Dengan kecepatan diatas rata-rata Andrew mengendarai motornya tersebut. Untunglah hari saat itu memang tengah malam menjelang dini hari, sehingga suasana masih sangat lengang di jalanan. Hal ini tentu saja makin memudahkan aksinya di jalanan.
Andrew sampai di parkiran Apartemennya lebih cepat dari yang diperkirakan hanya sekitar 15 menit.
Dia menoleh kearah belakang punggungnya, " Gila yah ini orang pingsan atau tidur, sih? Duh, mana gue nggak tahu lagi rumahnya! Hey! Bangun! Kita sudah sampai! Bangun!"
Namun sayang orang yang coba dibangunkan ya ternyata masih dalam kondisi pingsan. Andrew melepaskan ikatan yang ada dipinggangnya guna membawa Vivianne agar tidak jatuh karena yang dibawa sedang tidak sadarkan diri.
" Ya sudahlah, gue bawa keatas aja dulu ini anak. Baru setelah itu dia mau pulang, terserah! Ga mungkin juga gue tinggalin ini orang dijalanan, kan? Bisa habis dia sama preman kayak tadi! Lagian, ini anak ngapain sih, malam-malam di jalan sepi, kayak tadi? Apa, jangan-jangan dia...Ah, tapi nggak mungkin! kelihatannya dia anak baik-baik kok!" Andrew mulai mengenyahkan pikiran buruknya tentang Vivianne.
Alangkah kagetnya dia ketika dia tak sengaja menyentuh lengan Vivianne. Dan dengan segera dia menyentuh kening Vivianne. Panas! Buru-buru dibopongnya Vivianne dan mulai masuk ke lobby apartemennya. Andrew tak mengindahkan tatapan security ataupun penjaga lobby ketika dia membopong Vivianne. Pikirannya terfokus bagaimana membawanya keatas dengan segera.
Tak berapa lama Andrew memasuki lift yang membawanya keatas di lantai 6 dan ketika pintu lift terbuka dia menuju apartemennya nomor 20 tersebut. Dengan memencet tombol key lock dengan sedikit susah payah, karena dia sedang membopong Vivianne saat ini.
Setelah terbuka dia merebahkan Vivianne menuju kamarnya, dan dia mencoba menghubungi salah seorang Dokter kenalannya itu.
" Dok, Dokter Arman. Boleh minta tolong untuk datang ke apartemen saya, Dok? Segera? Saya butuh bantuannya, Dok!" ujarnya ketika sambungan telepon tersambung itu.
" Aummm....Andrew? Kamu ngapain telepon saya tengah malam begini? Saya baru saja terlelap sebentar karena habis selesai operasi!Kamu ganggu waktu tidur saya, saja! Eh, tapi sebentar, tumben kamu hubungi saya dijam segini, Apa kamu sakit?" tanya suara seorang pria disebrang sana.
" Sorry, Dok. Nanti saja saya jelaskan, dok! Yang penting Dokter Buruan kesini! SEGERA! Sama, kalau bisa dokter bawa seorang suster wanita yah? Jangan pake lama,Dok! Saya tunggu!" ujar Andrew dengan tegas dan sedikit kencang.
"Hah? Suster wanita? untuk apa?" ujar dokter Arman bertanya.
" Sudah, pokoknya jangan banyak tanya, Dok! Buruan!! Jangan sampai saya bilang ke papah bahwa Dokter tidak membantu saya! Dokter tahu sendiri kan, apa yang bisa dilakukan papah?" Andrew dengan sedikit kesal mengancam si Dokter tersebut.
" E-eh, jangan begitu dong! Jangan bawa-bawa papamu! Ok! Ok Om akan datang tidak sampai 10menit,ok?" dengan Suara sedikit ngeri membayangkan harus berhadapan dengan papah dari anak ini.
"Bisa habis karirnya menjadi Dokter, rumah sakitnya pasti akan disita! Karena selama ini Papah Andrew merupakan salah satu penyumbang terbesar di Rumah Sakitnya bahkan menjadi salah satu penanam saham terbesar disana" pikirnya.
" Five minutes! Not more!" Andrew mendengar ocehan dari sebrang sana namun tak diindahkannya. Dia langsung menutup sambungan teleponnya.
Tut!
" Beres!" ujar Andrew sambil membuang telepon genggamnya ke sembarang arah diatas laci riasnya.
Andrew mencoba meregangkan badannya karena terasa pegal dan sakit karen habis berkelahi dan membopong Vivianne.
Akhirnya dia memutuskan untuk membersihkan dirinya setelah mondar-mandir karena tidak karuan menunggu sang Dokter.
Dia hanya menyegarkan wajahnya kaki dan lukanya yang mulai sedikit mengering itu. Dia mengambil sembarang kotak P3K membersihkannya dan menaruh obat dan membungkus lukanya. Kemudian dia mengganti pakaian dengan kaos putih dan celana pendek jeans. Sambil menatap jam tangannya.
" Sudah hampir 10menit! Awas saja, Dia!" Andrew kesal, ketika dia hendak menghubungi sang papah, tiba tiba terdengar bunyi bel pintu apartemennya.
Teet!
Diapun bergegas mengintip dari lubang apartemennya untuk melihat benarkah si Dokter yang datang atau bukan. Ternyata benar saja. Diapun membukanya.
" Your late,dok! almost 10minutes, right now!" ketika pintu terbuka.
" Hosh! Hosh! Ma-maaf ini juga saya sudah ngebut pinjam motor orang! Loh, Andrew? Tapi kamu sehat-sehat saja kok! Terus yang sakit, siapa?" ujar sang Dokter dengan masih terengah-engah.
" Siapa bilang saya sakit? Nggak ada kan? Saya cuma bilang Dokter harus cepat datang, itupun Dokter telat. Tuh, disana pasiennya!" ujar Andrew kemudian.
Akhirnya bersama-sama mereka menuju kamar yang ditunjukan oleh Andrew yang juga merupakan kamarnya itu.
Sang Dokter menatap sang pasien dan Andrew kemudian ke suster yang dibawanya secara bergantian.
" Dia kenapa? Kamu apakan dia?" tanya si Dokter Arman kebinggungan. Aneh, baru kali ini dia menemukan seorang gadis cantik dengan rambut panjang terurai bergelombang, wajahnya masih terlihat sangat cantik meskipun wajahnya pucat saat ini dengan sepertinya lutut dan kaki serta jangan lupakan bibirnya terluka.
Andrew membuang wajah dengan kesal,
" Jangan mengada-ada deh, Dok! Saya itu tadi habis nolongin dia dijalanan! Dia hampir dilecehkan tadi! Sudah, yah! Periksa saja dulu itu anak orang! Dari tadi nggak bangun-bangun masalahnya! Dan Suster tolong, gantikan pakaiannya dengan ini, saya nggak punya pakaian perempuan tapi ini lebih baik dari pada dia memakai pakaian yang basah dan lembab itu!" ujarnya kembali.
Dokter pun memeriksa dengan seksama, " Dia tidak kenapa-kenapa sepertinya hanya kelelahan saja, ini saya kasih obatnya tolong kamu kasih dia yah. Dan sepertinya dia kurang asupan energi, nanti kamu kasih dia makan dulu sebelum minum obatnya, yah?"
Andrew hanya mengangguk, dan menatap sang Suster yang sepertinya mulai kearah tempat tidur, sepertinya hendak membantu menggantikan pakaian Vivianne. Andrew pun keluar tapi kemudian dia berbalik menatap sang Dokter dengan tatapan tajam.
" Dokter ngapain masih disini?Jangan macam-macam! Dia pacar saya!" ujar Andrew sambil menggeret kerah sang Dokter.
"Hah? bukannya tadi kamu bilang kamu menolongnya dijalanan,bukan? kok bisa jadi pacar kamu sih?" tanya sang Dokter dengan sedikit curiga.
" Suka-suka aku dong! Mau kubilang baru ketemu kek! Pacar kek! apa urusan dengan Dokter? Satu hal yang pasti Dokter nggak berhak didalam sana! Saya tahu jalan pikiran, Om!"sindir Andrew dan duduk di sofa didepan setelah menutup pintu kamarnya.
" Heheh....Kamu bisa aja!" dengan gerogi sang Dokter yang terkenal playboy itu bahkan sampai sekarang tak memutuskan menikah meski usianya hampir sama dengan sang papah. Dia lebih suka berganti-ganti pasangan saja terlebih apalagi sekedar teman kencan. "Teman kencan penghangat ranjangnya saja. Karena menurutnya hanya itu yang dibutuhkan, so buat apa menikah?" kurang lebih seperti itu jalan pikirannya.
Tak berapa lama sang Suster keluar dan menemui mereka.
" Sudah, Sus?" tanya Andrew basa basi.
" Sudah,Tuan." ujar sang Suster dengan malu-malu yang saat ini ditatap oleh Andrew yang memiliki wajah kelewat tampan itu.
" Terima Kasih." Andrew menyerahkan beberapa lembar uang untuk sang Suster.
"Sama-sama, Tuan.Pacarnya cantik sekali tuan.Meski sedikit pucat."ujar sang Suster sedikit memuji.
"Hmm..." Andrew hanya mengangguk saja.
" Bayaranku mana?" kali ini sang Dokter yang berujar.
" Cih! Dokter masih butuh uang juga?" dengan sinis berujar namun tak urung dia mengeluarkan ponselnya yang sudah di kantongi dan kemudian mentransfer sejumlah dana.
" Hey! Aku masih butuh makan, minum, sewa apartemen, bensin! Kalau kamu lupa!" ujarnya.
" Yah, yah. Dan teman ranjang sewaan tentunya,bukan? Itu sudah aku transfer, Om!" dengan santai berujar dan mendapat sedikit cengiran dari Susternya.
" Kenapa kamu jadi buka aibku, sih?Ya sudah, kami kembali yah! Salam sama papah mu!" ujarnya sambil melotot kearah Suster untuk menghentikan tawanya dan mereka menuju pintu keluar.
" Oh, ya, Om! Tolong rahasiakan ini dari papah yah? Aku cuma nggak mau papah berpikiran buruk tentang aku!"ujar Andrew sebelum menutup pintu.
" Baiklah! Terserah padamu, om pergi yah? Bye! Jaga dia sebentar lagi dia juga akan siuman!" ujar sang Dokter dan pergi berlalu.
Andrew terkaget ketika mendengar barang pecah sepertinya dari arah kamarnya. Dia buruan berlarian kearah kamarnya.
" Kamu ngapain?Sudah berbaring saja, kata Dokter kamu sangat lemah. Butuh asupan energi! Memangnya sudah berapa lama sih, kamu nggak makan-makan?" Andrew menatap Vivianne yang hendak beranjak dari tempat tidur tapi sepertinya terjatuh kembali.
" Kamu apakan aku? Hah? Ini dimana? Aku mau pulang! Jangan macam-macam kamu yah!" ujar Vivianne sambil mengacungkan pisau sepertinya pisau buah yang tadi dia taruh di kamarnya untuk memotong buah.
" Aku? Kamu lupa apa? Kalau aku yang sudah menolong kamu? Kalau tidak, sudah jadi santapan preman mesum semalam!" ujar Andrew santai sambil berdiri tegak didepan pintu kamarnya dan bersandar dengan santai.
" Tapi...bajuku.." Vivianne melihat penampilannya yang hanya mengenakan kemeja saja bahkan dia tidak mengenakan bra-nya entah kemana bra nya itu. Dia mulai membayangkan yang tidak-tidak.
" Itu suster perempuan yang gantikan, maaf aku tidak punya baju perempuan jadi yah, pakai kemeja itu saja, cocok sepertinya buat kamu meski kepanjangan sih!" ujar Andrew melihat penampilan Vivianne yang justru sangat menggoda.
" Terima Kasih. Tapi aku harus kembali. Bisa tolong kau antar aku,pulang ke kost-an ku?" ujar Vivianne dengan gelisah.
" Boleh saja, silahkan jika kamu bisa melewati pintu kamar ini dengan selamat, maka akan aku antarkan kamu pulang! Jika tidak, tinggallah sampai kamu kuat! okay? Tenang! Aku tidak punya niat buruk!" ujar Andrew santai.
Vivianne mencoba bergerak tapi naas baru beberapa langkah dia berjalan di sempoyongan dan hendak terjatuh, dengan sigap Andrew berlari menangkap tubuhnya.
Tatapan mata mereka bertemu, Vivi pun menunduk. "Maaf,harus merepotkan mu."
Andrew menggeleng dan kemudian membopong tubuh, Vivianne menjerit kaget.
" Sorry, tapi aku terpaksa melakukannya.Tinggallah hingga kamu sehat! Aku akan tidur dikamar tamu! Beristirahatlah!"
Setelah menaruh Vivianne ketempat tidur Andrew berlalu dari kamarnya tanpa bicara kembali kearah kamar tidur tamu dan beristirahat.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Ni sya ♡
Lanjut thor semangat...
mampir juga di karyaku UTAMI KHOIRUNNISA...kalo berkenan😅
2023-03-16
1