03. Menemukan Hal Yang Lebih Mustahil.

..._____________↶*ೃ✧˚. ❃ ↷ ˊ-___________...

Di dalam buku yang sering di bacakan oleh sang Mamah, Aresh pasti akan mempertanyakan satu hal apakah makhluk bersayap itu hidup di bumi seperti kupu-kupu dan burung yang seringkali ia lihat?.

Seakan bahwa hal yang di ceritakan oleh Mamahnya adalah tipu daya agar Aresh mau tertidur. Sejak umurnya yang ke 12 tahun, Aresh mulai menyadari bahwa semua hal itu adalah kebohongan.

Ia juga mulai mengubur segala hal tentang makhluk - makhluk magis, karena memang benar makhluk itu hanya ada di film saja dan tidak mungkin hidup ataupun ada di bumi.

Aresh masih mengikuti kemana arah perginya kupu-kupu biru itu tanpa mempedulikan bahwa malam ini masih gerimis. Ia mulai memasuki hutan, Aresh bahkan baru pertama kali memasuki hutan di belakang rumah yang sudah ia tinggali hampir 18 tahun. Paling mentok hanya sampai halaman belakang rumahnya.

Tapi bukan Aresh namanya jika tidak keras kepala, pria itu dengan berani memasuki hutan dan tentu saja sudah sangat jauh dari jangkauan rumahnya. Padahal dahulu sebelum kepergian Mamahnya ia sangat dilarang keras untuk masuk kedalam hutan. Bukan, bukan karena hutannya berhantu. Hanya saja mamahnya tidak ingin putranya terjadi apa-apa, karena namanya juga hutan pasti akan banyak binatang diluar nalar yang mungkin tidak Aresh ketahui

Di cahaya remang-remang bulang dan rintikan gerimis Aresh masih dapat melihat kupu-kupu biru itu mulai terbang tinggi saat ia sudah sampai di tengah hutan.

Ia kemudian menengadah kepalanya sedikit mendongak dan matanya mulai menyipit, ia melihat bulan penuh itu bercahaya sangat terang dan sampai pada akhirnya pupil matanya berpusat pada sesuatu yng terbang menghalangi cahaya bulan. Makhluk itu semakin mendekat, terbang seperti burung dengan ukurannya cukup besar. Ini hampir menyerupai ukuran manusia terlebih lagi ia memiliki kaki yang mirip dengan manusia hanya saja sayapnya begitu besar hingga menutupi hampir seluruh tubuhnya.

Aresh mulai mengikuti makhluk itu, terbang ke arah hutan paling dalam. Kini Aresh hanya berbekal keberanian, pasalnya dia belum pernah sama sekali menginjakan kakinya sampai masuk kedalam hutan. Ia bahkan melupakan kupu-kupu biru itu, ia tidak peduli dimana hewan itu terbang.

Sampai pada akhirnya, ia sampai pada dermaga, ia juga baru mengetahui adanya dermaga di dalam hutan belakang rumahnya.

"Waw" ucap Aresh penuh pukau, dermaganya bertambah indah saat cahaya rembulan memantul dengan sempurna di atasnya.

"Ini gue gak lagi ngimpi kan? kenapa gue baru sadar kalo ada tempat seindah ini."

Aresh berjalan dengan penuh kagum, sampai pada akhirnya netranya menangkap sesuatu yang mendarat tepat di atas batu pada tepian dermaga.

Aresh kemudian berjalan mengendap-endap lalu bersembunyi di balik pohon besar. Betapa terkagumnya ketika ia melihat Makhluk bersayap yang terlihat tengah bercakap dengan seorang manusia yang dibawanya tadi.

"Ingat Ondina, ini bukan duniamu jadi jangan sesekali kau bertindak semaumu! Fokus dengan misi kita" peringat Helios sembari mengecek keadaan sekitar dan berakhir menatap adiknya, Aves itu memegang kedua bahu adiknya.

Ondina hanya mendengus, "aku tau! tapi kau juga jangan sampai melupakan sayapku Helios! aku benar-benar akan membunuhmu jika sayapku tidak kembali!".

"iya iya, aku juga akan terus mencari cara untuk mengembalikan sayap jelekmu itu!"

Ondina sontak saja menatap Helios kesal, dia sudah menghilangkannya dan sekarang dia mengejeknya. memang benar-benar Aves sialan. "sepertinya kau juga harus mengecek kembali sayap putih kotormu itu Helios!"

"Hey! Ini warna silver bodoh! tidak ada Aves yang memiliki sayap silver sepertiku". kata Helios dengan nada yang terdengar sedikit sombong.

"iya karena memang tidak ada Aves yang sudi memiliki Sayap kotor sepertimu, hahaha" Ondina tergelak.

Gelakannya sangat nyaring sampai ke telinga Aresh yang sedari tadi memang tengah memperhatikan kedua makhluk asing itu.

"Berhentilah menertawaiku Ondina, aku tidak mau ada manusia yang sampai melihat keberadaanku".

"Biarkan saja, biar kau di tangkap dan di buru oleh manusia-manusia kejam itu"

"kau memang Aves paling sadis yang pernah aku punya Ondina!" kata Helios, Aves tampan dengan sayap silver itu menggeleng-gelengkan kepalanya merasa tidak habis fikir.

"kau juga Aves sialan yang tega menelantarkan adiknya sendiri Helios" dan agaknya Ondina juga tak mau kalah. "sekarang aku harus bagaimana Helios!"

"Aku hampir lupa, kau bisa gunakan ini untuk memanggilku sewaktu-waktu jika kau benar-benar membutuhkan ku Ondina." ucap Helios seraya memakaikan gelang silver berbandul bulu. "kau hanya perlu mengusapnya 3x, lalu aku akan datang ke tempatmu".

"wahhh, kau sungguh sudah menyiapkan ini Helios"

Helios menghela, "sudah cukup Ondina, dan aku peringatkan lagi pada malam bulan purnama kau dapat melihat semua manusia menjadi jati dirinya. Kau dapat secara langsung membedakan mana manusia yang asli dan mana yang bukan manusia. Ka-"

SREEEKK

Ucapan Helios terpotong saat ia mendengar suara, netra matanya berpusat pada sebuah pohon besar. Ada sesuatu di balik pohon itu, apa mungkin sedari tadi ada yang sedang mengintainya?.

Aresh di balik pohon sudah menegang saat matanya sempat bertemu langsung dengan manik tajam Helios. Aresh menutup rapat-rapat mulutnya agar dirinya tidak mengeluarkan suara apapun dan tentu saja keberadaannya tidak di ketahui oleh makhluk bersayap itu.

Di detik selanjutnya, hening. Aresh membalikan tubuhnya untuk memeriksa kembali keberadaan Manusia dan Makhluk aneh itu, namun ia tidak melihat apapun. kedua makhluk itu sudah pergi entah kemana, Aresh mengedarkan pandangannya hingga ke penjuru dermaga namun dirinya tetap tidak menemukannya.

Hingga pada akhirnya, Aresh memutuskan untuk pulang. Ia merasa tidak aman jika terlalu lama berada di tempat ini. Namun ketika dia berbalik, dirinya di kejutkan oleh makhluk bersayap tadi. keberadaan Hellios sungguh mengagetkan Aresh hingga membuat manusia ini jatuh pingsan.

"Kau ini!!!" timpal Ondina yang muncul tepat di belakang Helios seraya memukul lengan besar milik Helios.

"Apa aku mengejutkannya?" tanya Helios bingung sendiri.

"dia sudah terkapar seperti itu, dan kau malah mempertanyakannya?" ucap Ondina menggeleng gelengkan kepalanya.

Gadis itu kemudian mendekati Aresh yang tidak sadarkan diri.

"Sepertinya dia pingsan karena melihat ketampananku, hahaha" gelak Helios seraya mengintip keadaan pria yang tengah terkapar itu.

"ck, apa aku tidak salah mendengar?" decak Ondina. "bisa saja dia pingsan karena melihat sayap jelekmu"

"lagi-lagi kau mengejek sayapku Ondina" jengkel Helios.

Ondina hanya terkekeh, gadis itu terlihat menatap pria di depannya yang masih memejamkan matanya.

Di telisik setiap sudut wajahnya, Ondina seperti melihat sesuatu yang tidak asing. Wajah tegas dan garis mata yang sempurna, hidungnya yang mancung di tambah dengan bibir yang merah tebal. Apa Ondina pernah bertemu dengan manusia ini sebelumnya? bahkan parasnya lebih tampan untuk ukuran manusia. Apa dewa tidk salah menciptakan manusia dengan rupa yang sempurna seperti ini?.

Ondina mulai mengkhawatirkan keadaan pria di depannya, bagaimana jika dia tidak bangun?. Apa yang harus Ondina lakukan agar manusia ini terbangun? Haruskah Ondina menciumnya seperti yang ada pada buku cerita putri tidur?. Haruskah?

Setelah bertarung dengan fikirannya sendiri, wajah Ondina perlahan mendekat hingga mengikis jarak antara wajahnya dengan wajah pria di depannya. Bibir gadis ini sedikit terbuka tanda bahwa ia siap untuk meraih bibir yang sedari tadi menawannya.

Semakin mendekat, Ondina perlahan menutup matanya.

Deru nafasnya mulai terasa, Ia semakin mendekat...

"Ahhkkk" ringik Ondina dengan spontan kepalanya tertarik kebelakang, menjauhkan wajahnya dengan wajah pria ini.

"Heehhh" Ucap Helios yang ternyata masih di belakang Ondina, Aves itu dengan sialan menarik rambut adiknya hingga jatuh terduduk. Ondina jelas langsung menatapnya dengan kesal.

"Mau ngapain?" tanya Helios penuh tuntut.

"Mau bangunin diaa" ucap Ondina begitu polos. Yah sangat polos, membangunkan seorang pria dengan cara menciumnya.

Helios menghela nafasnya lelah melihat kelakuan adiknya yang memang sudah di luar nalar. "Bukan begitu cara membangunkan orang pingsan Ondina!"

"Lalu bagaimana? aku hanya menuruti buku yang pernah aku baca. seorang putri membaangunkan seorang pangeran dengan cara menciumnya." ujar Ondina yang lagi lagi di tanggapi helaan nafas oleh Helios.

"Awas, Biar aku saja" kata Helios seraya maju dan meminta agar Ondina bergeser.

"kau mau menciumnya juga?" tanya Ondina dengan tatapan cecar.

"Hey!!! aku aves normal asal kau tau!"

"lalu kamu mau apakan dia?"

Helios hanya menyengir ketika satu ide terlintas di benak Aves tampan ini. Ia kemudian mencabut satu bulu sayapnya lalu di tunjukan kepada Ondina.

Baiklah kali ini Ondina mengerti dengan cara yang akan di lakukan Helios, ia merasa sudah tidak asing lagi dengan cara ini. karena Helios sudah sangat sering memakai bulu itu untuk menjahili Xronda yang merupakan sepupu nya sendiri.

Ondina hanya menyaksikan dengan cermat aksi Helios saat mengelus hidung mancung pria didepannya menggunakan bulu halus. Itu sangat menggelikan bukan? Ondina pun ikutan terkekeh saat melihat mimik wajah pria di depannya mengerut akibat kegelian.

sangatlah lucu.

Hingga pada akhirnya pria itu membuka matanya dengan terpaksa akibat gangguan dari bulu Helios.

Aresh mengerutkan pangkal hidungnya seakan ingin bersin, ia merasa hidungnya gatal akibat benda yang berbentuk bulu menyapa hidungnya.

"Sudah bangun kah?" tanya seorang gadis yang berada di depannya, Areshpun agaknya baru menyadari bahwa ada seseorang yang sedari tadi duduk tepat di depannya.

Aresh terpaku untuk beberapa saat melihat begitu cantiknya gadis didepannya, gadis dengan rambut panjang dihiasi oleh mahkota bunga. lalu dress yang ia kenakan putih bersih tak kalah putih dengan kulit yang kini menjadi semakin bersinar di bawah sinar rembulan. Mata miliknya juga sangat langka, Aresh tidak bisa menjelaskan bagaimana cantiknya warna netra itu.

"Kayaknya sih udah" dengan tiba-tiba Helios menggeser tubuh besarnya untuk memutus kontak Aresh.

Aresh tentu saja sangat terkejut melihat makhluk bersayap itu muncul persis di hadapannya. Aresh kembali pingsan.

"lah?" Tanggap Helios bingung dengan Aresh yang malah pingsan lagi.

"Mukamu itu Helios!!!"

"Ada apa dengan muka ku?"

"Menakutkan!!!" Dengus Ondina, ia meneplak bahu Helios begitu keras.

Masa iya karena wajah Helios membuat manusia menjadi pingsan. perasaan wajahnya tidaklah menakutkan, malahan paripurna. Manusia ini saja yang begitu berlebihan, iya manusia ini saja yang tidak pernah melihat aves tampan seperti Helios.

..._____________↶*ೃ✧˚. ❃ ↷ ˊ-___________...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!