BRAK!!
Tak urung Vivianne dan Bunda melirik kearah pintu, dan terlihatlah Adik-adiknya terjatuh saling menindih di depan kamar Vivianne.
Vivianne pun tak kuasa menahan tawanya, sedangkan para Adik-adiknya hanya bisa menyengir tidak berdaya.
" Kalian menguping pembicaraan Bunda,yah?" ujar sang Bunda menatap satu persatu anak pantinya yang ada sekitar lima orang tersebut.
" Maaf,Bunda, ini idenya Reihan Bunda. Aku tidak ikut-ikut kok, Bun!" ujar Agus yang sedikit lebih tua dari Reihan.
"Tidak ikut-ikut kok, ikutan jatuh sih, Dek? Berarti Agus ikutan menguping, dong?" kali ini sindir Vivianne.
"Kalian, yah! Memang nakal!" dengan gemas sang Bunda menjewer kuping anak-anak panti tersebut.
Mereka pun berlarian kearah Vivianne untuk berlindung dari sang Bunda yang sedang ngamuk. Tapi bukannya menolong, Vivianne malah dengan gemas kembali mencubit adik-adik pantinya. Sehingga terjadilah kejar kejaran di kamarnya tersebut.
Bunda Fatma yang melihatnya tak urung menitikkan air matanya kembali. Meski mereka semua tidak memiliki pertalian darah satu sama lain namun mereka saling menyayangi, melebihi saudara kandung. Dan dia bangga kepada Anak-anak pantinya itu. Mungkin pemandangan seperti ini tidak akan terjadi kembali setelah Vivianne pergi nantinya.
********
Tak terasa Vivianne sudah menginjak satu bulan di kota Jogya, dia sudah mulai terbiasa dengan kegiatan kampusnya dan kesehariannya disini.
Kost-an Vivianne tak jauh dari kampusnya sehingga cukup berjalan kaki saja. Dan beruntungnya ternyata Ibu Cindy adalah pemilik dari kost-kostan yang dia tempati itu, Ibu Cindy ternyata adalah teman dari Ibu Fatma dulu ketika di SMA. Hanya saja, setelah kuliah mereka berpisah, Ibu Cindy melanjutkan kuliahnya di Jogya sedangkan sang Bunda Fatma harus puas karena harus menikah dengan Almarhum suaminya.
Ibu Cindy sangat baik hati dan tak jarang menolong Vivianne, sehingga kadang Vivianne sungkan kepadanya.
Selama sebulan ini Vivianne berusaha untuk mencari pekerjaan sampingan, karena dia tidak ingin berpangku tangan dan hanya mengandalkan bundanya. Dia tidak ingin merepotkan sang Bunda yang sudah sangat baik kepadanya selama ini.
Namun sayang, dia belum mendapatkan pekerjaan yang diinginkannya. Sebenarnya dia bukanlah jenis pemilih, pekerjaan apa pun bersedia dia lakukan asal jam kerjanya tidaklah bentrok dengan kuliahnya yang kadang pagi ataupun siang hingga sore hari. Tentulah dengan kondisi seperti ini sangat sedikit pekerjaan yang tersedia, tapi dia tak patah semangat. Dia yakin suatu saat pasti dia akan mendapatkannya.
Saat ini dia membantu anak-anak dari Bu Cindy dengan memberikan les private, tapi inipun tidak setiap hari hanya seminggu dua kali, sehingga praktis setelahnya Vivianne tidak memiliki kegiatan apapun.
"Puff!" Vivianne menghembuskan napas panjang, sambil memakan roti isi buatannya yang sengaja dibawanya dari kost-an nya demi menghemat uang sakunya.
Dia pun mulai berselancar di internet guna mencari lowongan pekerjaan sambil duduk di- taman dekat Lapangan Basket.
"AWAS!!!" teriakan seorang pria.
Vivianne tidak terlalu memperhatikan sekelilingnya, bahkan ketika ada seseorang yang memberikan peringatan kepadanya karena saking asiknya dia berselancar di ponsel-nya itu.
Hingga akhirnya, sebuah benda melayang kearahnya dan mengenai tepat di kepalanya.
BUGH!!
" Auwww!!" ujarnya sambil mengelus keningnya yang tercium oleh bola basket yang cukup keras, diapun mengerang kesakitan.
" Hosh...hosh!! Kan, sudah kubilang, awas! Kenapa tidak menghindar, sih? Argh!! Kotor kan tuh bola! Wey! Tolong ambilkan dong, itu bola!" ujar seorang pria dengan kaos basketnya yang sudah dibanjiri oleh keringat itu.
Vivianne menatapnya kebingungan, dia melihat seorang pria tampan, tinggi, bersih, dengan badan atletis yang membuat para wanita pastilah berteriak histeris. Dan dengan sedikit senyuman sinis nya menatap kearah Vivianne.
"Tampan dan gagah! Tapi sayang sombong! Apa tadi katanya? Ambil bolanya? Bukannya minta maaf ,malah apa tadi? Menyuruhnya? Yang benar saja!" kesal batin Vivianne.
" Hey! Kamu dengar, tidak? Kamu tuli, yah?" dengan kesal pria tersebut meneriakinya.
"Jangan berteriak! Ini bukan di hutan! Dan aku tidak tuli!" dengan Kekesalan memuncak Vivianne berujar.
" Kalau kamu tidak tuli, cepat buruan ambil bola itu!" kali ini pria tersebut memakinya kembali.
" Kenapa mesti aku? Ambil saja sendiri! Sudah mengenai kepala orang, tidak meminta maaf, malah menyuruh, pula! Dasar pria tak tahu diri!" Vivianne pun beranjak dari kursinya dengan cuek-nya meninggalkan pria yang semula disebutnya tampan itu.
" Hey!!! Jangan pergi!! Aku belum selesai bicara!! Dasar orang kampung tidak, sopan!" hardik pria itu kembali.
Vivianne berbalik, dan menghampirinya dengan berjalan pelan. Pria tersebut menyeringai dengan penuh kemenangan.
"Apa kubilang! Dia pasti kembali, huh! Siapa sih, yang tidak kenal dengan Andrew dan menolak pesonanya?" batinnya berujar, sambil menyisir kan rambutnya kebelakang dengan tangannya.
"Sampeyan sing wong ndeso! Cangkem mu ora tau sekolah nganggo opo? Sepisan maneh kowe ngarani aku wong ndeso, ndasmu mabrur!" setelah berbicara makian dalam bahasa Jawa Vivianne pun berbalik dan pergi meninggalkannya.
" Hei! Kembali! Kamu baru saja memakiku,kan? Aku cuma tahu ndeso! Kamu ngatain aku, kampungan? Sini kamu, kembali! Cewek, aneh! Hey!" Andrew sangat kesal. Meskipun dia kuliah di UGM Jogya, tapi dia tidak mengerti sama sekali bahasa Jawa, karena dia berasal dari Jakarta dan inilah yang kadang membuatnya kesal.
Dari sekian banyak bahasa yang gadis itu katakan hanya satu kalimat yang dia pahami yaitu ndeso! Hanya itu! Andrew sudah hendak mengejar gadis yang mengatainya kampungan itu, namun sebuah tangan besar menahannya.
" Hahaha....ternyata ada juga cewek yang tidak silau sama ketampanan,lo! Atau, jangan-jangan, pesona lo mulai memudar, Drew! Sudahlah! Jangan diperpanjang! Lagi pula, kamu yang salah,kok, Drew! Mendingan, kita cari minum atau makan yuk? Gue haus dan lapar banget, ini. Habis main basket!" ujar salah temannya yang bernama Alex itu.
" Kesel gue, sama itu cewek! Dia yang matanya picek! Bukan karena pesona gue yang sudah memudar, yah! Catat! Sok kecakapan! Mana ngatain dan maki gue pakai bahasa Jawa,pula! Mana gue paham,kan? Yang gue tahu, dia baru saja ngatain gue ndeso! Artinya kampungan kan, Lex?" masih dengan kesal Andrew berucap.
Alex hanya menahan tawanya, melihat tingkah sahabatnya yang seperti kebakaran jenggot itu.
" Malah ketawa! Bukannya bantuin,kek! Kejar itu cewek kampung! Siapa sih, Dia? Kok gue baru lihat, sih?" ujar Andrew.
" Lo kenapa, Lex? Terus si Andrew kenapa, kayaknya lagi kesal?" tiba tiba ada pria lainnya datang sambil sedikit berlari menghampiri mereka.
" Noh, si Andrew lagi kesal sama cewek cantik, itu loh! Karena habis di bilang orang kampung! Hahaha..." Alex makin tertawa menjadi -jadi.
Peletak!
Dengan Kesal Andrew menjitak kepala temannya itu.
"Siapa bilang, dia cantik! Gadis kampung gitu kok, dibilang cantik, sih! Yang cantik itu tuh, si Audrey, Alexia, atau Manda! Nah, itu baru cantik! Ini apa? cewek muka kampung gitu kok, lo bilang cantik, sih?" tutur Andrew.
" Oh..., si Vivianne, yah? Kembangnya kampus Manajemen Bisnis itu! Cantik loh, dia Drew! Dia mah cantiknya alami, tidak pakai lipstik aja, bibirnya merah merekah! Belum body-nya duh, Drew! Kalah gitar spanyol, deh! Mana pinter lagi!" ujar Briyan sambil menatap Vivianne yang mulai menjauh.
Kedua temannya menatapnya kebinggungan, " loh, kok lo, tau?" ujar mereka serempak.
" Hehehe....ya, taulah. Makanya, kalau ada pertemuan senat tuh, dateng! Bolos melulu sih, kalian! Jadi kudet, kan? Hahaha...." Briyan tertawa dengan puas.
" Cih! Gaya, lo! Males gue menghadiri acara senat, Anak-anaknya pada ga gaul! Ga asik! Kok dia bisa masuk senat, sih? Sejak kapan? Kok, gue nggak, tau? Ngapain dia disana? Nambahin orang-orang aneh di senat saja!" dengan sewot Andrew berujar.
" Makanya Dateng! Si Vivianne itu bantuin Sherly yang kewalahan jadi Team Promosi! Dia cerdas,loh! Banyak idenya, makanya banyak yang kagum bahkan kayaknya jatuh cinta deh, sama tuh, anak! Tapi, yah.., dia dingin Bro, sama laki-laki! Sudah begitu, para pria itu minder atau takut! Gimana, tidak?, selain cantik, pintar jago taekwondo, Pak! Ngeri, kan? Kemarin si Roy, baru kena piting dan di banting sama itu anak karena mencoba mencolek dagunya! Bayangin,coba? Bukan hanya sakit, malunya itu, loh! Roy jadi hancur reputasinya sebagai playboy tengik! Hahahaha...." tawa Briyan kemudian.
" Eh, tunggu sebentar, kok gue jadi kepikiran, yah?" Alex melirik Briyan sambil menaikan alisnya.
" What? Jangan bilang lo naksir dia!" Andrew menatap dengan curiga.
" Nggaklah...She is not my type! Too Smart for me!" tutur Alex sambil nyengir.
" Huh! Dasar! Otak lo saja otak udang! Terus?, Apa, dong?"'Andrew mulai penasaran.Yang hanya ditanggapi dengan cengiran Alex.
" Sebentar! Jangan bilang, lo lagi mikir mau menargetkan dia sebagai next korban taruhan kita? Gila Lo, yah! Anak baik-baik dia, tuh! Nggak, nggak! Jangan dia! Cari yang lain, kek! Si Mira atau Madeline! Asal jangan, Dia! Lagi pula lihat saja, belum apa-apa si Andrew sudah di jutek kan sama dia! Berat lah!" Briyan menyadari otak licik sahabatnya itu.
" Loh? Memangnya, kenapa? Lo, menyepelekan gue,apa? Inget,yah? Tidak ada satu wanita pun yang bisa menolak pesona seorang Andrew!" ujar Andrew sambil menepuk sebelah dadanya itu.
" Bukannya begitu, Drew! Dia itu..." Briyan tetap mencoba menahan agar jangan mengorbankan Vivianne sebagai taruhan mereka.
Yah, sejak dua tahun terakhir mereka tepatnya, Andrew dan teman-temannya memiliki hobi yang sedikit ekstrim yaitu mereka, Briyan dan Alex akan mencari korban salah seorang gadis dari kampus mereka untuk Andrew taklukan dan dijadikan pacar dalam jangka waktu 3-6 bulan, dan kemudian memutuskannya dihadapan orang banyak, di kampusnya!
Dan taruhannya biasanya bukan main-main, bisa dari ponsel merek apel digigit dengan keluaran terbaru itu, hingga kali ini mereka menaikan taruhannya menjadi kendaraan roda empat dan motor! Luar biasa, bukan?
Mereka terkenal dengan Geng A2B atau kadang ada yang menyebut mereka The Alfa!
Kenyataannya adalah selain mereka kaya, pintar,jagoan basket terutama Andrew yang merupakan kapten basket kampus mereka itu, jago balapan, dan tak lupa juga jago bela diri. Namun diatas segalanya, mereka juga tampan.
Tapi sayang, reputasi mereka juga terkenal p**layboy terutama Andrew yang menjadi ketua Geng mereka itu dan yang paling tampan diantara mereka. Membuat para wanita yang mengetahuinya menjauh dari pria-pria heartbreaker itu!
Tapi herannya, masih banyak para gadis yang mencoba mendekati mereka meskipun tahu reputasi jelek mereka. Karena buat mereka, menjadi suatu kebanggaan jika bisa berdekatan dengan ketiga pria tersebut. Karena mereka bertiga bukanlah pia yang mudah didekati!.
" Kenapa sih, lo? Lo naksir dia, yah? Dari tadi muji-muji dia terus? Jangan-jangan, lo naksir,lagi!" Andrew malah menatap tajam Briyan setelah ucapan Briyan sempat terputus.
Briyan yang gelagapan, namun sedetik kemudian dia bisa mengendalikan dirinya. Sejujurnya dia memang mulai tertarik dengan pribadi Vivianne namun ada fakta lainnya yang membuatnya kagum dan mulai diam-diam menaruh hati.
" Bukannya begitu, Drew! Tapi, gue saranin jangan dialah target kita! Cari yang lain! Kan, masih banyak tuh, dari fakultas lain yang juga tidak kalah cantik,bukan?" Briyan tetap mencoba mencegahnya. Entah mengapa dia tak ingin Vivianne didekati oleh Andrew.
" Sudah! Gue sudah putuskan bahwa dia akan jadi next target kita! Dan lo, ga boleh melarang-larang! Dan buang jauh-jauh deh perasaan lo, itu! Sesuai janji kita, bahwa kita tidak akan mendekati wanita yang pernah kita jadikan target taruhan kita, paham? Lo setuju, kan, Lex?" Andrew yang semula menatap Briyan kini mulai menatap Alex.
" Yoi! Gue juga setuju! Karena kali ini lo dapet target yang sepadan! Jadi gue tidak akan menyesal lah melepaskan Bugatti gue buat, lo! Hehehe...kalau lo menang, sih! Kalau tidak, lumayan...Ferarri sama motor Ducati lo, sudah gue incar nih!" Alex menepuk bahu sahabatnya itu.
" Mimpi, lo! Lo nggak akan pernah menang! Inget itu! Kali inipun, gue pastikan sama! Jadi gue pasti bisa dapatkan dia! Kalian lihat saja, nanti! Hitung-hitung gue bales dendam lah, dia udah berani ngatain gue tadi!" ujar Andrew sambil mengepalkan tangannya.
" Terserah, kalian kalau begitu!" dengan kesal Briyan meninggalkan keduanya yang masih asik membahas Vivianne.
" Dih, kenapa tuh, Anak?" tanya Alex kepada Andrew.
Andrew menaikkan bahunya. " Entahlah, PMS kali!" ujarnya singkat.
" Hahaha....iya juga kali yah? Wei!! Bry!! Tungguin kita! Yo,ah, kita susul dia!" ajak Alex kemudian.
"Viviane...nama yang cantik! Tapi sayang, sebentar lagi nasip Lo ga secantik paras Lo! Gue pasti bisa dapetin Lo! Tunggu saja! " tekad Andrew sambil mengejar kedua temannya.
*******
Sejak saat itu Andrew gencar setiap hari mencari informasi dan mengawasi kegiatan sehari-hari Vivianne. Tekadnya sudah bulat untuk mendekati Vivianne.
"Tapi benar, kata si Briyan kala itu, Vivianne bukanlah seperti gadis kebanyakan. Dia cenderung cuek, tidak peduli terhadap pria! Andrew hampir berpikir dia sedikit belok! Kalian tahulah, maksudnya. Menyimpang! Kalangan pelangi, mungkin? Penyuka sesama jenis!" pikir Andrew.
Bagaimana tidak?, semua yang dilakukan Andrew tidak membuahkan hasil, malah semakin membuat Vivianne menjauhinya karena kesal.
********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Dinnost
jangan sampe takluk la si Vivi. kasian...
2023-05-10
0
Dinnost
ampun dah, ketampanannya bikin silau ternyata..
😁😁😁
2023-05-10
0
Dinnost
kesombongan yg hakiki
😤😤
2023-05-10
0