..._____________↶*ೃ✧˚. ❃ ↷ ˊ-___________...
Pagi ini Hujan, Aresh sangat menikmati situasi dimana ia harus menikmati hujan di pagi hari, walaupun memang rasanya sedikit aneh tapi situasi ini sungguh sangat menenangkan.
Akibatnya, Aresh menjadi sangat malas untuk berangkat ke sekolahnya, ia hanya ingin menikmati hujan ini dikamarnya sambil menatap langsung hutan dari jendela kamarnya.
Tapi ada satu hal yang membuatnya sangat berterimakasih pada hujan di pagi hari, ia jadi terbebas dari Upacara dan segala kegiatan yang sangat menguras tenaga dan fikirannya.
Ia hanya duduk seraya memandangi hujan di luar sana, dengan kaca jendela yang sudah mulai merembes membentuk tetesan yang menurutnya menarik untuk dinikmati. Ya menikmati hujan yang tadi sempat tertunda.
Apakah Augurey sedang menangis sekarang? Hujannya tidak mereda sejak subuh tadi. Aresh tadi menjadi terlambat bangun karena hujan yang seakan membiusnya, dan melabuhkannya kedalam mimpi yang begitu nyenyak.
"Resh!" Panggil seseorang yang duduk bersebelahan dengan Aresh. Pria itu tetap tidak bergeming, ia terlalu hanyut dalam lamunan yang di buat hujan.
"Aresh!" Panggilnya sekali lagi, kali ini disertai dengan senggolan pada lengannya yang membuat Aresh sedikit terjingkat lalu tersadar kemudian menoleh pada Hama dan menatapnya seakan ia merasa terganggu dengan senggolannya itu. Temannya ini sungguh sangat mengganggu dirinya yang tengah serius menatap jendela yang berembun.
"Di panggil bu Atin tuh!" Ujar Hama menunjuk kedepan dengan dagunya.
Aresh lalu menoleh ke arah depan dan benar saja seisi kelas sedang menatapnya seakan tengah menunggu jawaban darinya.
"I-iya bu?" Gagap Aresh seraya melirik Hama karena ia sungguh tidak tau apa yang di tanyakan oleh bu Atin.
"Tumbuhan hijau apa saja yang tergolong autotrof?" Tanya bu Atin sekali lagi seraya menekankan kalimatnya, raut wajahnya mulai serius karena baru saja menangkap basah Aresh yang sedari tadi tidak memperhatikan pembelajaran kelasnya.
Aresh terdiam, ia sedikit melirik pada semua seisi kelas dengan sedikit panik. Ia juga seakan memberi kode pada Hama tentang pertanyaan apa yang di tanyakan oleh Bu Atin. Tetapi pria di sampingnya ini hanya menghendikan bahunya seraya terkekeh.
"Kenapa diem? Gak tau?" Bu Atin terlihat meremeh melihat Aresh yang panik seperti itu, "Mangkannya kalo lagi di jelasin tuh perhatiin bukan malahan bengong kayak orang bego!".
Dengan kasar Guru perempuan itu kemudian membuka bukunya kembali setelah melontarkan kalimat yang memang tidak enak untuk di dengar hingga membuat seluruh siswa yang berada diruangan itu menjadi terbungkam.
"Contoh organisme autotrof adalah tumbuhan dan beberapa bakteri. Organisme autotrof terbagi menjadi 2 macam, yaitu fotoautotrof dan kemoautotrof. " Suara Aresh terdengar ketika bu Atin akan menjelaskan bagian yang lain. Guru biologi itu menjadi urung karena Aresh yang menyergahnya.
"Fotoautotrof adalah organisme yang memanfaatkan cahaya matahari untuk mengolah makanannya. Contoh fotoautotrof adalah tumbuhan hijau (sawi, bayam dan lainnya), bakteri ungu dan bakteri hijau. Disini bakteri mengolah makanannya tidak memerlukan oksigen. kemudian Kemoautotrof adalah organisme yang memanfaatkan reaksi kimia agar dapat mengolah makanannya. Contohnya bakteri besi, bakteri belerang, dan bakteri nitrogen. Disini bakteri untuk mengolah makanannya memerlukan oksigen." Seisi penjuru kelas menjadi lebih terdiam dan terpukau menatap Aresh dengan penjelasan panjang lebar itu.
"Sudahkah saya menjawab pertanyaan dari ibu?" Aresh balik bertanya pada bu Atin yang masih tercengang, padahal bu Atin hanya meminta muridnya itu untuk memberikan beberapa contoh tumbuhan hijau yang merupakan autotrof tapi Aresh malah menjelaskan secara detail yang bahkan materi itu sama sekali belum ia jelaskan sebelumnya.
Bu Atin terdiam untuk berberapa saat hingga kemudian ia kembali menjelaskan bab selanjutnya.
Pria itu hanya menyunggingkan senyumnya merasa menang. Aresh memang sudah terkenal dengan kepintarannya, maka dari itu tidak sedikit dari guru guru yang menguji kepintarannya atupun hanya untuk bermain main saja dengannya. Sifat angkuhnya juga membuat Aresh semakin di segani. Karena mempunyai kepintaran tidak menjamin hidup Aresh selalu mendapat pujian.
Selain pintar, Aresh juga mempunyai paras yang sangat tampan, rahang yang tegas nyaris sempurna mirip dengan pahatan menyerupai dewa. Lalu mempunyai sorot mata yang tajam, hidung mancung bak seluncuran. Dan jangan lupakan bibirnya yang tebal pink alami bagaikan buah chery yang baru saja di petik. Kemudian rambut lebat hitam legam seakan menyempurnakan wajahnya.
Ditambah dengan tubuhnya yang atletis, karena ia merupakan atlet Taekwondo kebanggaan sekolah. Jika bertanya tentang kekurangan Aresh, kekurangannya hanya satu, tidak bisa kalian miliki. Karena ia sudah ada pemiliknya. Sangat tidak mungkin jika manusia tampan seperti Aresh ini menjomblo.
Pacarnya juga bukan main-main, Fey Kirana yang merupakan siswi tercantik di sekolah ini. Sungguh dunia memang sangat tidak adil hanya menyatukan manusia-manusia sempurna untuk menjalin hubungan.
Aresh tentu saja tidak menolak saat Fey tiba-tiba mengajaknya untuk berpacaran, tidak ada ruginya juga. Fey juga sangat menyenangkan, menurut Aresh selain cantik Fey juga menarik akan hal-hal yang hampir tidak di ketahui oleh pria lainnya, terutama tato capung sangat halus hampir tak terlihat yang berada di selangka kanan miliknya.
"Wah, gila lo Resh!" Ujar Hama di sela gelakannya.
"Kenapa lagi?" Tanya Reksa teman satu tongkrongan Aresh dan Hama yang memang berbeda jurusan. Karena Reksa ini berada di jurusan bahasa.
Awalnya memang Reksa ingin sekali berada di jurusan Astrologi tetapi orang tuanya menyuruhnya untuk berada di kelas Bahasa karena ia bisa memulai bahasa asing di sana. Ngomong-ngomong orang tua Reksa sangat ingin anaknya ini bisa sukses di negeri China.
"Si Aresh bikin Bu Atin Skakmat" jawab Hama yang tengah menyuapkan bakso ke dalam mulutnya.
"Bu Atin ngebegoin Aresh, eh anak ini gak terima langsung di jawab sampe ke materi yang sama sekali belum di jelasin sama bu Atin. Hahaha" imbuhnya, dengan tawa renyahnya.
Aresh hanya terdiam sambil menyantap baksonya tak memperdulikan sahabatnya itu nyerocos, karena bukan Hama namanya jika makan dalam keadaan tenang.
"Hai Sayang" panggil seorang perempuan yang sudah sangat familiar di telinga Aresh membuat pria itu tersentak kecil.
Aresh kemudian tersenyum dengan manis saat menemukan gadisnya duduk di sebelahnya. "Mau makan apa? Aku pesenin." Tanyanya pada Fey.
Fey menggelengkan kepalanya tanda penolakan, "masih kenyang"
"Makan apa emang jam segini masih kenyang?" Tangan Ares terulur merengkuh pinggang Fey dari samping untuk lebih mendekat.
"Dibawain bekal sama bunda tadi" ujar Fey seraya tersenyum menatap pacarnya yang tengah menikmati baksonya.
Hama yang sedari tadi nyerocos tak di indahkan oleh Aresh merasa tersakiti, dirinya berasa mengontrak saja di bumi ini. Dan ia kini juga di abaikan oleh Reksa yang sudah bersama pacarnya juga, Shakira.
"Heh, ngenes amat gue sendiri yang jomblo!!!" Rajuk Hama yang masih saja di abaikan oleh kedua sahabatnya yang tengah berbucin itu.
"Bangsat kalian semuaaa!!!" Teriak Hama frustasi.
"Hama, poin kamu saya kurangi karena ngomong kasar di tempat umum!" Ucap pria paruh baya yang duduk tepat di belakang Hama yang ternyata adalah pak Joni selaku guru BP.
"Saya ngomong kasar di tempat umum dikurangin poinnya, terus yang pacaran di tempat umum dikurangin apanya?" Gumam Hama dalam hati.
______________↶*ೃ✧˚. ❃ ↷ ˊ-___________
Hujan masih saja turun dengan deras, Aresh kira malam ini akan terang karena sore tadi hujan sempat berhenti sampai ada pelangi yang terpancar di langit jika Aresh tidak salah lihat tadi.
Padahal malam ini ia sudah berjanji akan mengajak Fey berjalan-jalan mengunjungi funfire yang baru saja di buka satu minggu yang lalu. Tetapi jika hujan begini, untuk keluar rumah saja Aresh sangat malas sekali.
"Fey, ke funfirenya malem minggu aja yah. Disini lagi hujan soalnya." Kata Aresh dengan sambungan telepon yang kini terhubung dengan kekasihnya.
"Disini terang loh Resh!" Ujar gadis di balik teleponnya. Suaranya terkesan terkejut, pasalnya memang di rumah Fey tidak hujan sama sekali.
Mendengar hal itu, Aresh kemudian mengalihkan sambungan telepon itu menjadi Video Call yang membuat wajah cantik Fey terpampang jelas di depan matanya.
"Kamu bohong ya?" Tanya Fey dengan wajah menelisik.
"Ya ampun, mana ada sih aku bohong sama kamu" Jawab Aresh kemudian dirinya keluar rumah lalu membalikan ponselnya berniat agar kekasihnya itu dapat melihat bahwa di luar memang tengah hujan deras.
"Gimana? Percaya?" Tanya Aresh
Fey yang ada di dalam ponsel itu terlihat mengangguk lalu mengulum bibirnya seakan ia tidak rela jika pertemuan nya terhalang oleh hujan. Jujur Fey sangat merindukan Aresh.
"Tapi aku kangen Resh!" Ungkap Fey masih dengan mengulum bibirnya lalu menunduk.
Aresh tergelak gemas melihat kekasihnya yang memasang wajah kesalnya itu, "Besok kan ketemu lagi, Fey".
"Tapi aku gak bisa kalo harus nunggu besok, rindu aku udah berat banget ini"
Pria itu kembali tertawa, "hahaha, gemesh banget sih pacar aku"
"Udah dulu ya, aku mau mandi dulu. Nanti aku telpon lagi" lanjut pria itu lalu memutuskan sambungannya sesaat setelah ia mengecup layar ponselnya sebagai salam perpisahannya.
Kemudian Aresh berlalu menuju kamar mandi berniat untuk melakukan rutinitasnya. Sangat dingin sekali, Aresh menyalakan saluran air hangatnya yang kemudian mulai mengalir memenuhi bathtub.
Pria itu menanggalkan seluruh pakaiannya lalu berendam selama beberapa menit seraya menikmati uap yang kian memenuhi tubuhnya.
Di sela aktivitas nya membersihkan diri, seekor kupu-kupu terbang tepat di atas kepalanya entah darimana asalnya dan entah bagaimana dia bisa sampai di kamar mandi yang hampir tidak memiliki celah untuknya masuk, sayapnya sangat cantik, biru berkilau sangat mirip dengan absolem yang seakan mengajaknya untuk berpetualang.
Mata tajamnya kini menyipit mengikuti pergerakan kupu-kupu biru itu yang terus terusan mendobrak pintu kamar mandinya, dia bisa masuk tetapi tidak bisa keluar, sangat lucu.
Aresh keluar sudah dengan pakaian lengkapnya sambil mengamati kupu-kupu biru itu terbang mengitari langit langit kamarnya sampai hewan itu kembali menabrakan dirinya pada pintu kamar seakan meminta Aresh untuk membukanya kembali.
Pria itu berjalan mengikuti arah kemana ia terbang, sangat aneh menurut nya, kupu-kupu ini seakan sudah hafal dengan setiap sudut rumah Aresh. Ia terbang sampai ke pintu utama membuat pria itu mengerutkan keningnya saat melihat Kupu-kupu itu keluar lewat ventilasi yang berada tepat diatas pintu utama tidak mendobraknya lagi seperti tadi.
Aresh kemudian membuka pintu utamanya berniat mengamati kembali kupu-kupu biru itu. Diluar masih gerimis, entah mengapa teras rumahnya menjadi lebih gelap karena lampu di jalan yang mati dan lampu teras yang mulai meredup dan sampai pada akhirnya pria ini melihat cahaya yang sangat cantik biru menyala dari sayap kupu-kupu biru tadi, sangat jelas dari kepakannya seakan meninggalkan serbuk berkilau yang mengikuti setiap pergerakannya.
"Waw" Aresh terkagum melihatnya, ia baru pertama kali menyaksikan hal menakjubkan seperti ini. Apakah hewan bersayap ini memang absolem yang akan mengajaknya berpetualang?. Aresh sudah sangat lama sekali menghilangkan rasa percayanya pada hal-hal mustahil seperti ini, sangat lama semenjak ia di tinggal pergi oleh manusia yang paling berharga dihidupnya yaitu Mamah.
Pada akhirnya pria ini teringat akan satu penggal kalimat dari buku bacaan favoritnya sejak kecil, buku yang setiap malam dibacakan oleh Mamah sebagai alunan sebelum tidur.
'Ikutilah maka kamu akan menemukan hal yang lebih mustahil daripada yang banyak dibicarakan oleh manusia, ada atau tidaknya hanya kamulah yang akan mempercayainya' .-
"Haruskah?" Tanya Aresh pada dirinya sendiri lalu menatap kupu-kupu biru itu yang seakan menunggu Aresh untuk memantapkan hatinya.
...______________↶*ೃ✧˚. ❃ ↷ ˊ-____________...
Aresh mode di Sekolah.
Aresh mode sama ayangg...
...______________↶*ೃ✧˚. ❃ ↷ ˊ-____________...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 17 Episodes
Comments