"Semua kain di butik itu cantik-cantik tapi pilihan Nona adalah yang terbaik," ujar Eum sambil kembali melihat bungkusan kain yang baru mereka beli.
Yumna hanya tersenyum, setelah belanja kain ia berniat segera ke tukang jahit untuk membuat beberapa pakaian yang layak ia kenakan di hadapan Pangeran nanti.
Srek
Tapi tiba-tiba langkah mereka terhenti, di gang sempit itu sekelompok pria bertopeng menghadang jalan mereka.
"Putar balik," bisik Yumna sambil menggandeng tangan Eum.
Tapi rupanya di belakang mereka juga sudah ada beberapa pria bertopeng, terhimpit di tengah tak ada jalan lain kecuali menyerah.
"Aku akan berikan semua harta yang ku bawa, tapi ijinkan kami lewat dan kami berjanji tidak akan melapor pada siapa pun," seru Yumna mencoba untuk tetap tenang.
"Hehe tipe yang penurut ya, aku suka gadis seperti mu," ucap salah satu pria bertopeng itu.
Beberapa diantara mereka pun segera maju dan mengambil semua barang berharga termasuk kain yang baru mereka beli.
"Tapi ini saja tidak cukup!" seru pria itu.
Sret
Aaaaaah....
"Nona.... " jerit Eum histeris.
"Cepat kabur!" seru salah satu pria bertopeng memberi komando.
..............................
Kediaman Mo genting sejak kepulangan Yumna dan dayangnya, seorang tabib sudah sejak tadi berada di kamar Yumna dan belum juga keluar.
Jian yang lebih cemas dari siapa pun bahkan tak bisa berhenti menghardik Eum yang tidak bisa menjaga Yumna dengan benar, sementara Eum sendiri terus menangis menyesal.
"Ah tabib, bagaimana keadaan Yumna?" tanya Jian segera setelah tabib keluar dari kamar.
"Lukanya cukup dalam tapi pendarahannya berhasil ku hentikan, nyawanya tidaklah dalam bahaya. Tapi.... "
"Tapi apa?" tanya ibu Jian penasaran.
"Bekas luka di wajahnya itu tidak akan pernah hilang," jawabnya.
Terdengar sebuah suara pekikan pelan yang berasal dari para pelayan, tentu semua orang tahu kalau wajah cantik adalah anugrah sekaligus modal hidup di dunia ini. Kini Yumna telah memiliki kecacatan di wajahnya, maka hilang sudah harapan Jian untuk bisa mendapatkan kedudukan tinggi lewat pernikahan putrinya dengan Pangeran.
"Boleh kami melihatnya?" tanya ibu Mo Lin penasaran.
"Silahkan," sahut tabib.
Mereka segera masuk, nampak Yumna masih terbaring di tempat tidurnya dengan lemas.
"Tidak nak! tetaplah berbaring," perintah neneknya saat Yumna hendak bangkit untuk memberi hormat.
"Ayah.. maafkan aku," ujar Yumna menyesal sebab ia tahu impian ayahnya seketika lenyap.
"Jangan bicara begitu, takdir sudah membuat garis sendiri untuk keluarga kita. Sebaiknya kau fokus pada kesehatan mu dan jangan berpikir macam-macam," sahut Jian sambil mengelus rambut Yumna.
Perban yang menempel di pipi Yumna cukup besar dan panjang, ini membuat Mo Lin dan ibunya saling menatap sambil tersenyum penuh arti.
Selesai menjenguk Yumna mereka pergi ke kamar masing-masing kecuali Jian, dia yang frustasi memilih duduk di kursinya sambil meneguk arak.
"Cukup suamiku, kau tidak boleh menyiksa diri seperti ini," ujar selirnya sambil mengambil gelas ditangan Jian.
"Aku baru saja dapat terbang tinggi, tapi tiba-tiba sayapku patah dan seketika aku terjatuh. Kau bisa bayangkan rasa sakitnya?" tanya Jian di tengah kesadarannya yang hanya setengah.
"Tentu aku mengerti, tapi ingatlah bahwa kau tidak sendiri. Ada aku yang meski tidak memiliki sayap tapi dapat menangkapmu dengan aman," sahutnya lembut.
"Hehh.. apa gunanya? aku tetap terjatuh," ketus Jian.
"Kenapa kau bicara seolah kau hanya memiliki satu sayap? suamiku kau memliki sayap yang lain," ujar selirnya mulai pada taktik yang lain.
"Apa maksud mu?" tanya Jian tak mengerti.
"Kau masih punya Lin, dia juga cantik dan tak kalah berbakat dari Yumna. Apa bedanya Yumna dan Lin?" jawabnya.
Jian terdiam, ia mulai memikirkan ucapan selirnya.
"Kesempatan ini tidak akan datang dua kali, hanya Lin satu-satunya harapan kita," tambahnya.
"Kau... benar, Pangeran tidak menyebutkan nama Yumna. Jika kita pertemukan Lin dengan Pangeran masih ada harapan," sahut Jian setuju.
Ibu Lin mengangguk keras, akhirnya ia berhasil meraih kesempatan emas. Kepada Lin segera ia beritahukan keberhasilannya merayu Jian, oleh karena itu Lin harus tampil baik sehingga tidak mengecewakan mereka.
Tentu kabar ini pun sampai di telinga Yumna, hati baiknya bersyukur sebab ayahnya masih memiliki kesempatan.
Sementara Yumna memulihkan diri di kamar Lin belajar lebih giat setiap hari, ia merawat tubuh dan wajahnya dengan baik sehingga setiap hari ia tampil semakin bersinar.
"Nona mau kemana?" tanya Eum melihat Yumna berpakaian dan menggunakan penutup wajah.
"Aku merasa bosan di kamar seharian, apa kau mau menemanaiku jalan-jalan sebentar?" sahut Yumna.
"Baik," balas Eum.
Bersama mereka awalnya berjalan-jalan di taman, melihat setiap tanaman bunga yang Yumna rawat dengan baik. Tapi Yumna cepat bosan dengan hal itu, ia pun mengajak Eum pergi keluar.
Di jalan tanpa sengaja mereka berpapasan dengan beberapa gadis, nampak jelas mereka kikuk saat menyapa Yumna.
Tapi setelah berlalu mereka membicarakan wajah Yumna yang cacat dengan tidak sopan, Eum yang juga mendengar sangat marah dan berniat menghardik mereka tapi Yumna menahannya.
"Biarkan saja Eum, mereka mengatakan fakta bukan gosip yang memfitnah," ujar Yumna pasrah pada keadaannya.
Kini ia menjadi bahan tertawaan pria dan di olok-olok oleh para gadis meskipun gelarnya putri bangsawan, kecacatan yang ia miliki cepat menyebar sampai anak-anak kecil menyebutnya si buruk rupa.
Semakin kecil hati Yumna akhirnya ia memilih untuk mengurung diri di kamar, baginya dunia luar kini sudah tak bersahabat lagi.
Meski begitu ia tetap bersyukur memiliki keluarga yang masih menyayanginya, ia pun juga masih memiliki Lin yang dapat mengangkat derajat keluarganya.
Untuk berterimakasih Yumna memanggil Lin ke kamarnya, tentu Lin sangat jengkel harus bertemu dengan Yumna dan bersandiwara sebagai adik yang baik tapi ia tetap datang.
"Eum keluarkan benda itu," perintah Yumna.
Dengan penasaran Lin melihat dayang pribadi Yumna membawa sebuah kotak kayu ke hadapannya.
"Kakak apa ini?" tanya Lin dengan nada manja agar terlihat polos.
"Bukalah Lin," perintah Yumna.
Lin segera membuka kotak itu, rupanya isinya perhiasan yang sangat indah dan mewah sampai membuatnya tercengang.
"Besok kau akan bertemu Pangeran, orang penting seperti dia tidak boleh kau remehkan.Kau harus tampil cantik tapi juga sederhana, jika kau kenakan perhiasan yang berlebihan Pangeran akan menganggapmu serakah. Ini adalah perhiasan yang paling cocok jadi pakailah besok untuk bertemu Pangeran," jelas Yumna.
"Kakak... apa kau baru saja memberikan perhiasan ini untuk ku?" tanya Lin tak percaya.
"Anggaplah ini sebagai hadiah sebab kau akan membawa keberuntungan bagi keluarga kita," jawab Yumna.
"Oh terimakasih kakak, aku berjanji tidak akan mengecewakan kalian," balas Lin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus ceria
2023-09-24
0