Andrew melakukan segala cara untuk membuat Vivianne sekedar meliriknya dan meminta maaf diwaktu yang bersamaan. Mulai dari mengirimkan coklat, bunga hingga membantu mencari buku di perpustakaan. Bahkan mengajak ngobrol di perpustakaan yang berujung dimarahi oleh penjaga perpustakaan.Semuanya tak membuahkan hasil.
Andrew bahkan menahan malunya sebenarnya, ketika kejadian di perpustakaan itu. Semua orang yang disana, di perpustakaan itu menatapnya dengan aneh. Untung saja tidak ada teman-temannya disana, kalau tidak, mau taruh dimana mukanya? karena seorang Andrew ditolak seorang wanita! Reputasinya bisa hancur sebagai playboy atau heartbreaker!
Tidak hanya sampai disana, Andrew mencari jalan lain yaitu dengan ke kantin dan begitu tahu Vivianne sedang makan, dia berusaha mentraktirnya diam-diam dan berpesan kepada tukang warung agar menyampaikan bahwa dia di traktir oleh Andrew.
Andrew merasa bahagia, ketika makanan Vivianne tiba dan Vivianne menyantapnya dengan lahap. Dia merasa Vivianne telah menerima traktirannya. "Lagi pula wanita mana sih, yang menolak ditraktir? Hehehe..." begitu pikir Andrew.
Tapi lagi-lagi Andrew harus menelan pil kekecewaan. Bagaimana tidak? Ketika dia hendak pergi dari kantin, tiba tiba sang pemilik warung menghampirinya dan mengembalikan sejumlah uang kepadanya. Lengkap dengan titipan pesan. " Maaf mas, katanya dia tidak kenal mas dan dia tidak terbiasa dibayarin sama orang yang tidak dikenalnya!"
"What?? Gila nggak itu cewek? Makanya ini juga dia mencoba berkenalan, markonah! Gimana mau kenal,coba, kalau Andrew tak diberi kesempatan?" batin Andrew kesal.
Keesokkannya dia juga mencoba mengantarnya pulang, tapi jawabannya menusuk hati! Dia bilang, "Dekat konstannya dan dia terbiasa jalan kaki karena hitung-hitung olah raga" katanya.
Beberapa hari sebelumnya juga sama, Andrew bahkan merendahkan dirinya dengan meminta teman sekelas Vivianne dan mengajaknya melihat pertandingan basket! Kebetulan hari itu Andrew berlaga, dengan sedikit gaya slow motion, dia sengaja ketika kelelahan mempertontonkan bagian tubuh atasnya dengan membuka kaosnya yang basah oleh keringat dan yang dia yakini tubuhnya digandrungi para gadis-gadis di kampusnya karena kenyataannya memang Andrew menjaganya dengan berolahraga rutin bahkan ke gym!
Dan dengan sedikit ala-ala sok sexy menguyur kepalanya dengan siraman air minum. Dan benar saja para gadis-gadis berteriak histeris melihatnya. Dan tahu apa yang dilakukan oleh Vivianne? Bukannya ikut berteriak dan melihatnya, dia malah asik membaca buku sambil mengenakan headset! Dan pergi berlalu dari lapangan basket, "karena berisik" katanya,
"What???"maki Andrew dalam hati.
Brak!!
Andrew menutup pintu mobilnya dengan keras, di parkiran kampus. Kedua temannya yang kebetulan menunggunya karena mereka sudah janjian sedikit terkejut mendengarnya dan melihat raut wajah Andrew yang kesal membuat mereka tambah kebingungan.
Pasti telah terjadi sesuatu yang buruk lagi, seperti yang selalu Andrew ceritakan dalam obrolannya seminggu terakhir ini. Apalagi kalau bukan mengenai Vivianne!
" Kenapa lagi,lo? Pasti ada hubungannya dengan Vivianne kalau muka lo kucel, begini! Kenapa lagi, ditolak lagi? Hahaha....Andrew...,Andrew... Ga menyangka gue seorang Andrew ditolak berkali-kali sama gadis yang sama, pula!" Alex tertawa menyindir sahabatnya itu. Mereka sudah mendengar kisah dari Andrew ketika setiap kali dia menerima penolakan dari Vivianne.
" Jangan banyak, bacot! Lo! Heran gue sama tuh, cewek! Apa coba, kurangnya, gue? Tampan iya, populer iya, smart iya, yang jelas gue kaya! Eh, dia malah seperti menjauhi gue, dia pikir gue lalat, apa?!" ujar Andrew marah.
" Kenapa lagi, memangnya? Kan gue sudah memeringatkan elo, Vivianne itu gadis yang berbeda! Dia pernah bilang, kalau dia nggak mau dekat-dekat sama seorang pria! Katanya, dia mau jadi orang sukses,dulu! Makanya dia kuliah disini juga karena beasiswa! Dia nggak mau sia-siakan itu!" ujar Briyan santai.
" Nggak! Gue kesel aja, pas tadi didepan tidak sengaja gue ketemu dia, gue tawarin dong, naik mobil gue, mana cuaca lagi panas pula! Eh, dia malah, bilang, 'makasih, aku bawa payung kok!' Gila, nggak tuh, cewek! Enakan di dalam mobil gue dong, jelas! Ga keringetan, nggak kepanasan, ber AC pula! Yang jelas, sama pria setampan gue! Eh, dia malah ogah! Nggak tahu lagilah gue sama dia! Semua jurus, saran dan trik sudah gue gunain! Nggak tahu kenapa nggak mempan tuh, sama dia! Heran gue! Eh, sebentar, tapi ngomong-ngomong kok lo tau banyak sih, tentang, Dia? Apalagi yang lo tau tentang, Dia? Jangan bilang lo naksir,beneran?" ujar Andrew kemudian.
" Apaan sih, lo! Jangan mengada-ada deh! Gue tahu, dari si Dewi yang suka jalan sama dia anak promosi juga di senat! Dia itu anaknya mandiri! Makanya kalau lo pake trik murahan seperti yang lo lakuin ke cewek-cewek lain, ga mempan sama dia!"ujar Briyan menutupi kekagumannya terhadap Vivianne, dia takut Andrew mengetahuinya. Dan rusaklah pertemanan mereka, meski apa yang dilakukan Andrew salah, dia tak ingin temannya itu tahu mengenai kekagumannya ini.
" Terus, gue mesti gimana dong? Susah bener, sih, itu cewek!" keluh Andrew sambil menjambak rambutnya karena kesal.
" Terus, lo mau nyerah? Cihuy...Ducati, Ferarri here I come!" Alex beranjak hendak menghampiri mobil Andrew.
Namun kerah bajunya dari belakang ditarik paksa oleh Andrew.
" Apa-apaan lo? Nggak ada yah, seorang Andrew kalah atau mengalah!" ujar Andrew, padahal dalam hati saat ini dia mulai mengalami pertentangan dalam dirinya yang hampir saja menyerah.
" Lah, lo tadi bilang, lo ga tau mesti bagaimana menghadapi dia,kan? Berarti lo menyerah, dong?" ujar Alex dengan binarnya.
" Nggak! Demi mobil kesayangan dan motor kesayangan gue, gue nggak akan menyerah! Lagi pula waktu gue masih banyak, kan? Ini juga baru mau bulan kedua! Gue masih punya waktu 4 bulan lagi! Gue akan pikirkan, caranya!" ujar Andrew tak mau kalah dihadapan mereka, walau sebenarnya dia belum kepikiran bagaimana caranya, tapi dia tidak akan menyerah saat ini.
" Yah, yah! Terserah padamu saja! Tapi kalau sudah mau menyerah, kibarkan bendera putih, okay?" ujar Alex kemudian.
Andrew hanya membuang mukanya tanpa menjawab. Dia kesal jika sudah diremehkan seperti ini.
" Sudah,sudah! Jangan bete lagi! Bagaimana kalau kita ketempat, biasa? Si Tommy tuh, nantang kita, biasa, balapan motor! Lo mau terima, nggak? Mendingan kita kesana, dari pada pusing? Bagaimana?" ujar Alex tiba-tiba.
" Kapan?" wajah Andrew kembali sumringah.
" Malam ini, mau?" jawab Alex singkat.
" Ok deh! Kebetulan ini malam gue nggak kemana-mana. Lo harus ikut Bry! Awas kalau nggak!" ujar Andrew kemudian.
" Iya..iya. Nanti ketemuan dimana?" tanya Briyan pasrah. "Gini nih, kalau Andrew sudah bicara maka semua wajib ikut! Ini seperti layaknya perintah" batin Bryan kesal.
" Ditempat biasa aja! Jam biasa,yah?" ujar Andrew kemudian.
" Sip!" Alex menunjukkan jempolnya tanda setuju.
Mereka pun bersama-sama menuju ke kelas mereka, karena kebetulan jam pelajaran sebentar lagi sudah hendak dimulai, dan kebetulan jam pertama adalah dosen Statistik yang terkenal killer dan mereka tak ingin terlambat.
*****"
Malam pun tiba, dengan jacket kulit berwarna hitam, Andrew mengendarai motornya setelah selesai balapan, dia merasa sangat senang, seperti biasa dia memenangkan balapan liar tersebut. Bukan uang sebenarnya yang menjadi targetnya tapi lebih kepada dia merasa ketika balapan segala kepusingan dirinya mendadak hilang belum lagi rada deg-deg kan ketika memacu motornya. Andrenalin-nya terasa terpacu! Disinilah letak kepuasannya.
Tapi malam ini tak seperti biasanya dia ingin tidur lebih cepat! Dia lelah dia ingin cepat bisa sampai ke apartemen yang ditempatinya. Sehingga dia meninggalkan selebrasi itu.
Andrew melewati jalanan yang memang sepi! Bayangkan! Bagaimana tidak sepi? Ini sudah hampir menyentuh dini hari jam 02:00 dan dia masih harus membelah jalanan yang mulai dingin.
Ketika dia melalui jalanan sepi, tak jauh dari sebuah hotel besar, diujung sana dia melihat sepertinya ada perkelahian yang tidak seimbang? Dan seorang gadis, dikerubuti tiga orang pria?? "What??" dan dia melihat sepertinya sang wanita mulai terdesak dan kemudian akhirnya berhasil dikungkung oleh salah dua orang pria dan salah seorang pria sepertinya mulai melecehkannya.
" Lepaskan!! Tolong, jangan lakukan ini! Hikhik.." seorang gadis menanggis dan mencoba tetap melawan namun badannya sangat lemas, karena kondisinya yang sedang tidak fit dan terkuras karena sempat berkelahi, apa daya dia hanya seorang gadis, pada akhirnya sehebat apapun dirinya terlebih kondisinya yang sakit memperburuk keadaannya.
" Hahaha....tenanglah, kamu pasti akan merasakan enaknya,kok! Kami tidak akan berbuat kasar, bahkan lembut, kepadamu, cantik! Bukankah begitu, Teman-teman?" ujar seorang pria sangat kekar yang saat ini mengelus wajah Vivianne.
" Cih! Kalian sangat kurang ajar! Mau kalian, apa?, uang?ambil semuanya! Tapi lepaskan aku!" ujar sang wanita dengan gemetar.
" Uang? Hahaha.....kenapa kau pikir kami butuh uang? Kami tidak butuh uangnya, nona cantik! Kamu butuh tubuhmu untuk menghangatkan kami dimalam yang dingin! Benar, Teman-teman?" tanyanya sambil nyengir.
" Benar, Bos! Jadi, menyerah sajalah! Dan terima kehangatan dari kami! Kamu pasti akan ketagihan! Hahahah..." seorang dengan napas berbau alkohol berhembus di tengkuk Vivianne dia yang memegang erat tangannya.
" Cih!! Tidak akan! Aku tidak sudi!!" dengan sisa kekuatannya Vivianne meludahi wajah pria dihadapannya dan sekuat tenaga menendangnya.
" Auwww!! Gadis kurang ajar! Pegang dia! Kau akan menyesal sudah melakukannya! Aku tidak akan berbuat lembut lagi!" dengan mata penuh amarah dan menahan kesakitan diarea kebanggaannya sebagai seorang pria. Dia mulai menghampiri wanita yang terus melawan tersebut dan menamparnya sekuat tenaga.
Plak!!!
Keluarlah darah segar dari balik bibirnya yang mungil itu, bukannya merasa kasihan sang pria malah semakin buas dia kemudian mencium bibir sang gadis. Sang gadis meronta-ronta dan menggigit kuat bibir pria tersebut. Sang pria mundur kemudian dengan pandangan tajam menjilati darah yang keluar dari bekas gigitan itu dan kemudian menatap gadis tersebut.
Gadis tersebut ketakutan sekarang, dengan buas pria dihadapannya dengan kuat merobek baju yang dikenakan sang wanita.
" TIDAK!!!!" sang gadis tersebut menangis, merutuki nasibnya yang mungkin tidak akan tertolong.
Terpampang lah, tubuh bagian atas wanita itu. Dengan menahan amarah yang menggebu membuat dadanya naik turun, tapi pemandangan ini malah membuat pria tersebut semakin bergairah. Pria tersebut mulai menelusuri tubuh putih bersih, wanita didepannya. Mulai dari bahunya dan kemudian turun kebawah dan dengan kasar meremas bagian depan tubuh wanita itu. Sang gadis memberontak.
" Lepaskan tangan kotor kamu dari tubuhku bajing*n! Tolong...tolong aku!!" makinya sambil terus mengeluarkan air mata.
" Hahaha.....tidak akan ada yang menolong mu! Lihatlah jalanan ini sangat sepi! Bawa dia ke semak-semak dekat taman itu! Biar aku mencicipinya! Aku sudah tidak sabar! Makin dia liar dan meronta, aku makin ingin mencicipinya! Buruan!" ujarnya kepada kedua pria yang memegang wanita itu.
"Tidak!!! Lepaskan aku!!!" sang wanita itu terus meronta. Tapi mereka tetap membawanya. Dan ketika sampai di taman di mana terdapat lampu-lampu yang indah, kedua pria tersebut menaruhnya di atas rerumputan. Tapi ketika mereka sedikit lengah, sehingga genggaman mereka terlepas. Vivianne mencoba berlari.
" Kejar, dia!! Jangan sampai lolos! Nanti Bos marah sama kita!" ujar salah seorang temannya itu.
Wanita itu terus berlari, tapi kemudian tubuhnya menabrak seseorang dan seseorang itu memeluknya.
" Lepaskan!! Lepaskan aku!!" teriak Wanita itu dengan sekuat tenaga dan ketakutan.
" Sst!! Diamlah, ini aku Andrew!! Vi, Vi!" ternyata pria yang menangkapnya adalah Andrew. Teman kuliahnya, yang selalu mendekatinya itu.
" A-andrew? To-tolong...aku...please" ujar Vivianne, yah ternyata wanita itu adalah Vivianne dia yang baru saja beberapa hari diterima bekerja part-time sebagai tukang bersih-bersih disebuah hotel ternama dan juga malam itu ditempatkan untuk bersih bersih dan membantu juga di restauran hotel tersebut.
Tapi Tania salah seorang temannya yang baru dikenalnya ditempat kerjanya, melihatnya Vivianne pucat dan meminta Vivianne untuk pulang lebih dahulu. Vivianne yang memang meminta shift malam, seharusnya baru pulang menjelang subuh, atau pagi hari, tapi karena kondisinya yang sedang demam dia pulang lebih cepat. Dan naasnya jam segitu adalah jam berbahaya sebenarnya untuk seorang gadis pulang sendirian. Akhirnya kejadian inilah terjadi, beberapa pria jahat hendak melecehkannya.
" Kamu pakai dululah, jaket ku ini, maaf, sepertinya pakaianmu sedikit terbuka!" Andrew menyerahkan jaketnya untuk dikenakan oleh Vivi untuk menutupi bagian tubuh depannya yang terbuka.
Vivi menyadarinya dan menunduk, buru buru dia mengenakannya dengan terbalik dimana bagian punggungnya ia kenakan. Agar menutupi bagian tubuh depannya dengan sempurna.
" Kamu bersembunyi lah, biar aku tangani, mereka!" akhirnya Vivianne bersembunyi dibalik sebuah pohon di taman tersebut. Tiba tiba dari arah depan, kedua orang pria yang mengejarnya menghampiri Andrew.
" Hey! Apakah kamu melihat seorang gadis berlarian kearah sini?" tanyanya kepada Andrew.
" Seorang gadis? Tidak! Aku baru sampai dan tak melihatnya!" ujar Andrew sedikit berbohong memasang wajah polosnya itu.
" Mungkin dia kearah sana, aku cuma melihat siluet seorang gadis berlarian kearah sana mungkin dia yang kalian cari!" ujar Andrew kemudian.
" Baiklah! Terima Kasih!" ujar mereka.
" Sama-sama!" ujar Andrew santai. "Carilah kesana sampai kau bosan juga tidak akan ketemu! Hehehe..."ujar Andrew dalam hati.
Setelah mereka menjauh, Andrew buru-buru mencari Vivianne yang ternyata bersembunyi dibalik pohon.
" Sudah aman! Ayo, kita pergi dari sini sebelum mereka kembali! Kebetulan aku membawa motor, mari aku antar kamu pulang! Kali ini please jangan menolak, kalau kamu tidak ingin nasip kamu berakhir ditangan mereka!" Andrew berujar.
Dengan sedikit gemetaran Vivianne yang semula ragu-ragu akhirnya menerima uluran tangan Andrew.
" Hey! Bajingan tengik! Ternyata kau membohongi kami awas kau!" ternyata dua orang tadi berbalik dan kita kearah Vivianne dan Andrew.
" Apakah kau kuat berlari?" tanya Andrew kearah Vivianne, dia bukannya tidak mau berkelahi berkelahi tapi hari ini dia hanya ingin istirahat!
" Maaf, kakiku,sepertinya keseleo!" Vivianne mengurut pergelangan kakinya dengan menatap sayu.
" Ya sudahlah, kamu diam disini dan tetap bersembunyi. Terpaksa hari ini aku harus sedikit lebih lelah!" ujar Andrew sambil meregangkan kedua jemarinya dan melenturkan kepalanya.
" Maaf!" Vivianne tertunduk! Kalau bukan karena dia sempat tersandung ketika berlari, mungkin kakinya tak separah ini tadi.
" Sudahlah! Toh, aku juga sudah lama tidak latihan!" ujar Andrew nyengir.
" Hah? Apa?"
Andrew beranjak dari hadapannya tanpa menjawab pertanyaan Vivianne.
" Majulah, kalian! Kebetulan aku sudah lama tidak latihan! " dengan sambil berlarian diapun mendekati mereka.
" Dasar bocah tengik! Awas kau! Sudah berani membohongi kami! Serahkan gadis itu! Dia milik kami!" ujar salah seorang pria bertato dan berbadan besar.
" Hahaha. Ambil kalau bisa!!" Andrew menantangnya dan siap berkelahi.
Akhirnya dengan ganas dan cepat Andrew menghabis kedua orang tersebut, bahkan meski mereka sempat menggunakan pisau lipatnya untuk menghunus kearah jantung Andrew namun tak mengenainya hanya merobek kulit lengannya dan bajunya.
Andrew bagai kesetanan menerjang dan membabi buta menghajar mereka semua dalam hitungan menit! Akhirnya mereka terkapar! Tak berdaya. Dirobeknya sebagian bajunya untuk menutupi lukanya dan darah yang mulai mengalir.
" Arrghhh!! Sial! Jadi rusak kan, tuh, baju gue! Dasar orang-orang tak berguna! Cih!!" sambil meludah Andrew pun beranjak dan menemui Vivianne.
" Yah, dia pakai pingsan pula! Sorry yah, terpaksa gue bopong kan tuh, jadinya!" ujar batinnya. Dengan susah payah Andrew membopongnya menjauh dan kearah motornya. Dan diikatkan kedua tangan Vivianne yang diarahkan memeluknya. Tak ada cara lain pikirnya jika dia tak ingin Vivianne terjatuh.
Namun ketika dia hendak melajukan motornya terdengarlah teriakan salah seorang pria.
" HEY!!! Jangan Lari Kau!!!"ujarnya sambil berlari.
" Sial!! Maaf,Pak, kalau mau minta tanda tangan, nanti saja! Tahun depan kek! Aku ga ada waktu sekarang! Bye!" ucap Andrew sambil melarikan motornya.
Dengan memakai dan meneriakinya pria pertama yang hendak melecehkan Vivianne mengejarnya. Tapi sayang, mereka bukan tandingan Andrew yang terbiasa melakukan balapan terlebih saat ini dia menggunakan motor balap kesayangannya itu, sedangkan si preman tersebut menggunakan mobil. Sehingga tentu saja dia ketinggalan sangat jauh.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Dinnost
aduh...
selalu aja, ada kejadian yang bikin lemah iman...
2023-05-10
0
Liu Zhi
wkwk
2023-04-20
0