Pisah I

Terlihat sebuah ruangan yang bernuansa  elegan dihadapanku. semua tampak bersih, rapi dan mewah. Kulihat Pak Beni dan istrinya sudah menungguku di  bagian tengah ruangan itu- duduk di sebuah sofa mewah berwana abu-abu dengan hiasan barang-barang antik peninggalan dinasti kerajaan Cina kuno.

"Ayo kemari Di,' ujar Bu Linda- istri Pak Beni ramah padaku tanpa lupa dengan senyuman diwajahnya.

Aku membalas senyuman Bu Linda-segera kuhampiri pasangan suami istri yang  sedang menikmati berbagai hidangan ringan diatas meja yang ada dihadapan mereka- serta sesekali saling menggoda.  Sungguh pemangdangan yang membuat iri hatiku melihatnya.Selama Enam tahun menikah sangat jarang sekali Aku memiliki moment romantis seperti ini-kecuali saat Edi suamiku punya keinginan dan cara seperti itu dia gunakan untuk membujukku.

Aku berjalan mendekati pasangan suami istri itu- Pak Beni yang biasanya terlihat sangat berwibawa  -kali ini terlihat seperti anak kecil yang sedang asyik bermanja pada ibunya. sambil berbicara kepadaku- Pak Beni bersandar di pundak istrinya. Sesekali Bu Linda menyuapi makanan ringan ke mulut Pak beni dengan penuh kelembutan.

"Selamat Malam Pak Beni- Bu Linda. Maaf menggangu waktunya." ujarku sopan pada kedua orang tua itu

"Ya Di. Silahkan duduk." ujar Bu Linda dengan senyuman anggun nya.

Aku mengambil posisi duduk di sofa yang berhadapan dengan kedua pasangan itu. Ada sedikit malu melihat kelakuan pasangan itu- tetapi kedua orang itu tidak merasa canggung sama-sekali dengan keberadaanku didepan mereka.

"Honey, Look this young lady has so pure heart. but unlucky, her husband a hypocrite one."

(Sayang, lihat nona muda ini memiliki hati yang sangat murni. tapi sayangnya, suaminya seorang yang munafik)

ujar Pak Beni pada istrinya dengan berbahasa inggris yang sangat fasih.

Aku sangat yakin ucapan itu ditujukan kepadaku- karena Aku tahu betul Pak Beni sangat tidak menyukai suamiku Edi.

Bu Linda menepuk tangan Pak Beni - maksud hati agar suaminya tidak membuatku tersinggung dengan ucapan suaminya tadi.

"Maaf ya Di- jangan diambil hati perkataan Bapak tadi." ujarnya dengan merasa tidak enak hati.

"Oh tidak apa Bu. Saya paham dan memaklumi Bapak." ujarku seraya tersenyum.

Pak Beni kemudian merubah posisi duduknya. Dia mengambil posisi duduk sejajar denganku- berhadapan dan matanya tajam ke arahku. Aku menunduk karena bagaimanapun aku tidak terbiasa dipandangi begitu oleh orang lain walaupun beliau sudah menganggapku seperti anaknya sendiri.

"Begini Di, Saya akan memonitor beberapa cabang kita yang ada di Singapur. dan hongkong.  Saya minta kamu ambil cuti kerjamu dan dampingi saya beberapa hari kedepan." lanjut Pak Beni dengan wajah seriusnya seperti biasa.

"Oh begitu Pak. Saya harus mengajukan cuti paling tidak seminggu sebelumnya Pak dan juga meminta ijin suami," jawabku dengan santun.

"Ya, cobalah ajukan. Tapi kalo suamimu itu pasti mengijinkan selama ada uang untuk dia." ujar Pak Beni dengan seikit nyinyiran tak suka seperti biasanya bila Aku menyinggung soal suamiku-Edi.

" Hey, stop it honey. Don't say that!"  Bu Linda sekali lagi mengingatkan ucapan suaminya itu.

(Hei, hentikan sayang. Jangan bilang begitu).

"Nggak apa lah, hon. Aku hanya kasian dengan Di yang selalu diperalat suami dan keluarganya." sahut Pak Beni  lagi. Kali ini Bu Linda tidak membalas sanggahan suaminya.

Sebenarnya Ia juga merasa hal yang sama terhadap diriku. Bahkan Bu Linda yang mengajarkanku untuk tidak terlalu terbuka pada suamiku tentang penghasilanku. Apalagi Edi mendapatkan bagian penghasilan setiap bulannya dari perusahaan karena mengijinkanku untuk bergabung di perusahaan ini. Penghasilan Edi di perusahaan ini pun karena kearifan pak Beni agar Aku dapat fokus dengan pekerjaanku.

Walaupun didalam agamaku Istri yang memberi nafkah pada suami dibolehkan. Namun -dijelaskan juga bahwa kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena itu nafkah memang merupakan kewajiban seorang suami kepada istrinya selama suami masih mampu untuk bekerja dan dalam keadaan sehat.

"Oke Di. Kamu urus cutimu dan ijin ke suamimu itu karena awal bulan depan Kita akan banyak pekerjaan." ujar pak Beni melanjutkan pembicaraannya.

"Baik Pak." jawabku singkat.

Pak Beni beranjak dari duduknya- tapi kembali lelaki tua itu melihat ke arahku.

" ohya, bila ada masalah dengan suamimu atau bosmu kasih info ke Vera ya." lanjutnya lagi.

Aku hanya menggangguk dan tersenyum membalas ucapan Pak Beni tadi. Aku tahu- Pak Beni dan keluarganya sangat baik memperlakukanku. Bahkan saat kondisi ku sedih pun mereka bisa merasakan tanpa harus mengetahui langsung dariku.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Malam itu- dengan mengendarai kendaraan operasional kantorku Aku sengaja pulang ke rumahku di Bandung tanpa sebelumnya memberitahukan pada Edi. Memang biasanya setiap kali Aku akan pulang Aku selalu memberitahu suamiku sehari sebelumnya. Tapi kali ini tidak kulakukan.

Cukup lelah kurasakan mengemudi sendirian dalam kurang lebih tiga jam perjalanan yang ku tempuh dari Ujung utara jakarta sampai ke wilayah Bandung bagian barat. Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam- ku matikan mesin mobil. Suara mesin mobil operasional kami ini sama sekali tidak berisik tentu sama sekali berbeda dengan mobil Jepp bututku yang suaranya bisa membangunkan orang tidur malam-malam begini.

Perlahan Aku membuka pintu gerbang rumahku- lalu kuketuk pintu ruang tamu rumah bemaksud membangunkan para penghuni rumah yang mungkin saja sudah tertidur.

Sekian kali Aku mengetuk pintu tak satupun orang yang membukakannya. Kucoba menghubungi telpon genggam milik suamiku- terdengar suara panggilan teleponku dari dalam rumah tapi tak ada jawaban yang kuterima.

"Kak edi, Deni? Apa ada orang di rumah? ujarku sedikit kesal. Rasanya tak mungkin bila tak terdengar suara ketukan ku yang terakhir yang cukup keras itu.

" Tak selang berapa lama Aku lihat Edi membuka pintu rumah kami- namun wajahnya terlihat berbeda. Ada kepanikan diwajah itu.

"Loh- eh kamu kenapa mendadak pulang? tanyanya dengan gugup

Aku menangkap ada sesuatu yang terjadi di rumah itu- dan gerak gerik Edi seperti tidak suka dengan kepulanganku kali ini.

"Kenapa? Apa Aku tidak boleh pulang ke rumahku sendiri? ujarku sedikit kesal. Aku berjalan memasuki rumah melewati tempat Edi berdiri.

Namun-betapa terkejutnya Aku ketika kulihat seorang wanita dengan terbirit-birit keluar dari kamar kami  untuk sembunyi ke lantai atas. Rumah dengan bangunan tipe 27 yang kami tempati rasanya cukup sempit dan sulit untuk mencari tempat bersembunyi - tanpa terlihat oleh penghuni lainnya.

"Hei, siapa kamu?! tanyaku dengan rasa terkejutku melihat seorang wanita asing keluar dari kamarku.

"Eh, Anu. Eh Dia sepupuku." ujar Edi dengan panik.

Wanita berpostur tubuh mungil itu tak bisa lagi menghindari pertemuan dengan Aku selaku pemilik rumah. Langkahnya terhenti saat ingin menaiki tangga.

Entahlah- aku merasa wanita asing ini sudah cukup mengenal seluk beluk isi rumah ini. Tapi siapa dia, batinku penasaran. Siapa dia yang berani masuk ke kamar pribadi Aku dan suamiku.

" Erni, Deni coba turun dulu kalian berdua." teriakku dengan penuh emosi.

Berkali-kali aku panggil adik-adik Edi yang memang tinggal di lantai atas rumah kami-namun tak ada sekalipun sahutan dari mereka.

"Kemana adik-adikmu? ujarku dengan kasar pada Edi tanpa memanggilnya dengan panggilan Kak seperti biasa.

"Ada. Anu- Mereka ada diatas." jawabnya kembali dengan suara bergetar

Aku berjalan menaiki tangga dengan langkah terburu. Kubuka satu persatu pintu kamar adik-adik Edi. Yang kulihat hanya ada Erni di kamarnya.

"Nah. disini kamu rupanya. Kenapa tidak menjawab panggilan teteh tadi." ujarku sedikit menahan emosi pada Erni.

"Ya teh, maaf. Erni takut teteh marah." ujarnya dengan suara bergetar

"Apa Kamu tahu siapa wanita yang ada di bawah." desakku pada Erni

"Anu teh dia teman Aak... eh Anu, dia saudara kita." jawab Erni yang semakin menambah kecurigaanku.

"erni ikut teteh ke bawah. Ayo biar semua jelas." pintaku seraya menarik tangan erni untuk mengikutiku ke lantai bawah.

Ternyata wanita itu sudah tidak ada lagi bersama Edi dan Edi masih dengan wajah pucat dan gugup bersender di dinding rumah menatapku dan Erni yang mendekatinya.

"Mana dia." tanyaku pada Edi

Edi tak menjawab hanya mengangkat kedua bahunya sebagai jawaban. Aku semakin emosi melihat reaksi edi kali itu.

"Sudah. Tanpa kau dan erni menjelaskan semua. Aku pastikan wanita itu bukan saudara kalian bukan?!

Edi dan Erni kembali tak menjawab pertanyaanku.

"Rupanya ini kelakuanmu selama Aku tidak di rumah. Dan kau Erni- apa sebagai adik- kamu tidak mengingatkan kakakmu akan dosa."

"Hei, sudahlah. Jangan kau salahkan adikku dalam hal ini.! teriak Edi padaku dengan nada tinggi.

"Lalu katakan dengan jujur siapa perempuan tadi." ujarku membalas dengan nada tinggi pula.

Edi seketika memutar tubuhnya dan  memukul dinding yang ada di belakangnya. "Buuuk!!! tangannya yang tergenggam seketika menghantam wajah dinding bata rumah.  "Ok Aku jawab. Dia pacarku."

Rasanya tidak ingin percaya-tapi hal ini sudah kesekian kali terjadi dalam rumah tanggaku dan Edi- dan kali ini AKU SUDAH MENYERAH untuk bertahan.

"Astaqfirullahalazim. Aku tidak paham dengan kalian semua di rumah ini. Apa kalian sangat tolerir dengan perzinahan dan perselingkuhan semacam ini?! ujarku sangat marah. Kutatap tajam ke arah Edi dan kemudian pandanganku beralih pada Erni. " dan kamu sudah mengetahui hubungan Kakakmu ini? tanyaku pada Erni.

Erni hanya mengangguk dan kemudian  wajahnya tertunduk.

"Baiklah kalian tidak perlu menjawab. Aku sudah tahu jawabnya. dan Kamu- kak.  Saya sudah cukup bersabar dengan segala kelakuanmu selama ini. Aku berkali-kali katakan padamu kalau kau sudah tidak ingin melanjutkan pernikahan ini-jujur saja padaku. Aku dengan iklas menerima- toh kita sampai saat inipun belum dikaruniai anak." lanjutku pada Edi yang tak berkutik bahkan membantah seperti biasapun tidak dilakukannya.

"Aku ingin Kamu menceraikanku." ujarku lagi

"Oke kalau kamu ingin cerai dariku. Silahkan. Lagian siapa yang mau sama kau lagi setelah cerai dariku. lihat badanmu itu yang macam dumbtruk" sontak Edi menjawab pernyataanku dengan cemoohan yang sering dia lontarkan padaku.

Sungguh-kata-kata Edi begitu menyakitkan bagiku. Tapi perubahan bentuk tubuhku ini pun bermula dari paksaan orang tua Edi agar Aku mengkonsumsi jamu racikan dan pil KB dengan alasan agar Aku cepat hamil. Sampai akhirnya dokter kandunganku meminta Aku menghentikan konsumsi obat-obatan tersebut.

Malam ini rasanya Aku tidak sanggup untuk tinggal satu atap dengan orang yang selalu membuat amarahku bergejolak. Aku sungguh tidak paham dengan pemikiran keluarga Edi. Perselingkuhan sepertinya adalah hal yang lumrah terjadi dalam keluarga mereka.

Ayuni dan Aman pun pernah mengalami hal yang sama- disaat Ayuni yang belum diakui oleh orang tua Aman sebagai menantu berkali-kali kedapatan berseingkuh dengan lelaki yang juga merupakan salah satu kerabat Aman di kot Bengkulu. Aman yang memiliki watak yang lembut dan sabar pun berkali-kali memaafkan kesalahan Ayuni. Sampai suatu saat ayuni mengandung anak pertama mereka dan orang tua Aman seakan tak mempercayai bahwa anak yang di kandung Ayuni adalah dari darah daging anak mereka.

Aku dan Edi pun berkali-kali mencoba menengahi permasalahan mereka. Sampai suatu saat keduanya memutuskan untuk pindah dari Kota Bengkulu dan menetap bersama kami.

Saat itu Aku merasakan ketidakwajaran dalam keluarga Edi karena mereka justru mengetahui dan seakan bangga dengan perilaku Ayuni yang memiliki banyak lelaki walau sudah menyandang status istri seseorang.

"Ah biasa itu mah. Selingkuh sana selingkuh sini. Arti na si Ayu kan banyak yang suka. Pan anak Apih cantik" ujar Ayah Edi membela anak perempunnya saat Aman mengadukan semua tingkah laku Ayuni pada kedua orng tuanya.

Entahlah, Aku benar-benar dibuat gila bila memikirkan keluarga mereka.

Waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari, Aku memilih untuk keluar dari rumah itu malam itu juga - dan mencari penginapan terdekat. Mungkin Aku masih memerlukan waktu untuk menenangkan diri. Tak kuasa lagi rasanya Aku ingin mengutarakan semua kejadian ini pada kedua orangtuaku.

Kali ini Aku sudah bertekat untuk berpisah dengan Edi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!