Selama hampir beberapa hari Vivianne dirawat di apartemen Andrew, bahkan hampir seminggu. Dan seminggu ini pula baik Vivianne dan Andrew tidak pergi kuliah. Teman Andrew yang mencoba menghubunginya dia hanya bilang bawa dia mendadak pergi ke Jakarta menemui sang papah! Vivianne merasa itu dia lakukan hanya demi membuat Vivianne sembuh dengan total dan nyaman di apartemennya tanpa gangguan teman-temannya itu.
Hal ini membuat Vivianne tambah tak enak hati karen merasa merepotkan Andre. Terlebih, hubungan mereka yang semula tidak baik. Masih sangat jelas dalam ingatan Vivianne bagaimana dia, seorang Vivianne yang selalu menolak Andrew yang mendekatinya dan ditolaknya mentah-mentah dengan berbagai cara.
Selama dirawat, Andrew bersikap sangat lembut, mulai dari menyuapinya, mengingatkannya meminum obat, mengobati luka di bibirnya yang sobek, membantunya keluar masuk kamar mandi karena kaki Vivianne yang juga sempat terkilir. Dan banyak hal yang dilakukan Andrew yang dia tak duga bisa dilakukannya.
Vivianne merasa malu sebenarnya dia telah salah duga terhadap Andrew yang dikiranya playboy dan mata keranjang. Karena berita ini yang santer terdengar dikalangan kampus mereka. Yang hanya berganti ganti gadis dan pergi meninggalkannya. Dia berpikir orang sebaik dan selembut ini mana mungkin,kan menyakitinya?
Pagi itu Dokter Arman berkunjung untuk mencek keadaannya. Sepertinya sengaja datang lebih pagi sebelum dia pergi kerumah sakit miliknya dan juga tempat dia praktek.
Vivianne sangat senang dan berterima kasih kepadanya atas bantuan dokter yang dipanggil Om Arman oleh Andrew namun masih terlihat gagah itu. Bahkan seperti terlihat hanya tua beberapa tahun saja dari Andrew. Dia layaknya kakak saja dari Andrew dan bukannya Om seperti yang Andrew panggil.
" Sekali lagi saya mengucapkan terima kasih atas bantuannya,yah, Dok. Dokter Arman sudah menyempatkan waktu bahkan kesini hanya sekedar mengecek keadaan saya. Saya jadi tidak enak telah merepotkan Dokter Arman.Dokter pasti sangat sibuk." ujar Vivianne sangat sopan dan sedikit malu-malu itu.
Mendapat tanggapan seperti ini membuat Dokter Arman tentu saja sangat bahagia, terlebih pujian dan rasa terima kasih dari seorang gadis cantik luar biasa dan belia pula seperti Vivianne.
Diambilnya tangan Vivianne sambil menepuknya perlahan, Vivianne terkejut dan tak terbiasa mendapati perlakukan dari Dokter Arman. Yah, itu karena memang dia belum pernah berinteraksi terhadap seorang pria sedekat ini sebelumnya.
" Tidak, Masalah. Saya juga senang, kamu sembuh lebih cepat dari yang saya duga. Ternyata, bocah itu ada gunanya juga yah, sudah merawat kamu dengan telaten!" ujar Dokter Arman dengan sambil mengelus punggung jemari Vivianne.
Vivianne menariknya dengan halus dan dengan raut wajah merasa enggan.
"Oh, maaf, yah? Saya hanya mencoba memberi dukungan dan kesenangan karena kamu telah sembuh dengan cepat." Dokter Andrew gerogi dan kaget ketika Vivianne manarik genggamannya, selama ini tidak ada wanita yang rela menarik genggaman tangan Arman.
Sebagai Dokter cukup terkenal karena kepiawaiannya, dan single, kaya,serta tampan tak jarang membuat semua wanita tergila-gila kepadanya terkecuali Vivianne.
" I-iya, Dok, tidak apa-apa. Maaf saya hanya tidak terbiasa." Vivianne menunduk malu akan sikapnya mungkin membuat Dokter Arman akan tersinggung.
" Ehem! Sudah kubilang, jangan memanfaatkan keadaan! Dia bukan gadis seperti koleksimu! Sudah puas kan? Waktu berkunjungnya? Dia sudah sehat! Jadi tidak perlu lagi Om kesini! Bukankah Om sangat sibuk? Pasien Om juga sudah menanti bukan? Kasihan mereka kehilangan sosok dokter favorit mereka!"ujar Andrew yang tiba tiba muncul sambil membawa dua buah minuman. Satu untuknya dan satu untuk Vivianne dan tak lupa beserta cemilan disebuah piring dan ditaruhnya diatas meja ruang tamu tempat mereka berbicara.
"Sial! Ini anak! Menganggu saja! Padahal baru juga mau dekat dengan gadis belia yang sangat cantik dan dengan body yang aduhai ini! Gara-gara bocah tengik ini, rencanaku gagal."batin Dokter Arman.
" Lagi pula seharusnya kamu mengucapkan terima kasih itu cukup padaku saja! Toh dia sudah menerima imbalannya lebih dari cukup,kok!"ujar Andrew menatap sinis Dokter Arman.
" Maksudnya?" Vivianne yang kurang paham kemudian bertanya dengan wajah polos menggemaskannya.
" E-eh, iya sepertinya aku harus secepatnya kerumah sakit,deh. Jika tidak ingin diamuk para pasien! Aku kembali dulu yah, Vi dan Drew!" Dokter Arman memotong sebelum Andrew menjawabnya bisa hancur reputasinya dihadapan Vivianne. Dia pun berdiri dari sofa diruang tamu apartemen Andrew dan berdiri sambil merampas minuman yang seharusnya punya Andre.
" Hey! Itu punya aku!" ujar Andrew kesal.
Namun mendapat cibiran dari dokter Arman sambil menyengir seakan membalas perlakuan Andrew yang hendak menjatuhkan harga dirinya di depan Vivianne.
" Sorry, bro! Ups! Haus, habisnya! Kamu buat lagi sajalah! Bye, everyone!"Dokter Arman pun berlalu terburu-buru menuju pintu keluar dari apartemen itu.
" Dasar! Dokter sialan!" kesal Andrew.
" Sudahlah, ini kamu bisa ambil minuman aku, aku ga apa-apa kok!" dengan lembut Vivianne menyodorkan minumannya.
"Tapi, itukan minuman buat kamu minum obat!" Andrew berucap pelan.
" Tidak apa-apa aku bisa ambil sendiri kok! Lagi pula dia sudah berbaik hati kemarin memeriksaku dan menyembuhkan lukaku. Aku merasa tidak enak dan sangat berterima kasih untuk bantuannya." Vivianne berujar lembut.
" Cih! Menolong apa! Dia itu dibayar! Bukannya cuma-cuma kamu tahu? Jadi sudah tugas dia memberikan perawatan yang semestinya!" Andrew berujar kesal melihat Vivianne yang sepertinya kagum dengan Dokter Arman itu. Tidak tahu saja, kalau Dokter yang dia kagumi itu mata duitan.
" Jadi, maksud kamu, tadi adalah.." Vivianne mencoba mencerna dengan ragu.
"Sudahlah! Kamu minum dulu obat kamu setelah itu kamu bisa istirahat!"ujar Andrew dengan santai sambil membereskan gelas yang minumannya sudah habis diminum oleh Dokter Arman tadi.
" Drew, tunggu!" Vivianne mencoba menghentikan langkah Andrew dengan menyentuh lengan sikunya tanpa sengaja.
Andrew terkaget dan melirik lengannya yang dipegang oleh Vivianne. Dan seketika Vivianne pun mengikuti arah pandangannya.
" Maaf." ujarnya sangat pelan.
"Bisa kamu duduk kembali? Ada hal yang ingin aku bicarakan." Vivianne memintanya kembali duduk di sofa.
Andrew kembali duduk sambil mengangguk. Dan menunggu hal apa yang hendak diucapkan oleh Vivianne.
Vivianne menarik napas panjang dan menghembuskannya.
" Aku mau minta maaf dan terima kasih." ujar Vivianne dengan tertunduk.
" Untuk?" Andrew menatapnya dengan raut wajah binggung.
" Untuk semuanya! Maaf karena aku sudah pernah mengabaikan mu selama ini, padahal yang kamu inginkan hanya pertemanan, kan? Tadi aku malah, bersikap tidak pantas terhadapmu!"ujar Vivianne.
"Good akhirnya kamu tahu juga kalau kamu sudah kurang ajar, malah!" ujar batin Andrew. Tapi bukan ini yang diucapkannya. Dia malah mengucapkan, " Jangan dipikirkan itu sudah berlalu, aku nggak masalah kok!"
" Benarkah? Makasih yah? Makasih juga sudah membantu aku, mulai dari menyelamatkan aku dari preman-preman itu, merawat aku selama beberapa hari disini, menghubungi dokter pribadi kamu, pasti bayarnya mahal yah?" ujar Vivianne sejenak ragu.
" Terus?" Andrew bukanlah orang bodoh, yang tidak tahu ada yang mengganjal didalam hati Vivianne dan pikirannya saat ini.
" Maksudku, kata Dokter Arman aku bisa sudah boleh pulang,kan? Apa-apakah bisa kamu mengantarkan ku pulang? Rasanya sudah hampir seminggu aku disini, pasti tante Cindy dan tempatku bekerja sedang mencari ku. Dan rasanya tidak enak jika, jika kita hanya berduaan di apartemen ini saja. A-aku bisa saja sih, pulang dengan taksi..." ujar Vivianne menghentikan ucapannya dengan sejenak.
" Aku akan mengantarmu pulang! Tak perlu kuatir! Tunggulah kita bersiap-siap sebentar lagi." Andrew paham yang dipikirkan oleh Vivianne dan kemudian berdiri hendak kekamarnya Menganti pakaiannya.
Tapi, lagi-lagi langkahnya ditahan oleh Vivianne.
" Drew?"panggilnya ragu.
" Ya? Apa ada hal lainnya?" tanya Andrew kemudian.
Vivianne mengangguk pelan.
" Aku saat ini tidak punya cukup uang untuk membayar pengobatanku, dan apa yang telah kamu lakukan untukku. Tapi aku janji jika aku telah memilikinya, aku pasti akan menggantinya! Aku janji! Atau, mungkin kamu butuh bantuan aku, apa pun itu tentu saja selama aku mampu, aku akan melakukannya. Kamu tinggal bilang saja, okay?" Vivianne dengan menyilangkan jari telunjuknya dan tengah tanda berjanji.
Andrew menatapnya, "Jadi dia pikir aku meminta bayaran apa? Atas apa yang kulakukan? Hah? Lucu sekali! Apa katanya tadi, uang? Memangnya dia punya berapa dan apa sanggup menggantinya? Hah? Dasar! Gadis sundel!" Tak terasa gelas kaca yang digenggamnya pecah ditangannya.
"Drew!! Kamu terluka!" Vivianne berlari menuju kotak P3K di apartemen ini.
Dan dengan segera dia mengobatinya. Dia mencabut sisa-sisa beling yang tertancap di telapak tangan Andrew.
" Tahan yah, ini bakalan perih!" namun tak tampak raut kesakitan di wajah Andrew dia hanya menatap takjub yang dilakukan oleh Vivianne selama ini tak ada yang perhatian seperti itu dengannya.
" Sudah!" Vivianne menyelesaikannya dengan membalut lukanya.
" Ayo!" Andrew tiba-tiba menyambar jaket dan kunci mobilnya.
" Kemana?" tanya Vivianne.
" Mengantarmu pulang!" ujar Andrew melangkah menuju pintu.
" Hah? Apa?" Vivianne merasa ada yang tak biasa dengan sikap Andrew.
Entah apa, tapi ini tidak membuatnya nyaman sama sekali. Akhirnya dengan kaos kebesaran milik Andrew dan rok yang dimiliki dia mengikuti langkah Andrew.
Akhirnya dia pulang, tapi entah mengapa hatinya sangat sedih saat ini. Terutama melihat Andrew yang tak banyak bicara sepanjang perjalanan dari apartemen ke kost-an nya.
Ke diaman di dalam mobil ini mengusik hati Vivianne. "Ada apa dengan Andrew?"
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments