Snow In Paris

Snow In Paris

CHAPTER - 01

"Guys, I've got to tell you, it is so great to have you back here in the studio. You lift our entire crew, you lift the entire audience every time you are here. Thank you for being here, thank you for always coming back to our show," ucap Snow kepada bintang tamu yang hadir dalam talkshownya, kemudian ia menghadap ke arah kamera. "Stick around, A.B.C will be performing right here after the. Don't go away!!" ia menyalami satu persatu personil ABC Band, dan mempersilahkan mereka untuk tampil sebagai penutup acara.

Setelah kamera off, Snow melanjutkan kembali perbincangannya bersama para personil ABC Band, namun perbincangan kali ini nampak lebih santai karena Snow di temani oleh seluruh kru yang berkerja dalam program acaranya, tak ketinggalan mereka juga berfoto bersama.

Snow menyempatkan dirinya untuk berfoto sendirian dengan bintang tamunya, tanpa ada satu pun kru yang ikut bergabung. "Thank you so much," ucap Snow, ia kembali menyalami satu persatu personil ABC Band, sebelum mereka kembali ke ruangannya.

Snow nampak girang dua kali mendapatkan kesempatan mewancarai band terkenal asal Korea Selatan itu dalam program acara yang di pandunya. Mereka kembali datang ke Indonesia untuk mempromosikan album terbaru mereka yang baru saja rilis satu bulan yang lalu.

"Oh my God, I'm so happy," cutusnya, ia mendekap erat handphonenya.

"Udah stop girangnya," ucap Cahaya, asisten sekaligus sahabat baik Snow yang bekerja dengannya. "Loe ganti baju dulu gih sana, dari tadi laki loe teleponin mulu nih, nanyain kapan loe balik." ia menyodorkan handphone pribadi yang Snow gunakan khusus untuk berkomunikasi dengan keluarganya.

"Apa ada masalah?" tanya penasaran, sembari membuka handphonenya. "Mas Aaric sudah tahu jadwal syutingku kok, dan tadi pagi sebelum mas Aaric ke kantor aku juga sudah izin dengannya," gumamnya.

"Entahlah," Cahaya Mengangkat bahunya. "Tadi dia tidak mengatakan apa pun, dia hanya memintamu untuk segera pulang," ucap Cahaya.

Snow semakin penasaran sebab, ia tak melihat adanya pesan masuk dari suaminya, yang ada hanyalah 10 panggilan tak terjawab dan 1 masuk panggilan masuk yang mungkin di angkat oleh Cahaya. Snow memutuskan untuk tak mengganti pakaiannya karena akan memakan banyak waktu, sehingga Snow hanya mengganti sepatu hak tingginya dengan sendal jepit rumahan, kemudian ia pamit dengan para kru dan bergegas berjalan menuju parkiran, di ikuti oleh Cahaya dari belakang.

Di sepanjang jalan menuju kediamannya, Snow mencoba menghubungi suaminya, namun Aaric tak menjawab panggilan masuk darinya, hal ini membuat Snow menjadi cemas. "Pak, agak cepetan ya!" pintanya pada sopir yang membawa kendaraannya.

"Ada apa sama suami loe?" tanya Cahaya sedari tadi ia memperhatikan Snow terlihat cemas.

"Mas Aaric tak menjawab panggilanku, ada apa ya?"

Cahaya menggeleng, "Aku juga tidak tahu," saat Aaric menghubunginya, Cahaya sudah menanyakan apakah ada pesan yang ingin di sampaikan kepada Snow, namun Aaric hanya meminta Cahaya menyampaikan kepada Snow agar istrinya itu segera pulang.

Cahaya mengelus lengan Snow dengan lembut. "Tenanglah, sebentar lagi sampai kok," ia mencoba menenangkan hati Snow agar tidak begitu cemas. "Kalau ada apa-apa dia pasti sudah bilang, mungkin dia hanya rindu dengan istrinya, ini kan malam jum'at," ledeknya.

"Apaan sih, tiap hari ketemu juga." Snow tersipu malu mendengar ucapan Cahaya

"Kalian kan baru tiga bulan menikah, pasti masih hot-hotnya dong."

Wajah Snow memerah, meski sudah bersahabat cukup lama dengan Cahaya, Snow tetap merasa malu membahas urusan ranjang. "Apaan sih loe ini," ia bersiap turun setelah mobil yang di tumpanginya menepi di depan kediamannya. "Gue turun duluan ya, bye..." Snow melambaikan tangannya, kemudian turun dari mobil.

"Kabarin gue kalau ada apa, jangan lupa besok kita ada meeting dengan client," ucap Cahaya sembari melambaikan tangannya ke arah Snow.

"Beres," Snow pun menutup pintu mobil dan berlari masuk ke rumahnya. Langkahnya terhenti ketika melihat ibu mertuanya duduk di ruang tamu dengan tatapan tajam mengarah ke arahnya. "Dari mana saja kamu jam segini baru pulang?" tanya Astrid dengan ketus.

"A-aku baru selesai syuting, mom," jawabnya dengan gugup, Snow tidak mengerti mengapa setiap kali dirinya keluar dari rumah ibu mertuanya terlihat seperti tidak menyukainya, terutama jika dirinya pulang syuting. "Tadi pagi aku sudah izin dengan mas Aaric,"imbuhnya.

"Harusnya kamu itu jadi istri peka sedikitlah. Suami pulang kerja, kamu sudah harus ada di rumah untuk melayaninya, bukan malah keluyuran kemana-mana."

"Aku syuting mom," bantah Snow.

"Syuting... Syuting... Memangnya uang bulanan yang di berikan Aaric padamu masih kurang?" Astrid semakin menaikan nada bicaranya. "Atau memang kau saja yang gatal, ingin bertemu dengan artis-artis lainnya, pegang-pegangan tangan, peluk-peluk, cipika-cipiki sana sini. Dasar wanita murahan!!!"

Hati Snow terasa sangat perih mendengar label wanita murahan yang di alamatkan kepadanya. "Jangan-jangan waktu menikah kemarin dengan Aaric, kamu sudah tidak perawan, sebab mommy lihat tayangan acaramu tadi, kau mudah sekali cipika-cipiki sana sini."

"Hahah... Sudah pasti itu mom," sambung Lentera yang tina-tiba saja muncul dari balik pintu, kemudian ia berjalan mengitari Snow dan memandang Snow dari atas ke bawah. "Lihat saja pakain dan dandannya, benar-benar seperti wanita penggoda." Lentera duduk manis di samping ibundanya. "Kasihan sekali kakakku mendapat bekasan, aku heran mengapa mas Aaric mau dengannya?"

"Jangan asal bicara kamu dek..." Snow mencoba membela dirinya, namun kemudian ibu mertuanya memotong kalimatnya. "Sudah-sudah," ucap Astrid, ia masih menatap Snow dengan tatapan tajam. "Sebaiknya kau berhentilah dari dunia entertainment, urus dan layani suamimu dengan baik."

Snow menggelenggan kepalanya, rasanya terlalu berat bagi Snow untuk menuruti permintaan ibu mertunya, pasalnya menjadi host adalah impiannya sejak kecil, ini adalah karir yang di bangunnya dengan susah payah, ia sudah merasakan asam garam dunia entertainment, mulai dari menjadi MC keliling, penyiar radio hingga kurus penyiaran ia lakukan demi mewujudkan mimpinya.

Kini ketika ia berada di puncak karirnya, ibu mertuanya dengan mudahnya memintanya untuk berhenti dari dunia yang telah membesarkan namanya. "Maaf aku tidak bisa, mom," tolaknya.

Astrid beranjak dari tempat duduknya. "Kau pilih Aaric atau karirmu? Aku tidak ingin memiliki menantu yang terlihat seperti wanita murahan, sepertimu!!" ia pergi meninggalkan Snow di ikuti oleh Lentera yang tertawa sinis kepada Snow. "Murahan," bisiknya.

Snow menghembuskan napas beratnya, ia benar-benar tak bisa memilih antara karir impiannya dangan rumah tangga yang baru saja di binanya, Snow berharap Aaric bisa memberikan solusi atas kesalah pahaman yang terjadi antara dirinya dengan ibu mertuanya.

Terpopuler

Comments

༄༅⃟𝐐 🥑⃟🇩ᵉʷᶦᵦ 🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ🌀🖌

༄༅⃟𝐐 🥑⃟🇩ᵉʷᶦᵦ 🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ🌀🖌

dari awal komunikasi kurang terjalin antara mertua dan menantu

2023-04-20

2

🥀⃟ʙʀ🇹ᴿᴵᴱ 𝓓𝓮𝔀𝓲ˢⁿ᭄🌀🖌:

🥀⃟ʙʀ🇹ᴿᴵᴱ 𝓓𝓮𝔀𝓲ˢⁿ᭄🌀🖌:

baru mampir Thor

2023-04-06

1

Diaz

Diaz

astaga mertuanya 🤭

2023-03-30

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!