Tabib Miskin

Vampir itu yang terminum darah gadis itu langsung mendorong Zanilla hingga tersungkur.

Brugh...

"Aarrggh...," jeritan Zanilla yang kesakitan.

"Kenapa darah manusia ini begitu aneh," ketus Vampir itu.

Zanilla yang kesakitan dia berusaha merangkak dan ingin menyelamatkan diri.

Vampir itu mengamuk karena tidak bisa menikmati darah segar dari Zanilla sehingga ia ingin membunuh gadis itu dengan cakarnya.

Ia mengulurkan kuku panjangnya dengan berniat ingin menikam gadis itu. dan di saat yang sama Leon muncul di sana dan mengagalkan rencana vampir itu.

Brugh...

Pukulan yang dilakukan oleh Leon menyebabkan vampir itu terlempar jauh mengenai tembok sehingga terhempas ke lantai.

Brugh...

"Sia*lan," ketus Vampir itu.

"Siapa yang mengizinkanmu menyentuhnya?" tanya Leon yang matanya berubah berwarna merah.

"Kau juga sedang mengincar darahnya? aku yakin kau pasti akan kecewa," kata vampir itu yang bangkit dan berdiri.

"Pergi atau mati?" kecam Leon.

"Kita sama dari kaum vampir, dan kau ingin membunuh sesama karena menusia tidak berguna ini," ketus Vampir itu.

"Dia milikku, siapapun tidak bisa menyentuhnya," kata Leon dengan tegas.

"Milikmu? kau menginginkan darahnya atau tubuhnya?"

"Sepertinya tidak ada yang harus kita bicarakan," kata Leon.

Vampir itu kemudian melaju ke arah Leon dengan serangan cepat bagaikan angin topan dengan cakarnya.

Leon maju dengan cepat dan gesit langsung mencakar bagian dada vampir itu.

Srek...

Vampir itu yang terkena serangan Leon, ia langsung terpaku diam di sana. bagian dadanya robek sehingga organ dalamnya keluar dan darah menetes hingga ke aspal.

Tidak lama kemudian vampir itu tumbang dan tewas di sana.

"Sudah ku berikan pilihan untukmu, tapi kau masih saja melawanku," ketus Leon..

Leon kemudian menghampiri gadis itu yang tidak sadarkan diri.

"Zanilla! Zanilla! Zanilla!" panggil Leon yang menepuk pelan wajah gadis itu.

"Dia digigit, gawat. apakah dia akan menjadi vampir," gumam Leon.

Tidak lama kemudian Leon memberikan sesuatu dan memasukkan ke dalam mulut gadis itu.

Setelah beberapa saat kemudian Leon mengendong Zanilla kembali ke toko obat milik gadis itu.

Malam hari.

Leon duduk di sofa sambil melihat gadis itu yang sedang berbaring di sofa yang berhadapan dengannya.

"Mudah-mudahan gadis ini tidak menjadi vampir, kalau tidak salah luka di tangannya juga digigit oleh vampir," batin Leon.

Setelah beberapa saat kemudian Zanilla membuka matanya. ia bangkit dan duduk di sofa sambil menyentuh bagian lehernya yang bekas gigitan vampir tadi.

"Tuan, kenapa kamu ada di sini?"

"Aku melihatmu pingsan di pinggir jalan, oleh karena itu aku mengantarmu pulang," jawab Leon.

"Tadi...sepertinya aku...bertemu dengan seseorang, leherku digigitnya," kata Zanilla sambil memegang lehernya dari kiri dan kanan.

"Kenapa tidak ada?" tanya Zanilla

"Aku tidak melihatmu terluka, lehermu tidak ada bekas gigitan," ujar Leon.

"Tapi, kejadiannya sangat nyata, aku masih ingat dengan jelas," jawab Zanilla yang binggung.

"Apakah karena kejadian hari itu sehingga membuatmu mimpi buruk, ini sudah zaman apa. mana mungkin masih ada vampir. kalau saja kamu digigit maka kau pasti sudah meninggal. lihatlah lehermu sama sekali tidak ada luka," kata Leon yang berusaha membuat gadis itu yakin.

"Apakah hanya mimpi saja? tapi aku sangat ingat dengan wajah pria itu dan sakit sekali saat leherku digigit olehnya," gumam Zanilla.

"Kenapa kamu membawa begitu banyak daun-daun dan juga beberapa bungkusan. apakah semua itu untuk obat?"

"Iya," jawab Zanilla.

"Sudah larut malam, kenapa kau masih di luar?"

"Aku pergi mencari bahan-bahan dan juga ke hutan mencari tanaman herbal. tidak terasa sudah malam. dan kebetulan aku juga bertemu dengan beberapa preman. oleh sebab itu aku jadi kemalaman," jawab Zanilla.

"Jalan sini sama sekali tidak aman, tidak ada cctv dan juga sepi. kenapa kamu memilih tempat ini?" tanya Leon.

"Bagi warga kecil sepertiku mana sanggup tinggal di tempat yang ada cctvnya, lagi pula rumah ini sangat murah. aku juga tidak sanggup sewa apartemen," kata Zanilla yang membuka bungkusan-bungkusan yang berisi bahan kering untuk olahan obat.

"Bukankah kamu memiliki banyak pasien, kenapa tidak sanggup sewa apartemen?" tanya Leon.

"Aku adalah tabib paling miskin, aku menjadi tabib tujuan adalah untuk membantu orang yang tidak mampu. aku hanya meneruskan impian guruku," jawab Zanilla.

"Kau bersusah payah mengumpulkan bahan-bahannya sehingga hampir kehilangan nyawamu. tapi tidak menerima bayaran?"

"Mereka bayar semampu mereka, aku tidak meminta nominalnya, kata guruku...selagi kita masih bisa menyelamatkan orang kita harus melakukannya," ucap Zanilla.

"Aku tidak menyangka zaman sekarang masih ada orang yang membantu tanpa syarat," ujar Leon.

"Selama guruku masih hidup beliau juga melakukan hal yang sama, kalau aku dibandingkan dengan guruku aku masih bukan apa-apa!" jawab Zanilla.

"Membantu tanpa bayaran, dan aku yakin hidupmu pasti akan kesulitan," kata Leon.

"Aku tidak merasa kesulitan sama sekali, aku malah merasa lega setiap melihat pasien yang aku obati sembuh dan sehat kembali," ujar Zanilla dengan senyum.

"Di dunia ini masih ada saja gadis yang baik hati dan manis seperti dia. seorang gadis muda mencari daun herbal di saat cuaca panas ataupun dingin. untuk gadis seusianya kebanyakan hidup berfoya-foya dan tidak tahu arti saling menolong," batin Leon.

Terpopuler

Comments

Mardiana

Mardiana

moga aja jodoh..

2023-05-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!