"Morning," Aaric menghampiri Snow di dapur, kemudian memeluknya dari belakang. "Kamu bikin ikan bakar? Enak sekali wanginya." Aroma masakan istrinya memang selalu menggunggah selera, sehingga ia tak sabar untuk mencicipinya.
Snow memukul tangan suaminya yang hendak mencomot ikan bakar buatannya. "Mas Aaric mandi dulu, nanti kita makan sama-sama."
"Iya.. Iya.. Aku mandi dulu ya," Aaric mengecup kepala Snow kemudian ia kembali lagi ke kamarnya untuk membersihkan tubuhnya.
Pukul 07.30 seluruh anggota keluarga Aaric sudah berkumpul di meja makan. "Wah, pagi-pagi sudah ada ikan bakar. Sepesial sekali ya sarapan pagi ini," ucap .... bapak mertua Snow.
"Iya dong dad," sahut Aaric, ia melirik ke arah Snow. "Istriku yang membuatnya." Snow tersenyum manis, ternyata kerja kerasnya menangkap ikan pagi-pagi buta tak sia-sia, membuat suami dan bapak mertuanya terkesan padanya.
"Mommy ambilkan ya.." Astrid menaruh satu ekor ikan bakar buatan Snow ke piring suaminya, lalu ke piring makan dirinya. "Aku mau juga mom," Lentera menyodorkan piring makan miliknya.
"Hei, dek. Itu punya istriku," ujar Aaric. Ia melihat sisa ikan bakar buatan istrinya hanya tinggal satu ekor saja. Snow mengelus lengan Aaric. "Sudah tidak apa-apa, aku bisa makan yang lainnya kok," ucap Snow. Sulitnya menangkap ikan di kolam yang licin membuatnya lupa akan jumlah anggota keluarga Aaric sehingga dirinya harus mengalah untuk tidak memakan ikan bakar buatannya.
Snow sudah merasa cukup senang melihat suaminya, begitu menikmati masakanannya. "Bagaimana?" tanya Snow kepada Aaric.
Aaric mengangguk. "Enak banget sayang, terima kasih ya."
"Apanya yang enak, ini pahit," sahut Lentera, ia membuang ikan bakar buatan Snow. "Kau mau meracuni kami ya?" sambung Astrid. "Ini sama sekali tidak bisa di makan," Astrid melakukan hal yang sama dengan apa yang di lakukan putrinya.
Melihat tingkah istri dan anaknya, ... langsung menegur mereka. "Bisakah kalian tidak membuat kegaduhan di meja makan?" ucapnya dengan tegas.
Astrid yang nampak segan dengan suaminya pun langsung berhenti menghina masakan Snow, sementara Lentera memilih untuk tidak melanjutkan sarapan paginya. "Perutku mual gara-gara ikan bakar gosong itu," ia beranjak dari tempat duduknya.
Melihat sikap yang di tunjukan oleh ibu mertua dan adik iparnya, membuat hati Snow sakit, ia merasa selama ini sudah berupaya menjadi menantu yang baik agar bisa di terima di keluarga suaminya, namun agaknya Astrid dan Lentera belum mau menerima Snow sepenuhnya. Snow sendiri pun tak tahu pasti apa sebabnya, ia hanya bisa menduga, perbedaan latar belakang dimana Snow berasal dari dunia entertainment sementara Aaric seorang anak konglomerat terpandang, hal itu lah yang menjadi penyebab ibu mertua dan adik iparnya belum bisa menerimanya sepenuhnya.
Selesai sarapan, Snow mengantar Aaric hingga pintu depan. "Ingat ya, mulai hari ini kamu tidak boleh keluar tanpaku, dan nanti sekretarisku yang akan mengurus semua pemberhentian kontrak kerja samamu."
Snow pikir jika Aaric sudah lupa mengenai pembahasan mereka tadi malam, namun rupanya Aaric benar-benar serius dengan ucapannya. Tak ingin menambah panjang masalahnya dengan suaminya, Snow pun mengangguk. "Iya mas," ia meraih tangan Aaric kemudian menciumnya. "Hati-hati ya mas."
"Iya, kamu juga baik-baik ya di rumah. Assalamualaikum." Aaric mencium kedua pipi dan bibir istrinya barulah ia masuk ke mobilnya dan pergi ke kantor.
Begitu mobil suaminya tak terlihat, Snow kembali masuk, ia berencana menghubungi manajernya untuk membahas masalah kontrak kerjasamanya yang sudah ia tandatangani dengan beberapa brand, namun langkahnya terhenti ketika sang ibu mertua memanggilnya.
"Iya mom, ada apa?" tanya Snow, sembari berjalan menghampiri Astrid.
"Hari ini kamu masih syuting?" tanya Astrid, dengan tatapan sinisnya.
Snow menggeleng. "Mulai hari ini aku vacum dari dunia entertainment," jawab Snow lemah.
"Sudah seharusnya langkah itu kau ambil sejak awal kau menikah dengan Aaric," ucap Astrid. "Karena hari ini kau tidak kemana-mana, lebih baik kau bantu mommy berkebun."
"Hah? Berkebun?" tanyanya terkejut, ia sama sekali tak pernah berkebun, bahkan ia tak tahu bagaimana caranya menanam pohon agar tumbuh dengan subur.
"Iya ayo ikut berkebun dengan mommy!" Astrid memberikan sarung tangan dan gunting rumput kepada Snow, sebenarnya bukan Snow ingin menolak ajakan ibu mertuanya, namun ia harus segera menghubungi managernya untuk membahas kontrak kerja samanya, namun agaknya permintaan ibu mertuanya tidak bisa di ganggu gugat, Astrid menarik tangan Snow menuju halaman belakang kediamannya.
"Ayo cepat kau cabut cabuti rumput liar di sekitaran tanaman wortel dan lobakku!" perintah Astrid, sembari menunjuk deretan kebun wortel dan lobak yang di tanam rapih di kebun miliknya.
Sebagai penyuka makanan organik, Astrid menanam sendiri beberapa sayur mayur di halaman belakang kediamannya yang cukup luas. Sementara Snow mencabut rumput, Astrid justru menepi dari sengatan matahari sembari duduk bersandar dan menikmati jus jeruk dingin. "Ayo cabut hingga bersih!!" teriaknya dari tepi kebun.
"Huhh.. Kenapa tidak beli di supermarket saja sih?" gerutu Snow, beberapa kali ia terlihat mengelap keringat yang membasahi keningnya.
"Ayo jangan malas kamu! Mencabut rumput saja lama sekali kerjamu!! Teriak Astrid kembali.
Setelah hampir dua setengah jam Snow berkutat dengan rumput-rumput liar di kebun milik ibu mertuanya, rasa dahaga menghantamnya, ia memberanikan diri untuk meminta istirahat kepada ibu mertuanya.
"Dasar pemalas!" melihat wajah Snow yang berbah menjadi pucat pasi, Astrid pun membolehkan Snow untuk masuk, ia tak ingin terkena masalah dengan Aaric jika Aaric sampai tahu dirinya menyuruh Snow berkebun.
Dengan langkah gontai, Snow pun berjalan ke kamarnya, ia menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Baru saja ia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, Snow mendengar dering handphonenya, ia meraba-raba meja yang terletak di samping tempat tidurnya untuk meraih handphonenya. "Halo," ucap Snow menjawab panggilan masuk itu.
"Snow, kamu dari mana saja? Tadi pagi, pak Arnold, sekretaris suamimu menghubungiku. Dia bilang jika dia di perintahkan olehmu untuk membatalan semua kontrak kerja sama yang telah kau tanda tangani. Apakah benar itu Snow? Ada apa? Mengapa tiba-tiba kau menjadi tidak profesional sepertini?"
"Maafkan aku, Senja. Suamiku melarangku untuk bekerja."
"Tapi tidak begini caranya, Snow. Kau seharusnya lapor dulu ke manajement, bukan asal main berhenti saja, kita semua di sini punya aturan, dan kau benar-benar tidak profesional."
Snow tahu semua itu, tapi ia sama sekali tak bisa menolak permintaan suami dan ibu mertuanya yang terus menerus mendesaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Diaz
kasihan kamu Snow, yang sabar ya
2023-03-30
2
¢ᖱ'D⃤ ̐𝙽❗𝙽 𝙶
semangat untuk snow semoga bisa menghadapi mertua kejam🙊
2023-03-19
2
☠ᵏᵋᶜᶟҼɳσᵇᵃˢᵉ
kenapa gk pisah rumah aja sih,kn Aaric seorang arsitek.klo hidup bareng mertua direcokin lgi yg ada rumah tangga gk akan sehat.
2023-03-18
2