dengan perempuan yang nggak aku cinta. Sedikitpun kamu bukan tipe perempuan yang ingin aku jadikan istri," tolak Hendrik.

Degh.

Kalimat itu mampu membuat Kirana merasa terhina.

"Tapi aku sekarang sedang hamil anak kamu, Mas. Aku nggak mungkin mengugurkannya. Aku nggak mau menambah dosa lagi," bantah Kirana cepat dengan berlinang air mata.

"Beri aku waktu satu minggu. Nanti akan aku kabarin kamu lagi, bagaimana solusinya," lalu Hendrik berjalan membuka pintu apartemennya.

Kirana yang sadar telah di usir oleh Hendrik secara halus pun segera melangkah ke arah pintu.

"Aku harap kamu bisa bersikap dewasa. Aku tau kamu orang baik," ucap Kirana sebelum ia benar-benar melangkah keluar.

Di dalam kamar kos, Kirana segera merebahkan diri di atas tempat tidurnya. Pikirannya kali ini benar-benar kacau.

Di satu sisi dia bahagia, karena akan menikah dengan Hendrik. Apalagi ia telah mengandung anak Hendrik. Tetapi di sisi lain, dia sedih karena ternyata Hendrik hingga kini belum juga punya perasaan yang sama dengannya.

"Perempuan seperti apa sih Mas yang bisa membuatmu jatuh cinta? Apakah aku harus merubah diriku seperti perempuan yang kamu suka itu?" Kirana berucap dalam hati.

tok

tok

tok

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar kos nya.

"Sintya? Kok tumben kamu mau datang ke kos ku? Aku pikir kamu sudah nggak mau datang lagi kesini," ujar Kirana lalu mempersilahkan Sintya masuk.

"Iya terpaksa, karena ada sesuatu yang mau aku tanyakan."

"Kok nggak lewat pesan singkat aja, Sin? Kan biasanya jam segini kamu selalu sibuk kerja di toko papamu?"

"Apa benar kamu sekarang sedang hamil anaknya Mas Hendrik?" tanya Sintya dengan tatapan tak suka.

"Kamu tau darimana? Kok kamu bisa kenal sama Mas Hendrik juga?" Kirana justru bertanya balik. Karena selama ini yang Kirana tau, Sintya dan Hendrik tak saling kenal. Bahkan berita soal kehamilannya pun ia belum memberitahu siapa-siapa selain Hendrik.

"Jawab aja pertanyaanku, Ran!" kali ini Sintya berbicara dengan lantang.

"Iya, aku hamil anak Mas Hendrik," sahut Kirana pasrah. "Tapi kamu tau ini semua dari mana, Sin? Kamu juga kenal dengan Mas Hendrik?" tanya Kirana penasaran.

"Aku dan Mas Hendrik adalah sepasang kekasih! Tapi justru kamu menghancurkan hubungan kami saat ini, Ran!" teriak Sintya sambil mendorong tubuh Kirana.

"APA?" mata Kirana membulat sempurna.

"Sejak kapan kalian menjadi sepasang kekasih? Kenapa kamu nggak cerita sama aku, Sin? Kita sudah lama bersahabat, tapi kamu malah menyembunyikan soal ini?" cecar Kirana.

"Aku tau Ran kalau kamu juga suka sama Mas Hendrik. Makanya aku nggak kasih tau kamu kalau kita sudah pacaran. Itu semua demi menjaga perasaanmu. Tapi tadi Mas Hendrik ngabarin aku kalau kamu datang ke apartemennya dan mengaku telah hamil anaknya."

"Aku minta sekarang lebih baik kamu gugurkan kandunganmu itu. Aku bakal beri apapun yang kamu mau, asal jangan rebut Mas Hendrik dariku!" sambung Sintya lagi.

"Sin, bukannya aku nggak menghargai kamu. Tapi tolong posisikan jika kamu saat ini ada di posisiku. Apakah kamu tega jika harus membunuh janin yang tak berdosa?" isak Kirana sambil memegang perutnya.

"Persetan dengan janin itu! Kalau kamu masih ngotot mau mempertahankan janin itu, jangan salahkan aku jika nanti rumah tanggamu dengan Mas Hendrik berantakan! Karena kalian menikah bukan atas dasar saling cinta!"

"Tega kamu, Sin. Aku juga nggak mau kok Sin merebut Mas Hendrik dari kamu. Apalagi kamu adalah sahabatku."

"Kalau kamu anggep aku sahabat, gugurin janin itu. Ayo aku antar kamu cari tukang urut yang bisa bantu kamu buat gugurin kandungan!" Sintya menarik kasar tangan Kirana.

Dengan cepat Kirana segerw menepis tangan Sintya.

"Aku nggak mau, Sin! Aku tetap mau mempertahankan janin ini. Lagipula kemana kamu saat itu? Andai yang menolong Mas Hendrik malam itu adalah kamu, aku nggak bakal ganggu hubungan kalian."

"Bukan urusan kamu malam itu aku kemana!"

"Okeh, berarti mulai sekarang kita sudah bukan sahabat lagi! Dan ingat janjiku, aku bakal rusak rumah tanggamu nanti! Karena Mas Hendrik hanya cinta sama aku!" imbuh Sintya sebelum ia keluar dari kamar kos Kirana.

"Ya Tuhan, ternyata selama ini Mas Hendrik mencintai sahabatku sendiri. Tapi kenapa di antara mereka tak ada yang memberitahuku?" ratap Kirana.

Satu minggu kemudian, sesuai dengan janjinya, Hendrik kembali menghubungi Kirana.

[Temui aku di cafe yang dekat dengan tempat kerjamu sekarang juga.] pesan dari Hendrik.

[Baik.] balas Kirana.

Kebetulan hari ini adalah hari libur kerja, jadi Kirana punya banyak waktu.

Cukup menempuh perjalanan selama lima belas menit, Kirana akhirnya sampai di cafe yang Hendrik maksud. Kirana segera membuka pintu cafe dan mencari keberadaan Hendrik. Ternyata disana Hendrik telah menunggunya sambil memainkan ponsel.

"Maaf kalau sudah menunggu lama," Kirana berbasa-basi.

"Duduklah!" Hendrik menunjuk kursi yang ada di hadapannya.

"Aku sudah ambil keputusan, kita akan menikah secepatnya. Karena kedua orangtuaku pun sudah lama menginginkan aku menikah dan segera memiliki anak. Tapi dengan syarat, ...." Hendrik tak melanjutkan kalimatnya.

"Syarat? Apakah harus ada syarat itu?" Kirana mengerutkan keningnya.

"Ya! Itupun jika kamu mau aku bertanggung jawab atas kehamilanmu itu," sahut Hendrik dengan wajah datar.

"Apa itu syaratnya?" tantang Kirana.

"Setelah anak itu lahir, aku mau kamu melakukan tes DNA. Jika hasilnya tidak cocok maka aku akan ceraikan kamu. Tapi jika hasilnya cocok, maka aku akan siap menerima kalian berdua meskipun aku nggak pernah cinta sedikitpun sama kamu."

"Aku setuju." Kirana yakin jika hasilnya nanti pasti akan cocok. Dan Kirana juga yakin jika suatu saat nanti Hendrik akan mencintainya.

Seperti pepatah jawa yang mengatakan cinta karena terbiasa bersama.

"Mas, boleh aku tanya sesuatu?"

Hendrik menganggukan kepala.

"Apakah kamu dan Sintya ada hubungan?" tanya Kirana hati-hati.

"Nggak ada. Kita hanya sebatas teman, sama seperti aku dan kamu."

"Tapi kenapa Sintya bilang kalau kalian ada hubungan spesial? Bahkan dia juga memintaku untuk mengugurkan kandungan ini." sahut Kirana.

"Aku dan Sintya nggak akan pernah bisa bersatu sampai kapanpun."

"Jadi, ...."

"Sintya bohong sama kamu. Memang beberapa bulan lalu dia pernah menyatakan cintanya padaku. Tapi aku tolak, karena dia juga bukan tipeku."

"Kamu kenal Sintya darimana?"

"Sepertinya pertanyaanmu itu nggak terlalu penting buat di tanyakan."

Kirana memilih diam setelahnya. Karena memang benar yang Hendrik katakan barusan.

"Baiklah, karena semua sudah jelas. Aku mau menghubungi kedua orangtuaku dulu. Lusa kita bahas lagi masalah pernikahan kita," lalu Hendrik bangkit dari kursinya meninggalkan Kirana yang masih duduk disana.

Namun saat Kirana akan berdiri juga, tiba-tiba ada yang menahan bahunya untuk tetap duduk di kursinya.

Episodes
1 Bab 1 Hilangnya kesucianku
2 Bab 2 Keputusan
3 Bab 3 Tidak Setuju.
4 Bab 4 Aku Mencintainya.
5 Bab 5. Baju Bekas.
6 Bab 6. Fitting Gaun Pengantin.
7 Ban 7. Pelit Atau Irit
8 Bab 8. Siapa dia?
9 Bab 9. Aku Atau Dia
10 Bab 10. Merubah Penampilan.
11 Bab 11. Bahagia
12 Bab 12. Ada Saja Masalah.
13 Bab 13.
14 Bab 14. Resmi.
15 Bab 15. Mama Mertua.
16 Bab 16. Adik Ipar Benalu
17 Bab 17. Kecewa
18 Bab 18. Curiga.
19 bab 19.
20 Bab 20.
21 Bab 21.
22 Bab 22.
23 Bab 23.
24 Bab 24.
25 Bab 25.
26 Bab 26.
27 Bab 27.
28 Bab 28.
29 Bab 29.
30 Bab 30.
31 Bab 31.
32 Bab 32.
33 Bab 33.
34 Bab 34.
35 Bab 35.
36 Bab 36.
37 Bab 37.
38 Bab 38.
39 Bab 39.
40 Bab 40.
41 Bab 41.
42 Bab 42.
43 Bab 43.
44 Bab 44.
45 Bab 45.
46 Bab 46.
47 Bab 47.
48 Bab 48.
49 Bab 49.
50 Bab 50.
51 Bab 51.
52 Bab 52.
53 Bab 53.
54 Bab 54.
55 Bab 55.
56 Bab 56.
57 Bab 57.
58 Bab 58.
59 Bab 59.
60 Bab 60.
61 Bab 61.
62 Bab 62.
63 Bab 63.
64 Bab 64.
65 Bab 65.
66 Bab 66.
67 Bab 67.
68 Bab 68.
69 Bab 69.
70 Bab 70.
71 Bab 71.
72 Bab 72.
73 Bab 73.
74 Bab 74.
75 Bab 75.
76 Bab 76.
77 Bab 77.
78 Bab 78.
79 Bab 79.
80 Bab 80.
81 Bab 81.
82 Bab 82.
83 Bab 83.
84 Bab 84.
85 Bab 85.
86 Bab 86.
87 Bab 87.
88 Bab 88.
89 Bab 89.
90 Bab 90.
91 Bab 91.
92 Bab 92.
93 Bab 93.
94 Bab 94.
95 Bab 95.
96 Bab 96.
97 Bab 97.
98 Bab 98.
99 Bab 99.
100 Bab 100.
101 Bab 101.
102 Bab 102.
103 Bab 103.
104 Bab 104.
105 Bab 105.
106 Bab 106.
107 Bab 107.
108 Bab 108.
109 Bab 109.
110 Bab 110.
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Bab 1 Hilangnya kesucianku
2
Bab 2 Keputusan
3
Bab 3 Tidak Setuju.
4
Bab 4 Aku Mencintainya.
5
Bab 5. Baju Bekas.
6
Bab 6. Fitting Gaun Pengantin.
7
Ban 7. Pelit Atau Irit
8
Bab 8. Siapa dia?
9
Bab 9. Aku Atau Dia
10
Bab 10. Merubah Penampilan.
11
Bab 11. Bahagia
12
Bab 12. Ada Saja Masalah.
13
Bab 13.
14
Bab 14. Resmi.
15
Bab 15. Mama Mertua.
16
Bab 16. Adik Ipar Benalu
17
Bab 17. Kecewa
18
Bab 18. Curiga.
19
bab 19.
20
Bab 20.
21
Bab 21.
22
Bab 22.
23
Bab 23.
24
Bab 24.
25
Bab 25.
26
Bab 26.
27
Bab 27.
28
Bab 28.
29
Bab 29.
30
Bab 30.
31
Bab 31.
32
Bab 32.
33
Bab 33.
34
Bab 34.
35
Bab 35.
36
Bab 36.
37
Bab 37.
38
Bab 38.
39
Bab 39.
40
Bab 40.
41
Bab 41.
42
Bab 42.
43
Bab 43.
44
Bab 44.
45
Bab 45.
46
Bab 46.
47
Bab 47.
48
Bab 48.
49
Bab 49.
50
Bab 50.
51
Bab 51.
52
Bab 52.
53
Bab 53.
54
Bab 54.
55
Bab 55.
56
Bab 56.
57
Bab 57.
58
Bab 58.
59
Bab 59.
60
Bab 60.
61
Bab 61.
62
Bab 62.
63
Bab 63.
64
Bab 64.
65
Bab 65.
66
Bab 66.
67
Bab 67.
68
Bab 68.
69
Bab 69.
70
Bab 70.
71
Bab 71.
72
Bab 72.
73
Bab 73.
74
Bab 74.
75
Bab 75.
76
Bab 76.
77
Bab 77.
78
Bab 78.
79
Bab 79.
80
Bab 80.
81
Bab 81.
82
Bab 82.
83
Bab 83.
84
Bab 84.
85
Bab 85.
86
Bab 86.
87
Bab 87.
88
Bab 88.
89
Bab 89.
90
Bab 90.
91
Bab 91.
92
Bab 92.
93
Bab 93.
94
Bab 94.
95
Bab 95.
96
Bab 96.
97
Bab 97.
98
Bab 98.
99
Bab 99.
100
Bab 100.
101
Bab 101.
102
Bab 102.
103
Bab 103.
104
Bab 104.
105
Bab 105.
106
Bab 106.
107
Bab 107.
108
Bab 108.
109
Bab 109.
110
Bab 110.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!