Casey beserta Lionel, telah berjalan masuk ke dalam kamar Casey.
Namun Aaron menghentikan langkahnya di depan pintu kamar Casey, dan terlihat masih menikmati perbincangannya, dengan wanita yang tersambung di ponselnya itu, sambil berdiri di luar kamar.
Casey tidak menghiraukan tingkah laku dari Aaron itu, dan justru terpusat perhatiannya kepada Lionel, yang terlihat kikuk.
"Lionel! ... Waktunya bagimu untuk bicara! ... Kamu masih berhutang penjelasan kepadaku," ujar Casey.
"Apa kita harus membicarakannya sekarang ini? ... Aaron ada bersama kita," sahut Lionel, sambil memasang raut wajah memelas.
Walaupun Casey sudah agak memaksa, namun Lionel masih tampak enggan untuk mengutarakan penjelasannya, sambil sesekali dia melihat ke arah Aaron, yang ada di depan pintu.
Casey kemudian berjalan ke arah pintu, dan tanpa memperdulikan adanya Aaron di luar, Casey menutup pintu kamarnya itu, lalu berkata,
"Hanya ada kita berdua di sini."
Lionel tampak membesarkan matanya, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya, seolah-olah dia sangat terkejut dan tidak percaya, akan apa yang baru saja dilakukan oleh Casey.
Namun Casey berjalan melenggang santai, menghampiri Lionel yang mencoba menghindar darinya.
"Come on, Lionel! ... Kesabaranku hampir habis," kata Casey, sambil menghadang Lionel yang berjalan semakin jauh ke dalam kamar Casey, dengan berdiri di depan laki-laki itu.
"Tsk!" Lionel yang tampak kesal, hanya bisa berdecak, seolah-olah dia memang tidak bisa melawan keinginan dari Casey.
Lionel lalu menoleh ke belakangnya, tampak seperti sedang memeriksa pintu kamar Casey, menggunakan penglihatannya.
Lionel seakan-akan sedang memastikan, kalau Aaron memang masih berada di luar, sebelum akhirnya dia kembali melihat ke arah Casey, lalu berkata,
"Sebelum kamu mengalami kecelakaan, kamu menghubungiku sambil menangis. Di saat itu, aku tidak bisa mendengar dengan jelas, akan apa yang kamu katakan....
...Karena selain kamu yang berbicara dengan terburu-buru dan bercampur dengan tangisan, aku di saat itu juga sedang ada makan malam, sekaligus pertemuan dengan dewan komisaris perusahaan yang lain....
... Maka aku hanya bisa memintamu untuk menunggu, sampai makan malam itu berakhir. Aku baru saja akan pergi menemuimu, ketika aku mendapatkan kabar, kalau mobilmu telah menabrak tebing."
Sementara Lionel berbicara, dia lalu memeluk Casey dengan erat, dan tampak sangat bersusah hati, saat dia menceritakan tentang bagaimana kejadiannya, di hari nahas bagi Casey itu.
Casey terdiam untuk beberapa waktu lamanya, sembari berpikir akan apa yang kemungkinan terjadi di malam itu, sehingga dia bisa menghubungi Lionel sambil menangis.
Namun jika menimbang-nimbang dengan keadaan di saat ini, bagaimana pertemuannya dengan Aaron, Casey bisa menduga, kalau karena Aaron lah, hingga bisa membuatnya menjadi gusar di waktu itu.
Oleh sebab itu, rasanya semakin bertambah-tambah saja, kemarahan Casey kepada Aaron.
Casey menjadi semakin geram, dan benar-benar membulatkan tekadnya, untuk membuat Aaron menangis di kakinya, bagaimanapun caranya.
"Maafkan aku, Casey! ... Jika saja aku segera pergi menemuimu, tentu kecelakaanmu itu tidak akan terjadi," lanjut Lionel, yang terasa semakin mempererat pelukannya pada Casey.
Permintaan maaf dari Lionel, menyadarkan Casey yang tenggelam dalam pikirannya sendiri.
"Tidak perlu meminta maaf. Aku tidak mungkin menyalahkanmu, kalau begitu keadaannya," sahut Casey, sambil mengusap-usap punggung Lionel.
Sementara itu, dari ujung matanya, Casey bisa melihat kalau pintu kamarnya telah terbuka.
Aaron yang berjalan masuk, terlihat hanya berdiri terdiam, sambil memandangi Casey yang masih berpelukan dengan Lionel, namun Casey berpura-pura, seolah-olah dia tidak melihat Aaron.
Sedangkan Lionel, laki-laki itu mungkin memang tidak menyadari adanya Aaron di kamar itu, karena dia yang berdiri membelakangi pintu kamar.
"Lionel...! Aku ingin berbaring sekarang. Aku sudah sangat lelah," kata Casey.
Setelah Casey selesai mengutarakan keinginannya, dengan gaya seperti pengantin yang romantis, Lionel segera menggendong Casey, hingga Casey berkata,
"Aku masih bisa berjalan sendiri."
"Tidak apa-apa. Apa kamu baik-baik saja? Apa kepalamu tidak terasa sakit? Wajahmu terlihat pucat," ujar Lionel, sambil membaringkan Casey di atas tempat tidurnya.
"Kamu tidak perlu cemas. Aku baik-baik saja," jawab Casey, pelan.
Lionel yang tampaknya baru menyadari kalau Aaron sudah ada di dalam kamar itu, terlihat seolah-olah akan pergi dari sana, namun Casey menahannya, dengan berkata,
"Jangan ke mana-mana! ... Temani aku di sini!"
"Tapi...." Lionel terlihat ragu-ragu.
"Tidak apa-apa ... Bukan baru kali ini kamu menemaniku tidur," ujar Casey, meyakinkan Lionel.
Lionel kemudian ikut berbaring menyamping di samping Casey, menjadikan lengannya sebagai bantalan leher bagi Casey, yang juga berbaring menyamping, hingga berhadap-hadapan dengannya, dan sesekali mengecup mercu kepala Casey.
"Cobalah untuk tidur! ... Aku tidak akan ke mana-mana," kata Lionel.
Perlakuan hangat dari Lionel yang membuat Casey merasa nyaman, sampai-sampai, yang pada awalnya Casey hanya ingin berbaring saja, namun pada akhirnya, Casey justru bisa tertidur dengan nyenyak.
***
Entah berapa lama Casey tertidur, namun ketika dia terbangun, posisi berbaringnya masih sama, dan Lionel juga terlihat ikut tertidur bersamanya di sana.
Perlahan-lahan, Casey bergeser sedikit menjauh, tapi Lionel justru terbangun karena gerakan dari Casey itu, kemudian berkata,
"Sudah merasa lebih baik? Kamu tertidur dengan pulas."
"Iya," jawab Casey. "Jam berapa sekarang?"
Lionel melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, kemudian berkata,
"Sudah hampir waktunya untuk makan malam."
Casey kemudian duduk di atas tempat tidurnya, dan begitu juga Lionel yang ikut bangkit, lalu menjatuhkan kedua kakinya ke salah satu sisi tempat tidur itu.
Di sudut kamar, di mana terletak beberapa kursi di sana, terlihat Aaron yang masih terduduk, sambil menopang dagu, dan menatap layar ponselnya.
Kelihatannya, Aaron memang masih menunggu di situ, sampai Casey terbangun dari tidurnya.
Casey tersenyum sinis.
Karena dengan begitu keadaannya, berarti Aaron memang tidak punya nyali, jika Daniel dan kedua orang tuanya mengetahui, kalau tidak ada kecocokan antara dia dan Casey.
"Lionel! ... Aku lapar! Temani aku pergi makan malam!" kata Casey, sambil beranjak turun dari tempat tidur.
Lionel dengan terburu-buru, membantu Casey agar bisa turun dari tempat tidur dengan aman, sambil berkata,
"Pelan-pelan, Casey! ... Apa kamu mau makan di rumah? Atau makan di luar?"
"Kita makan malam di rumah ini saja," sahut Casey, setelah dia sudah bisa berdiri. "Aku mau makan malam bersama Grandpa."
"Okay!" kata Lionel. "Lalu bagaimana dengannya?"
Lionel memberi tanda kepada Casey, dengan menunjuk Aaron menggunakan gerakan matanya.
"Biarkan saja ... Terserah apa yang ingin dia lakukan," sahut Casey, yang kemudian teringat sesuatu. "Apa orang tuanya masih ada di sini?"
"Aku tidak tahu," jawab Lionel.
Ketika Casey berjalan bersama Lionel mengarah ke pintu kamar, Aaron juga terlihat ikut berdiri, kemudian terburu-buru menyusul mereka.
Di ruang keluarga yang mereka lewati tadi, Casey tidak melihat keberadaan dari orang tua Aaron, dan begitu juga di dalam ruang makan itu.
Lionel kemudian menggeserkan sebuah kursi untuk dipakai oleh Casey.
Dan setelah Casey duduk, Lionel lanjut berjalan semakin jauh ke dalam, seolah-olah dia sedang ingin mencari asisten rumah tangga, yang bekerja di kediaman keluarga Roberts itu.
"Di mana orang tuamu?" tanya Casey.
"Mereka sudah pulang," jawab Aaron, yang terlihat ikut duduk di kursi, yang letaknya berseberangan dengan Casey.
"Lalu kenapa kamu masih di sini?" tanya Casey, lagi.
"Apa kamu pikir, aku yang mau untuk tetap berada di sini?" Aaron balik bertanya.
Di saat itu, bukan karena Casey tidak bisa melawan Aaron, hingga dia memilih untuk diam. Tapi karena menurutnya, berdebat dengan Aaron, hanya membuang-buang energinya secara sia-sia.
Lionel kemudian terlihat kembali, lalu mengambil tempat duduk di samping Casey, sambil berkata,
"Tunggu sebentar! ... Makan malamnya sedang disiapkan."
Salah satu dari asisten rumah tangga Roberts, yang tadinya sempat berada di belakang Lionel, kemudian terlihat terus berjalan, setelah dia sempat membungkuk untuk memberi hormat, kepada mereka di situ.
"Apa kamu membutuhkan sesuatu?" tanya Lionel kepada Casey.
"Tidak ada," jawab Casey.
Tidak berapa lama, Daniel terlihat berjalan mendekat, lalu ikut mengambil tempat duduk di meja makan itu, bersamaan dengan datangnya beberapa asisten rumah tangga, yang menyajikan makan malam di atas meja.
"Casey! ... Apa kamu sudah merasa lebih baik?" tanya Daniel, dengan memasang raut wajah cemas.
"Aku baik-baik saja, Grandpa ... Aku memang hanya kelelahan. Setelah bisa tertidur tadi, rasanya jadi jauh lebih baik," jawab Casey.
"Hmm ... Orang tua Aaron, baru saja pulang. Mereka tidak mau menggangumu. Jadi, mereka hanya menitipkan salamnya untukmu," kata Daniel.
Casey mengangguk-anggukkan kepalanya, kemudian berkata,
"Ada yang ingin aku bicarakan berdua saja dengan Grandpa, setelah kita selesai makan malam."
***
Sesuai dengan rencana Casey, setelah mereka semua selesai menghabiskan makan malamnya, Aaron serta Lionel, pergi lebih dulu dari ruang makan itu, dan membiarkan Casey berdua saja dengan Daniel di sana.
"Ada apa Casey? Apa ada yang terasa sakit?" tanya Daniel buru-buru, tampak masih terus mencemaskan keadaan Casey, sambil menggenggam tangan Casey dengan erat.
"Tidak apa-apa, Grandpa ... Aku baik-baik saja," jawab Casey, sembari menepuk-nepuk pelan punggung tangan Daniel, yang memegang sebelah tangannya.
"Grandpa! ... Aku ingin Grandpa membantuku, agar aku bisa bekerja di R&H Corp," lanjut Casey.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
$uRa
masih misteri...
2023-04-04
0