Pagi hari Bella terbangun mendapati dirinya yang tidur di lantai bersama putranya. "Ya ampun Zayn mengapa dia tidur disini?" dengan cepat Bella pun mengangkat tubuh putranya memindahkan nya di ranjang. Ini bukan hari libur, jadi Bella tidak bisa dengan leluasa untuk bersantai menikmati harinya.
Bella sudah melupakan kejadian semalam yang begitu menyakitkan hatinya. Kini ia pun mempersiapkan segalanya seperti biasanya seperti tak pernah terjadi apapun.
"Bella, mulai sekarang mobilnya aku yang bawa dan Zayn biar aku yang antar." Ucap Abimana yang menghentikan kegiatan Bella yang sedang membersihkan meja.
"Bagai mana mungkin aku pegi tanpa membawa mobilku? perjalanan cukup jauh untuk menuju kantor tempatku bekerja. Tapi jika aku menolak nya pasti akan terjadi keributan lagi." Batin Bella. Kini ia pun menganggukan kepalanya dengan lemah sebagai jawabannya, sebisa mungkin Bella menghindari pertengkaran demi pertengkaran di rumah itu.
Hari sudah semakin siang. Namun Bella tak kunjung mendapatkan tumpangan yang menyebabkan dirinya sering terlambat. Kata maaf dan surat peringatan tak mampu menolong Bella kali ini.
Karena terlalu sering terlambat datang ke kantor membuat Bella harus kehilangan pekerjaannya. "Maaf Bella sebenarnya ini sangat di sayangkan, tapi saya harus menjadi seorang pemimpin yang adil dan tidak pilih kasih dan mematuhi aturan di kantor ini."
"Baik pak saya mengerti." Dengan langkah gontay kini Bella pun keluar dari gedung tempatnya bekerja.
"Cobaan baru apa lagi yang engkau berikan pada hambamu ini. Sungguh, aku merasa sudah tak sanggup lagi untuk terus bertahan, ini sungguh tidak adil lagi bagiku." Saat ini Bella tengah berada dalam kebingungan yang mendalam.
''Bagai mana dengan biaya sekolah Zayn nanti? tabungan selama ini terus terpakai bahkan saat ini aku hanya menerima setengah gajiku saja." Bella merasa sangat sedih saat melihat saldo dalam tabungan nya yang hanya cukup untuk beberapa bulan kedepan.
Bella tak tahu harus berbuat apa saat ini, bahkan keadaan ekonomi nya pun semakin menurun. Setelah beberapa bulan Abimana tak pernah lagi memberinya nafkah yang layak, bahkan hampir seluruh gajinya ia berikan pada ibunya. Abimana melakukan hal itu agar ibunya merasa senang dan nyaman tinggal di rumahnya.
Bella kembali ke rumah sebelum waktunya pulang kerja membuat tanda tanya besar bagi ibu mertuanya. "Tumben sekali jam segini dia sudah pulang." Ucap Ibu Maya membatin, ia menatap menantunya dengan tatapan penuh senyelidik.
Bella tak mempedulikan tatapan ibu mertua padanya. Ia lebih memilih langsung masuk ke dalam kamar putranya untuk menghindari pertanyaan yang akan berujung pada pertengkaran.
"Dasar menantu tidak punya sopan santun!" Cetus Ibu Maya saat Bella melewati nya begitu saja tanpa menghiraukan keberadaan nya disana.
Bella mendengar umpatan ibu mertuanya namun ia diam saja. Bella menutup pintu dan mengunci kamar putranya untuk beristirahat.
Di luar kamar ibu Maya sengaja menjatuhkan baran-barang Bella hingga membuat suara bising dan mengganggu ketenangan Bella.
"Sebenarnya sedang apa ibu di luar sana? mengapa berisik sekali." Dengan wajah lelahnya Bella pun keluar untuk melihat apa yang sudah ibu mertuanya lakukan.
Bella terkejut saat melihat vas bunga kesayangan nya hancur berserakan di lantai. Hatinya merasa sedih namun ia tetap menahannya. "Lain kali hati-hati ya bu, pecahan vas bunga ini bisa saja melukai ibu." Ucap Bella dengan lemah lembut.
Sungguh saat ini Bella ingin marah. Namun sebisa mungkin ia menahannya apalagi saat melihat melihat Abimana yang baru saja masuk ke dalam rumah.
"Bella sedang apa kamu di sana dan kenapa vas bunga kesayangan mu bisa pecah?" Tanya Abimana pada istrinya.
"Itu karena nenek yang sengaja memecahkannya pah.'' Seru Zayn menyahuti pertanyaan sang papa dengan wajah polosnya.
Abimana menatap ke arah ibunya dengan tatapan yang tak bisa di artikan. "Bohong! kamu ini ya, masih kecil sudah berani berbohong menyalahkan orang tua." Sahut ibu Maya yang tak suka dengan sikap polos cucunya.
"Sudah tidak apa-apa, ini hanya vas bunga." Ujar Bella yang tak ingin memperpanjang masalah ini.
"Zayn tidak bohong pa, ma. Zayn melihat nya sendiri kok, kalau tidak percaya lihat saja ini." Zayn menunjukkan video di ponselnya pada sang papa.
Kini Abimana menatap ibunya dengan tatapam tak percaya. "Menagapa ibu melakukan hal itu?" Tanya Abimana dengan nada dinginnya.
"Sudahlah mas, tidak perlu di ributkan lagi, aku sudah ikhlas kok, lagi pula itu hanya sebuah vas bunga kuno." Ucap Bella menahan tangisnya. Walau sebenarnya vas itu sangat berharga baginya karena orang yang sudah menghadiahkan vas itu sudah berpulang kepangkuan ilahi.
Melihat raut wajah sedih istrinya membuat hati Abimna sedikit tergugah. Kini ia pun mengikuti Bella yang membawa pecahan vas bunga itu ke luar rumah untuk membuangnya.
Abimana sangat tahu betul bagai mana cinta dan sayangnya istrinya pada sang nenek yang memberinya hadiah itu. Namun ia tak bisa berbuat apapun lagi saat ini.
"Bella," panggil Abimana menghentikan langkah kaki istrinya.
"Iya mas, apa kau perlu sesuatu?" Tanya Bella yang kini bersikap seperti tak ada apapun.
"Maafkan ibuku yang sudah,"
"Tidak apa-apa mas, tidak perlu di bahas lagi lebih baik kita masuk ke dalam, aku akan masak makanan kesukaanmu hari ini." Ajak Bella dengan senyuman mengembang dan menggandeng lengan suaminya setelah selesai membuang pecahan vas tersebut.
Dari dalam rumah kini ibu Maya menatap tak suka pada Bella yang menempel di lengan putranya. "Aku yakin dia pasti senang sekarang, sudah membuat putraku berpihak padanya. Lihat saja aku akan membuat Abimana mulai membencimu dan kembali berpihak padaku lagi." Gumam ibu Maya penuh rencana jahat untuk memisahkan Bella dengan suaminya.
***
Hari sudah mulai larut. Seperti biasa layaknya sepasang suami istri, Bella dan Abimana saling memeluk setelah melakukan kewajiban mereka sebagai pasangan. Bella menatap wajah suaminya dengan sangat lekat.
"Sepertinya ini waktu yang tepat untuk berbicara dengan mas Abi." Batin Bella.
"Kenapa kamu liatin aku kayak gituh?" Tanya Abimana yang kini menatap wajah istrinya yang sedikit berubah.
Bella menggelengkan kepalanya dan terus memeluk suaminya semakin erat. Bella ingin berbicara sesuatu hal yang sangat penting, namun ia sedikit ragu.
"Katakan saja apa yang ada dalam pikiranmu saat ini." Ucap Abimana sedikit memaksa istrinya, kini ia pun melabuhkan kecupan sayang di kening sang istri.
"Berjanjilah padaku kau tidak akan marah setelah mendengarnya." Pinta Bella.
"Baiklah aku berjanji, tapi apakah itu berhubungan dengan vas bunga kesayangan mu?" Tanya Abimana mulai penasaran.
Namun Bella masih menggelengkan kepalanya. "Aku sudah ikhlas dengan vas bunga itu, tapi ada hal yang lebih penting dari itu mas." Bella menarik napas panjang sebelum ia mengatakan apa yang ingin ia katakan pada suaminya.
"Aku. Aku, di pecat dari pekerjaan ku mas."
Deghhh...
"Apa?"
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments