Memory Of Love

Memory Of Love

Part 1

Setitik cahaya yang semakin lama kian meluas, merangsang retina di bola matanya sampai maksimal, hingga dia harus merapatkan kelopak matanya sedikit, dan memanfaatkan bulu matanya sebagai tirai penghalang, untuk mengurangi cahaya berlebihan, yang justru hanya membuat matanya menjadi silau.

Perlahan namun pasti, dia bisa menyesuaikan cahaya yang masuk di indra penglihatannya, yang kemudian menjadi awas dengan semuanya, yang pada akhirnya bisa dilihat olehnya.

Lampu yang menempel di langit-langit yang bersinar terang, membuatnya bisa menyadari, kalau di saat ini, dia berarti sedang dalam keadaan berbaring terlentang.

Setelah dia sudah bisa melihat semuanya dengan jelas, satu persatu dari lima indranya, kemudian ikut bereaksi atas setiap rangsangan, yang bisa memicu fungsi dari setiap indranya itu.

"Bip! ... Bip! ... Bip! ..."

Indra pendengarannya menangkap bunyi yang berirama beraturan, yang entah dari mana asalnya.

Namun selain daripada itu, tidak ada lagi suara-suara lain yang mengganggu ketenangan, yang bisa terdengar di sana.

Aroma menyengat dari cairan karbol pembersih lantai, tajam menusuk ke dalam indra penciumannya, bersamaan dengan hembusan angin dingin, yang berasal dari sesuatu yang terasa menempel di bagian hidung sampai ke bagian dagunya.

Sementara sedikit saliva yang masih membasahi di dalam rongga mulutnya, saat ini terasa sangat hambar, dan justru hampir mendekati ke rasa pahit, sampai-sampai dia rasanya akan tercekat, saat dia mencoba untuk menelannya.

Selain dari semua indra yang rasanya sudah berfungsi seperti biasanya, sisa dari bagian tubuhnya yang lain, tidak ada yang bisa dia pergunakan sementara ini.

Sehingga di saat itu juga, bola matanya yang bisa dia gerakkan, kemudian melihat ke sana kemari, menyelidiki apa saja yang bisa dijangkau oleh penglihatannya.

Jika menilai dari apa saja yang bisa dilihat di sekitarnya, kemungkinan besar, dia sekarang ini sedang berada di rumah sakit.

Tapi dengan demikian, pertanyaan demi pertanyaan kemudian bermunculan di dalam kepalanya.

Apa yang terjadi, hingga dia bisa berada di sana?

Lalu, apa yang jadi penyebabnya, yang membuatnya tidak bisa menggerakkan anggota tubuhnya yang lain?

Dia masih berada dalam kebingungannya, ketika seorang wanita yang memakai seragam perawat, kemudian terlihat memasuki ruangan itu, dan tampaknya ingin memeriksa keadaannya.

Di saat itu, dia ingin bicara dan mengutarakan semua pertanyaan yang melintas di pikirannya, namun dia masih belum bisa menggerakkan mulutnya.

Bahkan, walaupun hanya sekedar menggetarkan pita suaranya untuk berdeham pun, dia tidak bisa melakukannya.

Dengan demikian keadaannya, walaupun dia sudah merasa cukup gelisah karena penasaran, dia tidak bisa berbuat banyak untuk memuaskan rasa ingin tahunya.

Sementara ini, dia benar-benar hanya bisa memanfaatkan pandangan matanya saja, yang kemudian mengikuti gerak-gerik sang perawat, yang bergerak perlahan ke sana kemari, tampak seolah-olah sedang memeriksa alat-alat medis yang ada di sana.

Hingga tanpa sengaja, perawat wanita itu kemudian beradu pandang dengannya.

Di saat itu juga, perawat wanita itu kemudian terlihat seperti orang yang sedang terkejut, sambil menatapnya lekat-lekat, dengan mata yang melebar dan alis yang mengerut.

"Miss Casey Roberts?!" ujar perawat itu secara mendadak, dengan nada suara yang terdengar seolah-olah dia sedang merasa sangat bingung dan penasaran.

Casey Roberts ... Nama itu asing di pendengarannya, tapi perawat itu kelihatannya memang sedang berbicara kepadanya.

Kalau begitu, apakah Casey itu adalah namanya?

"Kalau Anda mengerti perkataan saya, tolong Anda berkedip dua kali!" kata perawat itu lagi, sambil tetap memperhatikannya.

Dia kemudian mencoba untuk mengikuti arahan perawat itu, dan mengedipkan matanya sebanyak dua kali.

"Oh, my goodness!" Sembari berseru, sebelah tangan dari perawat itu, kemudian tampak seperti sedang melakukan sesuatu di dinding.

Melihat reaksi dari perawat itu, dia sudah bisa memastikan, kalau Casey memang adalah namanya, dan dia hanya tidak mengingatnya saja.

Tidak berapa lama kemudian, pintu kamar itu terlihat kembali terbuka, dan beberapa orang setengah berlari melewati pintu itu, lalu segera menghampirinya.

"Pasien mengedipkan matanya, saat saya memintanya untuk melakukannya tadi!"

Perawat yang sedang bersama Casey sedari tadi, tampak bersemangat saat memberitahukan hal itu, kepada orang-orang yang baru saja masuk, yang diduga oleh Casey, bahwa mereka adalah dua orang dokter dan dua orang perawat.

Salah satu dari dokter yang tampaknya sudah berusia 'matang', kemudian menyalakan lampu senter, lalu mengarahkan cahayanya ke mata Casey.

Cahaya dari senter itu, hanya membuat matanya terasa sangat silau, hingga Casey ingin menghalangi cahaya itu dengan kelopak matanya.

"Pasien merespon!" ujar dokter yang tadi mengarahkan lampu senter ke matanya, dengan bersemangat.

"Miss Casey Roberts! ... Apa Anda bisa mendengarkan saya? ... Jika Anda bisa mendengar dan mengerti apa yang saya katakan, tolong Anda berkedip dua kali!" lanjut dokter itu.

Mendengar arahan dari dokter itu, Casey kemudian mengedipkan matanya, sebanyak dua kali.

"It's a miracle!" Dengan senyum yang mengembang lebar di wajahnya, dokter itu kelihatannya sangat senang, karena Casey yang bisa menuruti permintaannya.

"Miss Casey Roberts berhasil tersadar dari kondisi vegetatif!" lanjut dokter itu lagi, hampir setengah berteriak.

******

Sudah lebih dari satu tahun yang telah berlalu, semenjak Casey tersadar dari kondisinya yang masih hidup, namun dalam keadaan yang hanya seperti tumbuh-tumbuhan itu.

Dan sampai hari ini, Casey masih menjalani berbagai macam terapi, di bawah pengawasan dari petugas medis, untuk memaksimalkan fungsi otak dan keseluruhan anggota tubuhnya, agar dia bisa kembali beraktivitas dengan normal.

Semenjak kesadarannya kembali, Casey yang ternyata dirawat di rumah sakit di luar negeri, telah dikunjungi oleh Grandpa-nya, sampai berulang-ulang kali.

Daniel Roberts adalah kakek dari Casey, yang juga menjadi sosok pengganti kedua orang tua Casey, yang telah meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas yang mereka alami, ketika Casey masih berusia sangat belia.

Kondisi vegetatif yang dialami oleh Casey, ternyata juga disebabkan oleh kecelakaan yang kurang lebih sama, dengan kecelakaan lalu lintas yang merenggut nyawa kedua orang tuanya.

Sebelum Casey masuk dalam kondisi koma, kemudian berlanjut ke dalam keadaan vegetatif selama kurang lebih hampir empat minggu, Casey mengalami kecelakaan tunggal saat mengendarai mobilnya sendiri.

Yang menjadi perbedaan yang cukup signifikan, yaitu karena Casey yang masih bisa diberi kesempatan untuk tetap hidup.

Dalam pemulihannya, selain kenangan akan apa yang terjadi, sebelum kecelakaan lalu lintas yang dialaminya, sisa dari ingatan akan jati dirinya, telah kembali sepenuhnya.

Berdasarkan keterangan dokter yang merawatnya secara khusus, Casey didiagnosis mengalami amnesia disosiatif, yang kemungkinan besarnya dipicu oleh kecelakaannya yang traumatis.

Hal itu kemudian menjadi alasan tambahan bagi Daniel dan para dokter di rumah sakit, untuk tetap menahan Casey, agar bisa mendapatkan perawatan optimal di dalam rumah sakit.

***

"Hai, Casey!" Suara seseorang yang sedang menyapanya, sudah sangat familiar di telinganya.

Lionel Walt.

Selain dari Daniel yang mengunjungi Casey secara rutin di rumah sakit, Lionel juga menjadi pengunjung yang setia menemani Casey, di setiap kali dia ada kesempatan untuk bepergian ke luar negeri.

Laki-laki bertubuh tinggi tegap, dan rambut cokelat sebatas telinga itu, adalah anak laki-laki dari sepasang suami-istri, yang menjadi sahabat dari mendiang kedua orang tua Casey, semasa mereka masih hidup.

Walaupun usia Lionel terpaut 5 tahun lebih tua daripada Casey, namun karena hubungan baik yang terjalin antara orang tua Lionel dan orang tua Casey, sehingga hubungan antara Casey dan Lionel, juga ikut menjadi cukup intim.

Ditambah lagi, setelah kedua orang tua Casey meninggal dunia, Casey tumbuh bersama-sama dengan Lionel, yang senantiasa berada di sisi Casey, hingga Daniel bisa menganggap Lionel seperti cucunya sendiri.

Daniel bahkan membantu Lionel, agar bisa menjabat sebagai salah satu dari dewan komisaris, di perusahaan teknologi R&H Corp, setelah Lionel menyelesaikan kuliahnya.

Mata berwarna biru yang menjadi titik pusat perhatian dari wajah tampan Lionel, tampak berbinar-binar, saat beradu pandang dengan Casey yang baru saja berbalik, setelah mendengar sapaan darinya.

Begitu juga dengan senyuman manis yang mengembang lebar di wajah Lionel, sembari dia berjalan menghampiri Casey.

"Hai, Lionel!" sapa Casey, sambil tersenyum, dan membalas pelukan erat dari Lionel kepadanya.

"How are you feeling, today?" tanya Lionel, tanpa melepaskan pelukannya dari Casey.

"Masih sama seperti terakhir kali kamu datang menemuiku ... Bosan!" jawab Casey.

"Pffftt...!" Lionel tertawa tertahan, kemudian mencium mercu dari kepala Casey. "Cobalah untuk lebih bersabar ... Kamu tidak mungkin melawan keinginan Grandpa-mu, bukan?"

Lionel kemudian membawa Casey, untuk duduk di salah satu bangku yang ada di taman rumah sakit, yang tadinya menjadi tempat bagi Casey berjalan-jalan, untuk mengurangi rasa jenuhnya.

"Apa kamu masih belum mengingat sesuatu tentang Aaron?" tanya Lionel, sambil menggenggam tangan Casey dengan erat.

Selama beberapa bulan belakangan ini, pertanyaan yang berkaitan dengan Aaron, sudah sering kali dilontarkan oleh Daniel kepada Casey.

Namun yang jadi masalahnya, walaupun Casey sudah berusaha sebisanya, dia sama sekali tidak bisa mengingat apa-apa tentang orang yang bernama Aaron.

Menurut Casey, di sepanjang hidupnya, dia justru tidak pernah mengenal seseorang yang memiliki nama seperti itu.

"Lama-kelamaan, kamu jadi semakin mirip dengan Grandpa," celetuk Casey, ketus, karena merasa sebal dengan pertanyaan yang sama dan berulang.

"Ada apa sebenarnya dengan orang yang bernama Aaron ini? ... Kenapa kalian tidak mau mengatakannya secara langsung saja kepadaku?" tanya Casey, yang mulai hilang kesabarannya.

"Casey...! Aku tidak tahu, apakah aku bisa memberitahumu...." kata Lionel, terdengar ragu-ragu.

"Kalau kamu tidak mau memberitahuku, maka kamu tidak boleh mengunjungiku lagi!" ujar Casey, memaksa, dengan nada suaranya yang meninggi.

"Dia adalah tunanganmu!" sahut Lionel buru-buru, yang seketika itu juga, tampak seolah-olah menyesali perkataannya.

Terpopuler

Comments

$uRa

$uRa

hadir lagiii......

2023-03-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!