NovelToon NovelToon

Memory Of Love

Part 1

Setitik cahaya yang semakin lama kian meluas, merangsang retina di bola matanya sampai maksimal, hingga dia harus merapatkan kelopak matanya sedikit, dan memanfaatkan bulu matanya sebagai tirai penghalang, untuk mengurangi cahaya berlebihan, yang justru hanya membuat matanya menjadi silau.

Perlahan namun pasti, dia bisa menyesuaikan cahaya yang masuk di indra penglihatannya, yang kemudian menjadi awas dengan semuanya, yang pada akhirnya bisa dilihat olehnya.

Lampu yang menempel di langit-langit yang bersinar terang, membuatnya bisa menyadari, kalau di saat ini, dia berarti sedang dalam keadaan berbaring terlentang.

Setelah dia sudah bisa melihat semuanya dengan jelas, satu persatu dari lima indranya, kemudian ikut bereaksi atas setiap rangsangan, yang bisa memicu fungsi dari setiap indranya itu.

"Bip! ... Bip! ... Bip! ..."

Indra pendengarannya menangkap bunyi yang berirama beraturan, yang entah dari mana asalnya.

Namun selain daripada itu, tidak ada lagi suara-suara lain yang mengganggu ketenangan, yang bisa terdengar di sana.

Aroma menyengat dari cairan karbol pembersih lantai, tajam menusuk ke dalam indra penciumannya, bersamaan dengan hembusan angin dingin, yang berasal dari sesuatu yang terasa menempel di bagian hidung sampai ke bagian dagunya.

Sementara sedikit saliva yang masih membasahi di dalam rongga mulutnya, saat ini terasa sangat hambar, dan justru hampir mendekati ke rasa pahit, sampai-sampai dia rasanya akan tercekat, saat dia mencoba untuk menelannya.

Selain dari semua indra yang rasanya sudah berfungsi seperti biasanya, sisa dari bagian tubuhnya yang lain, tidak ada yang bisa dia pergunakan sementara ini.

Sehingga di saat itu juga, bola matanya yang bisa dia gerakkan, kemudian melihat ke sana kemari, menyelidiki apa saja yang bisa dijangkau oleh penglihatannya.

Jika menilai dari apa saja yang bisa dilihat di sekitarnya, kemungkinan besar, dia sekarang ini sedang berada di rumah sakit.

Tapi dengan demikian, pertanyaan demi pertanyaan kemudian bermunculan di dalam kepalanya.

Apa yang terjadi, hingga dia bisa berada di sana?

Lalu, apa yang jadi penyebabnya, yang membuatnya tidak bisa menggerakkan anggota tubuhnya yang lain?

Dia masih berada dalam kebingungannya, ketika seorang wanita yang memakai seragam perawat, kemudian terlihat memasuki ruangan itu, dan tampaknya ingin memeriksa keadaannya.

Di saat itu, dia ingin bicara dan mengutarakan semua pertanyaan yang melintas di pikirannya, namun dia masih belum bisa menggerakkan mulutnya.

Bahkan, walaupun hanya sekedar menggetarkan pita suaranya untuk berdeham pun, dia tidak bisa melakukannya.

Dengan demikian keadaannya, walaupun dia sudah merasa cukup gelisah karena penasaran, dia tidak bisa berbuat banyak untuk memuaskan rasa ingin tahunya.

Sementara ini, dia benar-benar hanya bisa memanfaatkan pandangan matanya saja, yang kemudian mengikuti gerak-gerik sang perawat, yang bergerak perlahan ke sana kemari, tampak seolah-olah sedang memeriksa alat-alat medis yang ada di sana.

Hingga tanpa sengaja, perawat wanita itu kemudian beradu pandang dengannya.

Di saat itu juga, perawat wanita itu kemudian terlihat seperti orang yang sedang terkejut, sambil menatapnya lekat-lekat, dengan mata yang melebar dan alis yang mengerut.

"Miss Casey Roberts?!" ujar perawat itu secara mendadak, dengan nada suara yang terdengar seolah-olah dia sedang merasa sangat bingung dan penasaran.

Casey Roberts ... Nama itu asing di pendengarannya, tapi perawat itu kelihatannya memang sedang berbicara kepadanya.

Kalau begitu, apakah Casey itu adalah namanya?

"Kalau Anda mengerti perkataan saya, tolong Anda berkedip dua kali!" kata perawat itu lagi, sambil tetap memperhatikannya.

Dia kemudian mencoba untuk mengikuti arahan perawat itu, dan mengedipkan matanya sebanyak dua kali.

"Oh, my goodness!" Sembari berseru, sebelah tangan dari perawat itu, kemudian tampak seperti sedang melakukan sesuatu di dinding.

Melihat reaksi dari perawat itu, dia sudah bisa memastikan, kalau Casey memang adalah namanya, dan dia hanya tidak mengingatnya saja.

Tidak berapa lama kemudian, pintu kamar itu terlihat kembali terbuka, dan beberapa orang setengah berlari melewati pintu itu, lalu segera menghampirinya.

"Pasien mengedipkan matanya, saat saya memintanya untuk melakukannya tadi!"

Perawat yang sedang bersama Casey sedari tadi, tampak bersemangat saat memberitahukan hal itu, kepada orang-orang yang baru saja masuk, yang diduga oleh Casey, bahwa mereka adalah dua orang dokter dan dua orang perawat.

Salah satu dari dokter yang tampaknya sudah berusia 'matang', kemudian menyalakan lampu senter, lalu mengarahkan cahayanya ke mata Casey.

Cahaya dari senter itu, hanya membuat matanya terasa sangat silau, hingga Casey ingin menghalangi cahaya itu dengan kelopak matanya.

"Pasien merespon!" ujar dokter yang tadi mengarahkan lampu senter ke matanya, dengan bersemangat.

"Miss Casey Roberts! ... Apa Anda bisa mendengarkan saya? ... Jika Anda bisa mendengar dan mengerti apa yang saya katakan, tolong Anda berkedip dua kali!" lanjut dokter itu.

Mendengar arahan dari dokter itu, Casey kemudian mengedipkan matanya, sebanyak dua kali.

"It's a miracle!" Dengan senyum yang mengembang lebar di wajahnya, dokter itu kelihatannya sangat senang, karena Casey yang bisa menuruti permintaannya.

"Miss Casey Roberts berhasil tersadar dari kondisi vegetatif!" lanjut dokter itu lagi, hampir setengah berteriak.

******

Sudah lebih dari satu tahun yang telah berlalu, semenjak Casey tersadar dari kondisinya yang masih hidup, namun dalam keadaan yang hanya seperti tumbuh-tumbuhan itu.

Dan sampai hari ini, Casey masih menjalani berbagai macam terapi, di bawah pengawasan dari petugas medis, untuk memaksimalkan fungsi otak dan keseluruhan anggota tubuhnya, agar dia bisa kembali beraktivitas dengan normal.

Semenjak kesadarannya kembali, Casey yang ternyata dirawat di rumah sakit di luar negeri, telah dikunjungi oleh Grandpa-nya, sampai berulang-ulang kali.

Daniel Roberts adalah kakek dari Casey, yang juga menjadi sosok pengganti kedua orang tua Casey, yang telah meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas yang mereka alami, ketika Casey masih berusia sangat belia.

Kondisi vegetatif yang dialami oleh Casey, ternyata juga disebabkan oleh kecelakaan yang kurang lebih sama, dengan kecelakaan lalu lintas yang merenggut nyawa kedua orang tuanya.

Sebelum Casey masuk dalam kondisi koma, kemudian berlanjut ke dalam keadaan vegetatif selama kurang lebih hampir empat minggu, Casey mengalami kecelakaan tunggal saat mengendarai mobilnya sendiri.

Yang menjadi perbedaan yang cukup signifikan, yaitu karena Casey yang masih bisa diberi kesempatan untuk tetap hidup.

Dalam pemulihannya, selain kenangan akan apa yang terjadi, sebelum kecelakaan lalu lintas yang dialaminya, sisa dari ingatan akan jati dirinya, telah kembali sepenuhnya.

Berdasarkan keterangan dokter yang merawatnya secara khusus, Casey didiagnosis mengalami amnesia disosiatif, yang kemungkinan besarnya dipicu oleh kecelakaannya yang traumatis.

Hal itu kemudian menjadi alasan tambahan bagi Daniel dan para dokter di rumah sakit, untuk tetap menahan Casey, agar bisa mendapatkan perawatan optimal di dalam rumah sakit.

***

"Hai, Casey!" Suara seseorang yang sedang menyapanya, sudah sangat familiar di telinganya.

Lionel Walt.

Selain dari Daniel yang mengunjungi Casey secara rutin di rumah sakit, Lionel juga menjadi pengunjung yang setia menemani Casey, di setiap kali dia ada kesempatan untuk bepergian ke luar negeri.

Laki-laki bertubuh tinggi tegap, dan rambut cokelat sebatas telinga itu, adalah anak laki-laki dari sepasang suami-istri, yang menjadi sahabat dari mendiang kedua orang tua Casey, semasa mereka masih hidup.

Walaupun usia Lionel terpaut 5 tahun lebih tua daripada Casey, namun karena hubungan baik yang terjalin antara orang tua Lionel dan orang tua Casey, sehingga hubungan antara Casey dan Lionel, juga ikut menjadi cukup intim.

Ditambah lagi, setelah kedua orang tua Casey meninggal dunia, Casey tumbuh bersama-sama dengan Lionel, yang senantiasa berada di sisi Casey, hingga Daniel bisa menganggap Lionel seperti cucunya sendiri.

Daniel bahkan membantu Lionel, agar bisa menjabat sebagai salah satu dari dewan komisaris, di perusahaan teknologi R&H Corp, setelah Lionel menyelesaikan kuliahnya.

Mata berwarna biru yang menjadi titik pusat perhatian dari wajah tampan Lionel, tampak berbinar-binar, saat beradu pandang dengan Casey yang baru saja berbalik, setelah mendengar sapaan darinya.

Begitu juga dengan senyuman manis yang mengembang lebar di wajah Lionel, sembari dia berjalan menghampiri Casey.

"Hai, Lionel!" sapa Casey, sambil tersenyum, dan membalas pelukan erat dari Lionel kepadanya.

"How are you feeling, today?" tanya Lionel, tanpa melepaskan pelukannya dari Casey.

"Masih sama seperti terakhir kali kamu datang menemuiku ... Bosan!" jawab Casey.

"Pffftt...!" Lionel tertawa tertahan, kemudian mencium mercu dari kepala Casey. "Cobalah untuk lebih bersabar ... Kamu tidak mungkin melawan keinginan Grandpa-mu, bukan?"

Lionel kemudian membawa Casey, untuk duduk di salah satu bangku yang ada di taman rumah sakit, yang tadinya menjadi tempat bagi Casey berjalan-jalan, untuk mengurangi rasa jenuhnya.

"Apa kamu masih belum mengingat sesuatu tentang Aaron?" tanya Lionel, sambil menggenggam tangan Casey dengan erat.

Selama beberapa bulan belakangan ini, pertanyaan yang berkaitan dengan Aaron, sudah sering kali dilontarkan oleh Daniel kepada Casey.

Namun yang jadi masalahnya, walaupun Casey sudah berusaha sebisanya, dia sama sekali tidak bisa mengingat apa-apa tentang orang yang bernama Aaron.

Menurut Casey, di sepanjang hidupnya, dia justru tidak pernah mengenal seseorang yang memiliki nama seperti itu.

"Lama-kelamaan, kamu jadi semakin mirip dengan Grandpa," celetuk Casey, ketus, karena merasa sebal dengan pertanyaan yang sama dan berulang.

"Ada apa sebenarnya dengan orang yang bernama Aaron ini? ... Kenapa kalian tidak mau mengatakannya secara langsung saja kepadaku?" tanya Casey, yang mulai hilang kesabarannya.

"Casey...! Aku tidak tahu, apakah aku bisa memberitahumu...." kata Lionel, terdengar ragu-ragu.

"Kalau kamu tidak mau memberitahuku, maka kamu tidak boleh mengunjungiku lagi!" ujar Casey, memaksa, dengan nada suaranya yang meninggi.

"Dia adalah tunanganmu!" sahut Lionel buru-buru, yang seketika itu juga, tampak seolah-olah menyesali perkataannya.

Part 2

Tentu saja pernyataan dari Lionel, bahwa Casey sudah bertunangan dengan seseorang yang bernama Aaron, menjadi sesuatu hal yang sangat mengejutkan bagi Casey.

Tapi Casey bisa menerima informasi itu dengan baik, sehingga dia mampu mengatasi rasa keterkejutannya itu, tanpa ada pengaruh yang berarti bagi kinerja otaknya.

Casey justru terpikir untuk memanfaatkan pernyataan dari Lionel itu, dengan menjadikannya sebagai alasan, agar dia bisa segera keluar dari rumah sakit, dan kembali ke negara asalnya.

Di saat itu juga, Casey lalu meminta kepada Lionel untuk menemaninya menemui dokter, yang selama ini bertanggung jawab atas perkembangan kesehatannya.

Setelah melalui perbincangan yang serius, dokter yang ditemui oleh Casey itu kemudian berkata, bahwa Casey akan diizinkan pulang, asalkan Casey bisa mendapatkan hasil yang baik, dalam pemeriksaan kesehatannya secara menyeluruh.

Dengan senang hati, Casey menyetujui akan kesepakatan yang diajukan oleh dokter itu kepadanya.

Sehingga di hari itu juga, Casey segera memulai dan melalui berbagai tahapan tes kesehatan, yang bisa membuktikan, bahwa dia memang mampu untuk menjadi dirinya sendiri lagi yang mandiri, tanpa perlu mendapatkan pengawasan kesehatan yang terlalu ketat.

Selama dua hari berturut-turut, Casey yang menjalani semua pemeriksaan baik fisik maupun mentalnya, sampai segala sesuatunya akhirnya selesai dilakukan, Casey kemudian mendapatkan persetujuan untuk pulang, dari pihak rumah sakit.

Casey memang masih diberikan persyaratan tambahan, bahwa dia masih perlu melakukan pemeriksaan ulang secara berkala, dan tetap berada dalam pengawasan dokter, walaupun secara jarak jauh.

Namun Casey sama sekali tidak merasa keberatan, dengan syarat tambahan yang mengharuskannya, untuk melapor kepada dokter pengawasnya, di setiap kali ada perubahan yang dia rasakan.

Casey justru hanya mengkhawatirkan, akan bagaimana Daniel yang kemungkinan tidak akan memberikan persetujuannya, jika Casey buru-buru keluar dari rumah sakit.

Namun hal itu, juga ternyata tidak menjadi masalah yang berarti bagi Casey, karena dokter bahkan mau membantu Casey, untuk meyakinkan Daniel.

Lewat sambungan telepon, dokter menyampaikan kepada Daniel, bahwa Casey kemungkinan bisa memulihkan ingatannya, jika dia bisa bertemu langsung dengan Aaron, kemudian menjalani kesehariannya, seperti saat kecelakaan lalu lintas itu belum menimpanya.

Untuk keseluruhannya, dokter memastikan kepada Daniel, bahwa Casey memang masih dilarang untuk mengemudi mobilnya seorang diri. Namun selain daripada itu, Casey sudah bisa melakukan kegiatannya yang lain, seperti biasa.

Oleh karena itulah, Daniel kemudian langsung mempersiapkan penerbangan, untuk Casey dan juga Lionel, yang masih menemani Casey di rumah sakit, agar mereka berdua bisa segera kembali ke negara asal.

Untuk mengisi waktu luang, di sepanjang perjalanan pulang ke negara mereka, atas permintaan dari Casey, Lionel kemudian memberitahu Casey secara garis besar, akan bagaimana ceritanya, hingga Casey bisa bertunangan dengan Aaron.

Dan semuanya berawal dari sebuah perusahaan teknologi, yang bernama R&H Corp, yang sudah diketahui oleh Casey, bahwa perusahaan itu berdiri dari gabungan dua pemegang saham, yaitu Roberts grup dan Hamilton grup.

Sejak berdirinya perusahaan itu, hingga beberapa tahun belakangan ini, perusahaan itu memang dianggap bisa berjalan dan berkembang dengan baik, oleh masing-masing pihak pemegang saham.

Merasa kalau ada kecocokan di antara mereka, Daniel dan orang tua dari Aaron, lalu sama-sama setuju dan membuat kesepakatan, untuk menggabungkan kekuatan mereka dalam berbisnis, dan mengikatnya dengan sebuah hubungan kekeluargaan.

Atas keputusan para tetua dari dua keluarga konglomerat itulah, sehingga Aaron yang adalah penerus utama Hamilton grup, kemudian diatur untuk menikah dengan Casey, yang adalah penerus utama Roberts grup.

Dengan demikian, maka bisa dibilang, bahwa atas berdasarkan alasan bisnis lah, yang membuat Casey akhirnya bertunangan dengan Aaron.

Namun pada saat perencanaan pernikahan itu, Aaron yang saat itu—sampai saat ini—sedang menjabat sebagai CEO di perusahaan teknologi R&H Corp, menyetujui pertunangan yang diatur oleh keluarganya itu.

Begitu pula dengan Casey, yang pada waktu itu baru saja kembali dari luar negeri, setelah menyelesaikan MBA-nya, juga ikut menyetujui pertunangan itu.

Bahkan menurut penilaian Lionel, di saat itu, Casey justru terlihat senang, dan seolah-olah memang telah jatuh cinta kepada Aaron, sejak pertama kali Casey bertemu dengan laki-laki itu, ketika acara pertemuan antar keluarga itu berlangsung.

"Hmm ... Apa mungkin aku bisa jadi orang yang naif seperti itu?" tanya Casey menyela perkataan Lionel, dengan penuh keraguan. "Jatuh cinta pada pandangan pertama, itu tidak terdengar seperti aku."

"Itu hanya karena kamu melupakannya saja," sahut Lionel, sambil mengacak rambut Casey, yang menyandarkan kepalanya di bahu Lionel.

"Casey...! Tolong jangan memaksakan diri, kalau kamu masih belum bisa mengingatnya. Kamu seharusnya hanya bisa mendapatkan informasi baru yang bisa membuatmu bingung, secara bertahap....

...Karena seperti yang sudah dikatakan oleh dokter, tidak ada dari kita yang tahu, akan bagaimana efeknya nanti bagi kesehatanmu, jika kamu terlalu memaksakan otakmu untuk berpikir ekstra....

... Aku tidak akan bisa memaafkan diriku lagi, jika sampai terjadi apa-apa kepadamu, hanya karena kamu yang terlalu terstimulasi, oleh cerita masa lalu yang aku sampaikan kepadamu," lanjut Lionel.

Akan tetapi, larangan dari Lionel itu, sudah terlambat bagi Casey untuk mendengar dan menurutinya.

Karena walaupun Lionel hanya menceritakan tentang pertunangannya dengan Aaron, namun sepenggal kisah itu, telah memunculkan banyak pertimbangan dan pertanyaan baru, di dalam kepala Casey.

Sebelum-sebelumnya, Casey memang tidak terlalu memikirkan akan sela kosong dalam ingatannya, yang menurut perhitungannya, kenangan yang hilang itu, berkisar dalam kurun waktu kurang lebih enam bulan dari hidupnya.

Namun sekarang ini, Casey jadi menduga-duga, bahwa kemungkinan besar, ingatannya yang menghilang itu, karena ada hubungannya dengan Aaron.

Dan alasan dari otak Casey yang memilih untuk menghapus memori yang berkaitan Aaron, dari sekian banyak hal yang seharusnya bisa dia lupakan, menjadi pertanyaan besar bagi Casey.

Apalagi, selama Casey dirawat di rumah sakit, Casey juga tidak pernah mendapatkan kunjungan, dari seseorang yang bernama Aaron.

Jika Aaron memang mau menikah dengan Casey, bukankah seharusnya dia pergi menjenguk, dan memeriksa bagaimana keadaan Casey?

"Lionel! ... Katamu tadi, 'kamu tidak bisa memaafkan dirimu lagi, jika terjadi sesuatu kepadaku'. Kesalahan apa yang telah kamu lakukan sebelumnya?" tanya Casey.

"Kenapa selama aku dirawat di rumah sakit, hingga hampir dua tahun lamanya, namun orang bernama Aaron ini tidak pernah menjengukku? Bukankah katamu, dia mau menikah denganku?

... Lalu kenapa dia tidak memperdulikan keadaanku? Apa mungkin, kalau dia atau kamu, ada hubungannya dengan kecelakaan yang terjadi padaku?"

Casey mengajukan semua pertanyaan yang melintas di pikirannya, lagi dan lagi, tanpa memperdulikan raut wajah terkejut, yang sudah terpasang di wajah Lionel.

"Casey...! Apa kamu tidak bisa berisitirahat walau sejenak? Kamu hanya membuatku cemas, jika kamu memaksakan diri untuk terlalu banyak berpikir," kata Lionel, dengan suara memelas.

Namun tingkah Lionel itu justru semakin mencurigakan bagi Casey, karena seolah-olah Lionel memang masih menyembunyikan banyak hal dari Casey.

"Don't hit around the bush! Just give me the right answer!" ujar Casey, tegas.

"Okay! ... But, Casey! Please don't be mad at me!" sahut Lionel, sambil memegang tangan Casey, lalu menggenggamnya dengan erat.

"Just say it!" ujar Casey, lagi, tidak kalah tegas dari sebelumnya.

"Aku sungguh-sungguh tidak tahu, akan apa yang jadi alasannya bagi Aaron, hingga dia tidak pernah pergi mengunjungimu. Dan sebaiknya, kamu bertanya langsung saja kepadanya nanti....

... Tapi kecelakaanmu itu, mungkin tidak akan terjadi, jika saja aku segera menemuimu, saat kamu menghubungiku malam itu," kata Lionel, yang tampak bersungguh-sungguh.

Part 3

Setelah mendengar perkataan Lionel, bahwa dia yang bertanggung jawab atas kecelakaan lalu lintas yang Casey alami, Casey tidak segera berkomentar apa-apa.

Casey hanya diam menunggu Lionel, agar laki-laki itu bisa menjelaskan semuanya dengan terang-terangan kepadanya.

Namun, bertepatan di saat itu juga, pesawat yang mereka tumpangi telah tiba di negara tujuan, dan bersiap-siap untuk mendarat.

Lionel kemudian seolah-olah memanfaatkan kesempatan itu, untuk menunda penjelasannya kepada Casey, dengan berkata,

"Aku akan menemanimu sampai ke rumahmu. Di sana aku akan menjelaskan semuanya. Dan kamu juga bisa bertanya, apa saja yang ingin kamu tahu dariku."

***

Ketika Casey dan Lionel keluar dari pesawat pribadi milik Roberts grup, di bandara, Daniel terlihat telah menunggu mereka di sana.

Selain Daniel, ada dua orang lain yang terlihat sudah berumur, dan tampak seperti sepasang suami-istri.

Dan selain dari mereka itu, masih ada satu orang lagi, yang adalah seorang laki-laki, yang jika dilihat sepintas, tampaknya berusia sebaya dengan Lionel.

Daniel dan begitu juga sepasang suami-istri itu, terlihat senang saat Casey berjalan menghampiri mereka semua.

Sedangkan laki-laki yang satunya lagi, tampak berbeda, dengan raut wajahnya yang tidak bisa diartikan oleh Casey.

Sembari memeluk Casey, Daniel kemudian berbisik-bisik kepada Casey, dengan berkata,

"Mereka adalah Aaron dan orang tuanya. Walaupun kamu tidak mengingat siapa mereka, tapi setidaknya kamu bisa berpura-pura saja, seolah-olah kamu tidak melupakan apa-apa....

... Mereka menyayangimu, dan Grandpa tidak tega, jika melihat mereka sampai bersedih, karena kamu yang tidak bisa mengingat mereka."

"Baik, Grandpa!" sahut Casey, lalu melepaskan pelukannya dari Daniel.

"Halo, Casey! ... Apa kabarmu, my dear? Senang bisa melihatmu lagi," kata seorang wanita, yang jika menurut penuturan dari Daniel, wanita itu adalah mommy dari Aaron.

"Halo, Mistress Hamilton! ... Saya juga senang bisa bertemu dengan anda lagi," kata Casey, yang membalas sapaan wanita itu, sambil tersenyum.

Casey lalu berpelukan dengan mommy dari Aaron itu, yang sudah lebih dulu membuka tangannya lebar-lebar agar bisa memeluk Casey, kemudian mencium pipi Casey di bagian kiri dan kanannya.

Setelah itu, Casey lalu mendekat kepada seorang laki-laki yang tampak sudah berumur, yang sudah bisa diduga oleh Casey, bahwa laki-laki itu adalah daddy dari Aaron.

"Halo, Mister Hamilton!" sapa Casey kepada daddy dari Aaron, yang juga ikut memberikan pelukan hangat kepada Casey.

"Halo, Casey!" sapa daddy dari Aaron itu.

Kini tiba saatnya bagi Casey untuk saling menyapa dengan Aaron, seorang laki-laki yang tampan, dengan mata berwarna birunya yang terlihat lebih gelap, jika dibandingkan dengan warna mata Lionel.

Begitu pula bentuk tubuhnya yang tinggi tegap, dan masih mirip-mirip saja dengan bentuk tubuh Lionel.

Jika Casey bisa bicara jujur untuk memberikan penilaiannya sepintas, walaupun Aaron memiliki fisik yang terlihat sempurna, namun untuk keseluruhannya, rasanya Lionel masih terlihat jauh lebih baik daripada Aaron.

Sehingga Casey justru merasa bingung, akan apa yang merasukinya di masa lalu, sehingga dia bisa jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Aaron, seperti yang dikatakan oleh Lionel kepadanya.

Sembari mendekati orang yang tidak dikenalnya itu, Casey memaksakan dirinya agar bisa tersenyum, lalu menyapa laki-laki itu lebih dulu, "Hai, Aaron!"

"Hai, Casey!" Aaron balas menyapa, kemudian mencium kening Casey, sambil memberikan pelukannya kepada Casey.

Seolah-olah sedang menjadi seorang pemain sandiwara yang sudah profesional, Casey juga membalas pelukan dari Aaron itu, agar dia bisa terlihat baik-baik saja di depan semua orang.

Setelah Aaron melepaskan pelukannya, Casey kemudian berbalik dan melihat ke arah Lionel.

Menurut penilaian Casey, di saat ini, Lionel terlihat sedih atau mungkin kecewa, dan laki-laki itu tampaknya hanya memaksakan dirinya untuk tersenyum, sembari menyapa Daniel, dan kedua orang tua dari Aaron.

Aaron juga tidak luput dari sapaan Lionel, yang di saat itu juga, terlihat saling berjabat tangan antara Lionel dengan Aaron.

Setelah semuanya sudah saling menyapa, atas saran dari Daniel, maka mereka semua nantinya akan minum teh bersama, di rumah keluarga Roberts.

Dengan demikian, tanpa berlama-lama lagi, mereka kemudian beranjak pergi dari bandara, dan menuju ke rumah Daniel, yang juga menjadi rumah bagi Casey.

Casey ikut di dalam mobil Aaron, sementara Lionel bersama dengan Daniel, dan dalam satu mobil yang lainnya lagi, menjadi tumpangan bagi kedua orang tua dari Aaron.

Ketika mobil yang dikendarai oleh Aaron mulai melaju di jalanan, Casey terpikir untuk bertanya dengan berhati-hati kepada Aaron.

"Apa kamu tahu yang terjadi kepadaku?"

"Iya," jawab Aaron, singkat, tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan di depannya.

"Hmm ... Walaupun kamu sudah tahu, tapi kamu tidak pernah mau mengunjungiku?" tanya Casey, lagi.

"Apa yang kamu harapkan? Aku sibuk dengan pekerjaanku," jawab Aaron, yang tetap saja tidak mau melihat ke arah Casey, walaupun hanya sekedar melirik.

"Bukankah aku tunanganmu? Apa kamu tidak khawatir, jika terjadi sesuatu yang buruk padaku?" Lagi-lagi, Casey bertanya kepada Aaron.

Di saat itu, Aaron justru tampak seolah-olah terganggu, dengan pertanyaan dari Casey itu, sebelum dia kemudian berkata,

"Jangan melebih-lebihkan! ... Kamu berada di dalam perawatan rumah sakit yang terbaik. Kamu tidak membutuhkanku....

... Untuk apa kita membahas tentang hal ini lagi? Bukankah sebelumnya kamu sudah setuju, kalau pertunangan kita hanya untuk bisnis? Lalu kenapa kamu masih berlagak seperti orang bodoh?"

"Aku sudah katakan padamu. Jangan menuntut perhatian dariku, karena kamu tidak akan pernah mendapatkannya!" lanjut Aaron.

Perkataan dari Aaron itu, sudah lebih dari cukup untuk membuat kesimpulan, bahwa pertunangan mereka berdua, hanya akan berakhir buruk di masa depan.

Dan tentu akan lebih baik, jika Casey mencari cara, agar dia bisa membatalkan pertunangan itu, tanpa mengganggu hubungan bisnis.

Untuk selanjutnya, baik Casey maupun Aaron, benar-benar hanya terdiam, hingga mereka tiba di rumah Casey.

Bahkan sampai mereka berdua beranjak keluar dari mobil, masih tidak ada tanda-tanda, kalau Aaron ingin membicarakan sesuatu dengan Casey.

Begitu pula dengan Casey, yang memang pada dasarnya tidak mengenal Aaron, dan tidak terlalu mau perduli dengan apa yang mungkin sedang dipikirkan oleh laki-laki itu.

Ketika mereka semua sudah masuk ke dalam rumah, kemudian mengambil tempat duduk masing-masing di dalam ruang keluarga, Casey yang belum sempat duduk, kemudian berkata,

"Grandpa! ... Aaron! ... Mister and Mistress Hamilton! ... Saya benar-benar meminta maaf. Bukannya saya tidak mau untuk ikut minum teh bersama kalian....

... Tapi saat ini, saya masih merasa sangat lelah. Saya ingin beristirahat sebentar di kamar. Jadi saya berharap, agar kalian bisa memulainya tanpa saya."

Casey berkata jujur kalau dia merasa lelah.

Ditambah lagi, dia memang sedang tidak berminat untuk bergabung dengan Aaron, dan kedua orang tuanya.

Lagi pula, di saat ini Casey masih penasaran akan penjelasan dari Lionel, yang belum sempat diutarakannya kepada Casey.

"Lionel! ... Tolong antarkan aku ke kamarku!" ujar Casey beralasan, agar dia bisa segera mendapatkan privasi, untuk berbincang-bincang dengan Lionel.

Yang kemudian di saat itu juga, ditimpali oleh mommy dari Aaron, yang ikut berkata,

"Aaron! ... Kamu tentu bisa mengantarkan Casey ke kamarnya, bukan?"

"Baik, Mom!" sahut Aaron, kemudian berdiri dari tempat duduknya, lalu menghampiri Casey.

Walaupun Aaron akan menemaninya ke kamarnya, namun Casey tetap memberi tanda melalui gerakan matanya kepada Lionel, agar Lionel tetap ikut dengannya.

Dengan demikian, Aaron dan Casey berjalan bersebelah-sebelahan, dan Lionel menyusul mereka dari belakang.

Ketika mereka akan menaiki anak tangga, untuk menuju ke kamar Casey yang ada di lantai atas, ponsel milik Aaron tiba-tiba berbunyi.

Suara ponsel itu menarik perhatian Casey, hingga secara serta-merta menoleh ke samping, dan melihat Aaron yang menekan tanda 'Terima', di layar ponselnya.

Casey tersenyum sinis, karena dia sempat melihat nama kontak yang tertera di sana, yang bertuliskan 'Honey', dengan foto seorang wanita, yang menjadi tampilan figur kontaknya.

Cukup mengherankan, karena Aaron juga tampaknya tidak perduli, akan bagaimana perasaan Casey, jika dia berhubungan mesra dengan wanita lain.

Casey bisa berpikir demikian, karena walaupun Casey sedang berada di sampingnya, Aaron tetap berbicara dengan wanita di seberang teleponnya, dengan memakai gaya bicara yang mesra, dan bahasa yang romantis.

Berdasarkan apa yang bisa dilihat dan didengar, sudah bisa dipastikan, bahwa Aaron memang tidak memiliki perasaan apa-apa kepada Casey, karena Aaron sudah memiliki kekasih.

Casey tidak bisa membayangkan betapa bodohnya dirinya di masa lalu, jika memang benar dia mencintai Aaron, di masa-masa itu.

Karena jika dia memang mencintai Aaron, maka hatinya pasti akan merasa sangat sakit, kalau Aaron bertingkah seperti saat ini, di depannya.

Dan mungkin karena itulah yang menjadi penyebabnya, hingga otak Casey memilih untuk menghapus kenangan buruk itu dari ingatannya.

Casey tidak mau berlama-lama menyesali kebodohannya, karena itu hanyalah menjadi masa lalu, sedangkan Casey yang sekarang ini, adalah orang yang berbeda.

Walaupun Casey tidak merasa cemburu, tapi bukan berarti Casey mau direndahkan harga dirinya oleh Aaron.

Casey bertekad untuk membalas Aaron.

"Lihat saja nanti!" ujar Casey, berbicara sendiri, sambil tersenyum.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!