part 2. Jalan Pakai Mata

Pagi ini Kafkha sudah siap dengan baju formalnya ia akan berangkat ke kantor untuk bekerja, tadi malam Kafkha benar-benar tidak pulang ke rumah nya. Kafkha melihat jam di pergelangan tangan nya jam delapan nanti ia akan ada pertemuan dengan klien dari Jepang untuk menyetujui kerja sama antara perusahaan nya dengan perusahaan Jepang itu.

Masih ada waktu satu jam lagi untuk sampai ke kantor nya itu, untuk sarapan pagi Kafkha sendiri yang memasak, ia juga pandai dalam hal masak memasak, tapi sayang kelakuan tidak baiknya menutupi jati diri aslinya.

"Kalau punya istri pasti tinggal makan aja!".

Kafkha mengaduk-aduk nasi goreng yang ia masak di wajan, Kafkha lebih senang membuat makan sendiri ketimbang ia beli, selain makanan di luaran sana tidak sehat ia juga bisa menabung uang yang ia belikan makanan dari luar, ya walaupun uang itu sedikit baginya.

Ia memakan sarapannya itu sampai habis, selesai sarapan barulah Kafkha berangkat ke kantor nya, jarak antara apartemen dan kantor nya hanya 20 menit perjalanan saja, maka dari itu Kafkha lebih memperlambat pergi ke kantor nya.

...

Pagi ini Medina sudah siap, ia tinggal berangkat ke kampus nya, Medina hari ini di antarkan oleh Harun ayahnya, sekalian juga ayahnya itu berangkat kerja.

"Ayah, Medina sudah siap!" ujar Medina

"Ayo kita berangkat, takutnya kamu terlambat!" ujar Harun

Medina mengangguk ia mencium punggung tangan ibu nya itu untuk berpamitan, "Medina pergi ke kampus dulu ya ibu!" ujar Medina

"Iya, belajar yang benar, cari ilmu yang bermanfaat untuk kamu dan keluarga kamu nanti!" pesan Ajeng kepada putri pertamanya itu.

"Iya ibu, Medina jalan dulu ya!" ujar Medina

Ajeng bersalaman dengan suaminya itu, kini mereka berdua sudah di perjalanan menuju kampus Medina.

"Ayah, Dina turun di depan itu saja ya!" ujar Medina

"Lho kenapa tidak sampai kampus, kasihan anak ayah jalan!" ujar Harun

"Tidak masalah ayah, sekalian olahraga pagi!" ujar Medina

"Baiklah!" Harun memberhentikan mobil yang ia bawa di tempat Medina tunjuk tadi, Medina berpamitan dengan ayahnya itu.

"Assalamualaikum ayah!" ujar Medina memberi salam

"Wa'alaikumussalam putri ayah!" jawab Harun

Medina turun dari mobil ayahnya itu, ia melanjutkan ke fakultas nya dengan berjalan kaki, Medina menikmati pemandangan alam yang sangat indah ini, di sekeliling kampusnya ini banyak pepohonan dan bunga-bunga, udara nya juga sejuk di sekitaran kampus nya ini.

"Masyaallah!" bibir nya yang di tutupi cadar itu mengucapkan kalimat thayyibah karena takjub melihat pemandangan alam ini.

Medina sampai di fakultas Agama Islam itu, ia menatap fakultas Agama Islam itu dengan takjub dan penuh syukur, sudah dua tahun ia belajar di universitas Indonesia ini, Medina masuk ke fakultas nya itu, teman-teman nya sudah ada yang berdatangan.

"Din apa benar kamu tidak jadi melanjutkan kuliah mu ke Kairo?" tanya Nina teman Medina.

"Tidak nin, aku mau kuliah di sini saja!" jawab Medina

"Kenapa begitu, bukankah kamu sangat ingin berkuliah di sana!" ujar Nina

"Ada alasan nya nin, aku tidak bisa menceritakan nya sekarang!" ujar Medina

Nina selaku teman dekat Medina jadi penasaran dengan alasan Medina tidak jadi berkuliah di Kairo, padahal Medina sangat ingin kuliah di luar negeri.

"Baiklah, tapi kamu jangan lupa untuk beritahu ku ya!" ujar Nina

Medina tersenyum di balik cadarnya itu, Nina juga ikut tersenyum karena ia nampak Medina tersenyum lewat matanya yang sipit kalau lagi tersenyum.

...

Kafkha baru saja selesai rapat dengan klien dari Jepang itu, kini ia sedang di ruangan nya itu, apa lagi kakek Darmansyah sudah di ruangan nya juga.

Malam tadi Kafkha sudah bela-belain tidak pulang ke rumah nya, tapi di kantor kakeknya itu sudah menunggu nya.

"Apa lagi yang mau kakek bicarakan, bukankah sudah jelas aku ngomong kemarin!" ujar Kafkha

Darmansyah tersenyum lalu ia duduk di kursi kebesaran Kafkha itu sambil memangku kakinya, Darmansyah melihat cucu nya itu dengan tersenyum tidak ada kesalahan apa pun yang ia perlihatkan.

"Cucu ku bisakah kamu duduk terlebih dahulu!" ujar Darmansyah menyuruh Kafkha yang berdiri seraya berkacak pinggang itu.

Kafkha duduk di kursi depan meja nya itu, ia berhadapan langsung dengan kakeknya, Kafkha memangku tangannya dengan dagu terangkat sedikit ke atas seperti pria yang sangat angkuh.

"Kamu mau perusahaan yang telah kakek berikan ke kamu kakek tarik lagi!" ujar Darmansyah dengan berbicara sangat tenang.

"Maksud kakek apa!" ujar Kafkha

"Terima perjodohan ini atau perusahaan yang kakek berikan kepada kamu akan kakek tarik lagi dan tidak akan pernah kembali lagi pada mu!" ujar Darmansyah dengan senyum licik

"Tidak, aku tidak mau menerima perjodohan ini!" ujar Kafkha ia langsung berdiri dari duduknya.

"Oh, ya sudah berati kita deal untuk menarik perusahaan ini, nanti kakek akan mengirim berkas-berkas pengembalian perusahaan ini, jangan lupa tanda tangan kamu, kalau sudah tanda tangan berati sudah sah perusahaan ini jadi milik Darmansyah!" ujar Darmansyah menepuk bahu cucu laki-laki nya itu.

Kakek Darmansyah pergi dari sana belum sampai di pintu Darmansyah berbalik lagi, "oh iya, cabang perusahaan yang kamu bangun akan jadi milik kakek juga, semua yang kamu bangun akan jatuh ke tangan kakek, kamu tidak mendapatkan sepeserpun!" ujar Darmansyah dengan senyum licik nya itu.

"Apa-apaan ini kek, aku yang susah mengembangkan perusahaan ini, kakek malah mengambil hak aku!" ujar Kafkha tidak terima.

Darmansyah menghela napas, jalan satu-satunya yang di ambil Darmansyah hanya ini, mengancam Kafkha agar dia mau menyetujui perjodohan ini.

"Oke, oke, aku akan menyetujui nya!" ujar Kafkha

Darmansyah tersenyum lalu ia keluar dari ruangan cucu nya itu, di dalam ruangan itu Kafkha menendang mejanya untuk melampiaskan kekesalannya.

"Kenapa harus aku yang menerima nya, bang Hanif kan ada!"

...

Sore harinya Kafkha berniat menemui kekasihnya di restoran favorit mereka, Kafkha sudah menuju ke restoran favorit mereka itu, di dalam mobil Kafkha memukul-mukul stir mobil nya, ia sangat emosi dengan apa yang terjadi pada hidupnya.

Sesampainya Kafkha di parkiran restoran itu, ia langsung buru-buru masuk ke dalam restoran itu karena Clara sudah menunggu nya.

"Aaw... hati-hati dong mas!" ujar perempuan berpakaian tertutup itu lengkap dengan cadarnya.

Saking buru-buru nya Kafkha tidak sengaja menabrak seorang gadis, sampai-sampai makanan gadis itu tumpah ke jalan.

"Jalan itu pakai mata jangan menunduk!" ujar Kafkha memarahi gadis yang ia tabrak.

"Maaf mas, anda yang salah bukan saya!" ujar gadis bercadar itu dengan suara lembut.

Kafkha memutar bola matanya, ia malah pergi meninggalkan gadis yang ia tabrak itu.

"Sabar Medina sabar!" ujar Medina

Gadis yang di tabrak Kafkha tadi ialah Medina yang baru keluar dari restoran itu, baru saja Medina memesan makanan eh malah terbuang dengan percuma karena jatuh.

...

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

bukan nya minta maaf....Kafkha langkah pergi..

2024-01-15

0

Uthie

Uthie

cerita yg bagus 👍👍👍

2023-05-09

2

Soraya

Soraya

saya lanjut kak👍

2023-04-29

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 44 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!