Keesokan paginya saat sarapan bersama, Snow mencoba menanyakan persiapan presentasi kepada Lentera, ia khawatir jika adik iparnya itu mendapatkan nilai jelek maka dirinya lagi yang akan kena marah ibu mertuanya, dan kebetulan saat itu sedang ada suaminya sehingga Snow berharap Lentera dan ibunya bisa lebih enak di ajak berdiskusi.
"Jadi bagaimana tersiapan presentasimu?" tanya Snow.
Namun agaknya harapan Snow sia-sia, Lentera justru tersenyum sinis kepadanya. "Kau urus saja lah urusanmu, jangan sok baik menanyakan tugas kuliahku," ucapnya ketus.
Melihat tingkah adiknya yang ketus terhadap istrinya, Aaric pun langsung menegur Lentera. "Dek, kok kasar gitu sih ngomongnya?"
"Halah, mas Aaric enggak usah belain dia terus lah. Dia itu cuma sok baik saja di depan mas," ucap Lentera dengan kesal larena Aaric telah menegurnya. "Bilangnya sudah vacum dari dunia entertainment tapi foto dan videonya masih ada di mana-mana." Lentera merogoh tasnya, kemudian ia mengambil handphonenya dan membuka akun sosial mediannya.
Lentera menunjukan kepada kakak dan orangtuanya, akun official suatu produk kosmetik yang masih menggunakan foto dan video Snow untuk promosi. Aaric menghela napasnya, dari raut wajahnya jelas tergambar nyata jika Aaric terlihat kecewa. "Bukankah aku sudah memintamu berhenti dari dunia entertainment? Mengapa kau masih membintangi iklan itu?"
"Mas Aaric salah paham," Snow mencoba untuk menjelaskannya. "Iklan itu di ambil sebelum kita menikah dan jadwal tayangnya baru minggu-minggu ini," ucap Snow jujur.
"Hei Snow," sahut Astrid. "Kalau kamu memang berkeinginan patuh terhadap suamimu seharusnya kau batalkan kontrak itu, kau kembalikan honor yang sudah kau terima. Kau memang dasarnya wanita ganjen yang senang memamerkan wajah agar di lihat dan puji oleh pria-pria," ucap Astrid dengan ketus. "Pantas saja tuhan belum menitipkan anak kepadamu, ini semua karena kamu gatal."
Snow menggelengkan kepalanya, ia tak sampai berpikir sejauh itu. "Tidak semudah itu membatalkan kontrak yang sudah berjalan, mom." Snow kembali berusaha membela dirinya.
Aaric menyeka mulutnya dengan serbet, kemudian ia beranjak dari tempat duduknya. "Mom aku berangkat," Aaric hanya menyalami ibundanya tanpa berbicara atau pamit dengan istrinya.
Snow pun berlalari mengejar Aaric. "Mas Aaric tunggu," panggilnya. Namun Aaric semakin mempercepat langkahnya menuju mobil yang sudah siap di depan teras kediamannya.
Begitu hendak menutup pintu mobil, Snow menahannya. "Percayalah mas, hanya tinggal iklan ini saja selebihnya aku sudah tidak punya kontrak kerja sama dengan pihak mana pun."
"Kalau begitu, cepat batalkan kontraknya, tarik semua foto dan videomu. Aku akan membayar dendanya." Aaric menutup pintu mobilnya dan pergi menuju kantor.
Setelah mobil suaminya sudah tak terlihat, Snow bergegas menuju kamar untuk menghubungi managernya.
"Hah? Kontrak iklan itu saja masih kau masalahkan?" ucap sang manager terkejut ketika Snow memintanya untuk menarik iklan tersebut.
"Aku akan bayar berapa pun dendanya, yang terpenting iklan itu cepat di hapus."
"Suamimu benar-benar over protective ya, padahal itu iklan sudah lama sekali," ia berkomemtar. "Tapi baiklah akan aku coba negosiasi dengan ownernya semoga hari ini juga iklan tersebut bisa di turunkan."
"Thanks ya." Snow bernapas lega, ia pun mematikan sambungan teleponnya. Snow masih termenung memikirkan babak akhir karirnya di dunia entertainment, sejujurnya ia masih terlalu berat untuk meninggalkannya namun ia tak punya pilihan lain.
Getar handphone dari ibundanya membuyarkan lamunannya, "Assalamualaikum, hallo nduk," sapa Rini, ibunda Snow dari seberang telepon.
"Walaikumsalam, hallo ibu," di tengah ke galauan hatinya, Snow merasa ada sedikit kedamaian mendengar suara ibundanya.
"Nduk, akhir-akhir ini ibu tidak lagi melihatmu di televisi?" tanya Rini, Rini yang tidak pernah terlambat menonton anaknya di layar kaca merasa sangat kehilangan ketika putrinya di gantikan oleh artis lainnya.
"A-aku," jawab Snow ragu-ragu. "Aku sudah tidak bekerja lagi bu."
Rini sungguh terkejut mendengar putrinya sudah tidak bekerja lagi, pasalanya tahu sekali jika Snow teramat mencintai pekerjaannya, dan perjuangan untuk sampai di titik ini tidaklah mudah. Rini menjadi saksi dimana dirinya sering menemani Snow manggung dari satu panggung ke panggung lainnya untuk membawakan sebuah acara, di tengah terik matahari serta hujan tetap Snow lakoni dengan riang demi mencapai cita-cintanya menjadi host ternamaan ibu kota.
"Kenpa nduk?" apa ada masalah sampai kamu harus berhenti jadi host?"
Snow tidak yakin menceritakan kejadian yang sebenarnya, namun dirinya membutuhkan teman bercerita untuk mengurangi kesedihannya. "Sebenarnya, mas Aaric melarangku untul bekerja."
"Suamimu melarangmu bekerja? Bukankah sebelum menikah suamimu sudah tahu jika kamu adalah seorang host? Apa alasannya dia melarangmu bekerja? Apa kamu mengabaikan peranmu di rumah?"
Snow menggeleng. "Tidak, bu. Sama sekali tidak. Mas Aaric hanya ingin aku fokus di rumah."
Rini berdeham, mencoba berpikir mengenai alasan menantunya meminta Snow berhenti dari dunia hiburan. "Apa suamimu pencemburu?" ia menduga jika Aaric melarang putrinya bekerja, lanataran dia cemburu melihat Snow dekat dengan banyak pria.
"Ya, sedikit bu."
"Ya sudah kalau begitu, kamu vacum saja dulu untuk sementara, sambil kau terus yakini dia bahwa kedakatanmu dengan bintang tamu atau pun kru yang bertugas hanyalah sebatas profesionalitas pekerjaan saja."
"Baik bu."
"Tapi tetap jangan maksa ya, kalau tidak boleh ya tetap harus patuh karena surgamu berada di suamimu."
"Baik, bu. Terima kasih atas nasehatnya." Snow merasa lebih lega setelah bercerita kada ibundanya.
"Ya sudah, kamu baik-baik ya di sana. Sering-sering kabari ibu, ibu rindu sekali padamu nduk, apa lagi kamu sudah tidak nongol di TV lagi, di media sosial pun kata adikmu sudah tidak ada."
"Iya bu, maaf aku baru bisa cerita." Sebenarnya bukan bermaksud mengabaikan ibundanya namun Snow sendiri bingung bagaimana ia harus bercerita kepada ibundanya, dan beberapa waktu belakangan ini pun dirinya tengah sibuk dengan kebun organik ibu mertunya.
Kebun?
Snow hampir saja kelupaan untuk mengurus kebun ibu mertuanya yang hari ini adalah jadwap panen wortel. "Bu, udah dulu ya Snow sedang ada urusan yang harus Snow kerjakan," ia tak mengatakan jika dirinya akan berkebun sebab takut berpikir jika ibu mertuanya tidak memperlakukannya dengan baik.
"Oh ya sudah, semoga semua urusanmu lancar. Assamualaikum."
"Walaikumsalam," Snow pun mematikan teleponnya, kemudian ia bergegas turun ke kebun untuk memanen wortel.
Tiba di kebun ia melihat ibu mertuanya sudah menunggunya dengan tatapan tajamnya. "Dasar menantu malas, dari mana saja kau ini?"
"Aku habis menghubungi managerku untuk membahas masalah pembatalan kontrak iklan tadi," jawab Snow, ia tak ingin mengatakan jika dirinya habis menghubungi ibundanya.
"Ya sudah, cepat kerjakan!! Panen semua wortel-wortel mommy."
Snow menganguk, ia mulai menggunakan sarung tangannya dan memanen wortel tersebut satu persatu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ𝐀𝐧𝐠ᵇᵃˢᵉՇɧeeՐՏ🍻☪️¢ᖱ'D⃤
snow terlalu sabar menghadapi masalah yang selalu di buat oleh ibu dan juga adik iparnya
2023-03-29
2
Aiza➢
Apa gak kebalik ya? kalian baik pada Snow saat ada Aaric saja.
tapi disaat Aaric tidak ada kalian memperlakukan Snow dengan sangat buruk
2023-03-19
3
¢ᖱ'D⃤ ̐𝙽❗𝙽 𝙶
dih kok aaric nggk bisa berfikir bijak gitu sih oke surga anak terletak pada ibunya tapi lihat2 juga kalo ibunya jahat gitu sama istrimu ya kamu harus bijaksana dong🙄
2023-03-19
2