Kini Bella berdiri sambil menundukan kepalanya saat mendengarkan ceramah yang begitu panjang dari big bosnya. "Kamu terlambat lagi Bella. Kenapa kinerja mu akhir-akhir ini menurun terutama kedisiplinan, lalu dimana konsistensi mu selama ini?"
"Maaf bos, saya akan berusaha lebih baik lagi." Jawab Bella lirih.
"Ini peringatan terakhir untukmu." Ucap sang bos yang memberikan surat peringatan untuk kesekian kalinya.
"Baik bos? saya permisi." Bella pun keluar dari ruangan bosnya dengan perasaan yang sedikit lega menatap surat peringatan yang ada dalam genggamannya.
"Beruntung hanya surat peringatan yang bos berikan padaku. Aku berharap setelah ini tidak akan ada masalah apapun lagi di rumah, aku yakin semuanya pasti akan baik-baik saja." Ucap Bella lirih dan kembali ke tempat kerjanya.
Setelah seharian penuh Bella bekerja. Kini tibalah waktunya ia untuk pulang, ia berjalan keluar kantor tempatnya bekerja dengan hati gelisah.
"Ada apa denganku? mengapa tiba-tiba aku merasa tidak enak hati. Semoga semuanya baik-baik saja." Bella yang langsung melangkahkan kakinya menuju tempat parkir.
Perasaan cemas dan gelisah pun semakin Bella rasakan saat ini. Hatinya berkata akan terjadi sesuatu namun Bella tetap berusaha untuk tenang.
Setelah menempuh perjalanan selama dua puluh menit, Bella pun sampai di pelataran rumahnya. Namun kakinya seakan ragu untuk melangkah masuk ke dalam rumahnya sendiri.
"Ada apa sebenarnya dengan diriku? mengapa aku sangat begitu ketakutan. Hatiku rasanya sudah tidak karuan."
Kini rasa gelisah Bella pun seakan sudah memiliki jawaban saat melihat suami dan ibu mertuanya berdiri di depan pintu. "Apakah akan ada pertengkaran lagi hari ini. Sungguh aku sudah sangat lelah dan ingin segera beristirahat, tapi sepertinya itu hanya angan-anganku saja." Gumam Bella yang kini mulai berjalan mendekat kearah ibu Maya dan suaminya.
"Assalamualaikum, mas kamu sudah pulang? apa kamu sudah makan?" Tanya Bella yang kini mengecup punggung tangan suaminya.
"Bella aku ingin berbicara hal penting denganmu."
"Mas, nanti saja ya, aku mohon hari ini aku sangat lelah sekali." Bella sudah tahu kemana arah pembicaraannya nanti.
"Apakah ini soal ibu lagi? mengapa setiap hari ibu selalu saja membuat masalah, ada apa sebenarnya. Apa salahku hingga ibu membenciku sedalam ini, padahal yang aku tahu dulu ibu adalah orang baik dan lemah lembut terhadapku. " Batin Bella terus bermonolog.
Begitu banyak pertanyaan dalam benaknya saat ini, namun semua pertanyaan itu seakan tak memiliki jawaban yang pasti.
"Itulah istrimu Abi, dia berpendidikan tinggi tapi dia tidak memiliki sopan santun sama sekali. Entah bagai mana cara orang tuanya mendidik!" Ibu Maya mulai menyulut api kemarahan yang hampir padam dalam diri putranya.
"Ibu! kenapa ibu selalu membawa orang tuaku dalam segala hal..! mereka tidak pernah salah mendidikku bu. Mereka orang-orang yang sangat baik dan bijaksana." Bella sedikit menaikan suaranya ia sungguh tidak terima jika ibu mertuanya menjelekan orang tuanya.
Plakkk...
Satu tamparan keras pun kini mendapat sempurna di wajah Bella yang langsung membuatnya merasa sangat pusing.
"Sudah berapa kali aku memperingatkan mu tapi kenapa kamu masih saja menaikan suaramu pada ibuku!" Bentak Abimna yang kini mencengkram pipi istrinya dengan sangat kasar.
Namun Bella hanya diam saja tak menjawab perkataan suaminya. Rasa sakit di pipi akibat tamparan yang Abimana berikan tidak seberapa dengan rasa sakit yang ada dalam hatinya saat ini.
Sudah terlalu banyak luka yang Abimana torehkan di hatinya rasa kecewa pun seakan menjadi makanan sehari-hari untuk Bella. Sungguh Bella sangat kecewa dengan sikap Abimana yang selalu memihak ibunya.
Dibalik pintu Zayn melihat sang mama kembali mendapat kekerasan dari papanya, dalam hati kecil Zayn ia ingin sekali membawa mamanya pergi namun itu hanya sebuah angan-angan saja baginya.
"Tunggu aku besar ma, aku akan membawa mama pergi sejauh mungkin dari papa dan nenek agar mereka tidak berbuat jahat padamu." Zayn menangis dan kembali ke kamarnya sebelum sang mama melihatnya dan membuatnya semakin sedih.
"Terima kasih mas, kamu selalu menyadarkan aku dalam segala hal." Bella tersenyum dan masuk ke dalam rumahnya dan langsung masuk ke dalam kamar putranya.
"Bella tunggu!"
"Sudah biarkan saja dia memikirkan semua kesalahannya. Ayo lebih baik kita makan, ibu sudah memasak makanan kesukaanmu." Ajak ibu Maya dengan penuh senyuman.
Tak nampak sedikit pun rasa bersalah di wajah senja nya saat ini, bahkan ia merasa seperti tak terjadi apapun.
Sedangkan Abimana menatap telapak tangannya yang masih memerah, ia merasa sangat bersalah sudah menampar istrinya. "Maaf aku tidak bisa menjaga emosiku." Gumam Abimana lirih.
"Abi ayo cepatlah!" Teriak ibu Maya kembali memanggil putranya.
"Iya bu." Abimana pun mulai menghampiri sang ibu yang kini sudah duduk menunggu nya di meja makan.
Kini hari-hari Bella pun berjalan seperti biasanya, rasa sakit dan kecewa seakan sudah menjadi teman baiknya saat ini.
Yang Bella lakukan hanya diam dan terus berdoa agar ia tetap bisa menguatkan hatinya. Bella berusaha untuk menghadapi segala cobaan hidupnya dengan senyuman.
Yang Bella pikirkan saat ini hanyalah masa depan putranya, ia berjuang dan bertahan hidup di rumah itu hanya demi putranya.
Bella mengelus rambut putranya dengan lembut dan penuh kasih sayang. "Aku berharap Zayn tidak pernah melihat perlakuan kasar mas Abi padaku, itu akan sangat berbahaya bagi psikologis dan pertumbuhan nya." Bella menghela nafas kasar dan berjalan ke arah cermin setelah menyelimuti putranya.
Bella menatap pantulan dirinya di cermin, masih nampak jelas bekas tamparan Abimana di wajah nya. Perlahan Bella mengusap pipinya dengan lembut.
Tak terasa kini air matanya pun lolos begitu saja, tangisan yang sejak tadi ia tahan kini pecah seketika.
"Mengapa mas Abi tega padaku? mengapa ia hanya percaya pada ibunya saja? mengapa ia selalu memojokan ku dalam setiap hal. Sungguh aku tidak mengerti kemana mas Abi yang aku kenal dulu. Sekarang dia berubah! aku sungguh sangat kecewa padanya, sungguh!" Bella menangis mengeluarkan segala isi hatinya.
Tanpa ia sadari sejak tadi Zayn putranya juga ikut menangis tanpa suara, ingin sekali Zayn memeluk dan menghampiri sang mama, namun ia urungkan karena tak ingin jika mama nya tambah bersedih melihatnya menangis.
Lama Bella menangis mengeluarkan segala rasa dalam hatinya hingga ia pun mulai tertidur dengan sendirinya. Setelah tak ada lagi mendengar suara tangisan sang mama, kini Zayn pun terbangun dan melihat sang mama telah tertidur di samping ranjangnya.
Tubuhnya yang kecil tidak memungkinkan untuk mengangkat memindahkan tubuh mamanya, namun ia masih bisa melakukan hal lain yang bisa membuat tidur ibunya nyaman.
Zayn menggelegar selimut di lantai dan meletakkan kepala mamanya secara perlahan, agar sang mama tidak merasa terganggu. kini ia pun menyelimutinya dan ikut tertidur di samping sang mama.
"Tunggu Zayn dewasa besar nanti ma, Zayn pasti akan membawa mama pergi dari rumah ini. Zayn janji akan membuat mama bahagia seperti dulu." Tangan kecil itu pun mengusap air mata sang mama yang sudah hampir mengering.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments