Menganalisa Kejadian Lalu

Malam hari adalah waktu di mana seseorang seharusnya merehatkan diri dari segala aktivitas, termasuk otak yang sudah lelah seharian berpikir. Namun, berbeda dengan Ammar, dia masih saja berbincang dengan pikiran dan hatinya untuk menganalisa kejadian siang tadi, ketika di rumah Nadira. Entah mengapa, tiba-tiba saja jemari Ammar berselancar di media sosial dan mencari tahu kronologi kehidupan Nadira. Semangatnya yang ciut tadi siang, berusaha dipatahkan setelah berkompromi dengan pikiran dan hatinya.

Benar saja, Nadira pernah mengalami patah hati yang cukup dalam, sehingga membuatnya kritis dan akhirnya dilarikan di rumah sakit. Setelah dianalisa lebih dalam lagi, wajar saja jika sifat Nadira sedikit cuek dan sangat hati-hati dalam bergaul, khususnya dengan lawan jenis. Ditambah, Haikal yang tidak akan pernah lagi membiarkan adik semata wayangnya mengalami patah hati kembali seperti dua tahun yang lalu.

Kilas balik tentang kisah Nadira dua tahun yang lalu, saat di mana dia masih berusia 19 tahun, kesibukannya dalam mengenyam pendidikan, membuat dia tidak pernah memikirkan tentang kisah asmara. Nadira hanya memikirkan tentang impiannya yang harus digapai, serta tentang kesuksesan yang harus diberikan untuk orang tua. Hanya itu saja! Namun, entah mengapa ada sosok laki-laki yang berhasil meyakinkan hatinya, bahwa menjalin asmara dengan lawan jenis akan membuatnya semakin semangat belajar.

Hingga akhirnya, hati Nadira pun luluh. Nadira menjalin hubungan spesial dengan laki-laki itu. Nama laki-laki yang berhasil meluluhkan hati Nadira adalah Jerry Agustian. Laki-laki yang kerap disapa Jerry adalah salah satu mahasiswa di Universitas Kehidupan. Iya! Kampus yang sama dengan Nadira. Hanya saja, Nadira masih semester tiga, sedangkan Jerry sudah semester lima.

Tiga bulan sudah Nadira dan Jerry berpacaran, semua masih terlihat baik-baik saja. Jika saja terjadi pertengkaran, maka itu hal yang wajar.

Setelah berhasil meluluhkan hati Nadira, Jerry pun dekat dengan keluarga Nadira, termasuk Haikal yang bukan hanya kakak bagi Nadira, tapi juga teman dan pelindung. Jika ada yang membuat adiknya menangis, maka Haikallah orang pertama yang akan menghajar si pelaku. Haikal diberi tanggung jawab penuh oleh kedua orang tuanya untuk menjaga adik kesayangannya itu di karenakan kedua orang tua Haikal dan Nadira sering keluar kota.

...***...

Suatu hari, saat Jerry ingin mengajak Nadira untuk pergi berkencan, Haikal tidak henti-hentinya memberikan wejangan kepada Jerry agar tidak pernah sekalipun melukai hati Nadira. Jerry memahami hal itu. Semua terjadi seperti yang diharapkan Haikal, khususnya Nadira. Gadis yang baru pertama kali jatuh cinta ini merasa bahwa Jerry adalah cinta pertama dan terakhirnya. Apa pun yang diinginkan Nadira, selalu dipenuhi oleh Jerry. Bahkan hal-hal kecil sekalipun, seperti meminta Jerry untuk membawakan makanan di jam-jam tak biasa yaitu tengah malam pun, Jerry lakukan demi Nadira. Itu pun masih beruntung karena makanan yang diminta Nadira masih ada yang jual pada jam 12 malam.

Nadira merasa kalau Jerry benar-benar mencintainya. Beruntung rasanya bisa menjadi kekasih Jerry, pikirnya. Namun ketika hubungan Nadira dan Jerry memasuki bulan ke lima, ada yang berubah dari sikap Jerry. Seakan ada yang ditutupi. Nadira berusaha mengabaikan firasatnya. Pikiran yang terlalu overthinking terhadap sesuatu pun mencoba dihilangkan.

Benar saja! Nadira mendapati kalau Jerry berhubungan dengan perempuan lain. Hal tersebut terungkap ketika Nadira membuka akun media sosialnya, ada komentar mesra antara Jerry dengan perempuan lain. Jiwa detektif Nadira keluar, dia langsung mencari tahu siapa perempuan yang berusaha merayu kekasihnya itu. Ternyata perempuan itu adalah mahasiswa dari kampus lain.

Hingga akhirnya, Nadira merasa dia telah dikhianati. Hatinya benar-benar hancur. Sudah jarang mendapatkan kasih sayang dari orang tua. Lalu kakaknya yang sudah semakin sibuk karena memberikan tanggung jawab kepada Jerry untuk menjaganya, malah mendapati sebuah pengkhianatan yang luar biasa.

Keesokan harinya, Nadira berusaha berbicara baik-baik kepada Jerry.

"Apakah kamu masih mencintaiku?" Mata Nadira sembab karena menangis semalaman.

Jerry mengerutkan dahi. "Kenapa kamu bertanya soal ini?"

"Tolong ...! Jawab saja pertanyaanku," pinta Nadira dengan suara lirih.

Jerry yang menyadari kalau Nadira habis menangis, langsung memeluk perempuan yang ada dihadapannya itu. Pelukan itu masih sama. Nadira masih merasakan kenyamanan saat dipelukan Jerry. Namun pikiran Nadira masih dipenuhi dengan pertanyaan tentang perempuan yang lancang mengumbar kemesraan dengan kekasihnya. Nadira pun sempat melihat ada foto mesra antara Jerry dengan perempuan itu. Untuk mengusir rasa penasarannya, Nadira langsung to the point, bertanya prihal hubungannya dengan perempuan tersebut dengan menunjukkan sebuah foto, yang mana foto itu, Jerry merangkul dan mencium pipi perempuan yang diketahui namanya adalah Farah.

"Kamu memiliki hubungan apa dengan Farah?" tanya Nadira dengan emosi yang ditahan.

Jerry terkejut, mengapa bisa Nadira sampai mendapatkan fotonya bersama Farah yang dipotret sebelum dia bersama Nadira. Wajah Jerry mendadak pucat, tetapi berusaha rileks agar Nadira tidak berpikiran negatif lebih jauh.

"Kamu dapat foto ini dari mana?" tanya Jerry, mencari tahu.

"Tidak penting, aku dapat foto ini dari mana. Jawab saja pertanyaanku!"

"Emm ..., itu ...." Jerry kehilangan kata-kata. Bingung mau menjelaskan bagaimana.

"Kenapa? Tinggal jawab saja, Jerry." Mata Nadira mulai berkaca-kaca. Dia berusaha menyeka air matanya agar tidak keluar.

Jerry mencoba mencari alasan yang logis untuk menenangkan hati Nadira. Jerry menjelaskan bahwa perempuan bersamanya itu adalah sahabatnya. Foto dibidik, jauh sebelum Jerry dan Nadira berpacaran. Nadira berusaha mempercayai Jerry dan menganggap bahwa komentar yang dilihat tempo hari, hanyalah sebatas persahabatan saja.

...***...

Beberapa hari kemudian, Ammar kembali ke rumah Nadira. Dia tidak peduli dengan ucapannya Haikal minggu lalu, yang dia tahu, perasaannya terhadap Nadira tidak bisa dipendam lagi.

Ammar memencet bel yang ada di dekat pagar rumah Nadira, tetapi tidak ada yang membukakan pintu. Ammar pun memencet bel ke tiga kali dan masih saja tidak ada yang keluar.

“Mungkin mereka sedang keluar,” pikir Ammar.

Saat Ammar hendak pulang, ada mobil yang menghalangi jalannya. Ternyata Haikal dan Nadira baru saja pulang. Haikal membuka kaca mobilnya.

“Ammar! Bisa minta tolong untuk membukakan pintu pagarnya?” pinta Haikal sambil memberikan kunci.

“Siap, Bang!” jawab Ammar dengan sigap.

Ammar pun langsung membukakan pinta pagar dan Haikal memarkirkan mobilnya.

Setelah itu, Nadira keluar dari mobil, disusul oleh Haikal.

“Assalamualaikum, Bang! Assalamualaikum, Nad!” sapa Ammar.

“Waalaikumsalam!” jawab kakak-beradik itu.

“Bang! Bolehkah aku bicara sebentar?” pinta Ammar, penuh harap.

“Yah, gimana, ya …,” jawab Haikal sambil melirik adiknya.

Nadira memberi kode kepada kakaknya bahwa dia sangat lelah dan ingin beristirahat.

“Tidak boleh ya, Bang? Ya sudah, deh! Aku pulang saja,” ujar Ammar, menunduk. Tubuhnya lemas karena kedua kalinya dia akan gagal mengungkapkan perasaannya pada Nadira.

Haikal merasa kasihan dengan Ammar. Lalu mengajak Ammar masuk dan meminta Nadira untuk menyiapkan minuman. Nadira mengangguk. Mereka bertiga pun masuk.

...***...

“Kamu tunggu di sini sebentar, ya! Kami mau ganti pakaian dulu,” ujar Haikal.

Ammar mengangguk. “Iya, Bang! Silakan!”

Entah apa yang diobrolkan Haikal dan Nadira di dalam, saat Ammar diminta menunggu di ruang tamu. Yang pasti, kakak-beradik ini membicarakan hal yang serius.

Tiga menit kemudian, Haikal menghampiri Ammar di ruang tamu. Sedangkan Nadira masih menyiapkan minuman di dapur.

Haikal berdehem dan langsung duduk. “Mau ngomongin soal apa, Mar? Sepertinya penting banget,” tanya Haikal dengan tatapan penasaran.

“Jadi begini, Bang. Sebenarnya tempo hari, niatku datang ke rumah ini adalah ingin mengatakan kalau aku mencintai Nadira sejak awal melihatnya di kampus. Meski kutahu, Nadira itu sangat dingin dengan laki-laki dan sedikit menghindar,” ujar Ammar.

“Maksudnya, ingin menjadikan Nadira pacarmu? Begitu kah?” Alis Haikal naik.

“Tidak, Bang. Maksudku bukan begitu.”

Pernyataan dan jawaban Ammar masih saja bertele-tele. Hal tersebut yang membuat Haikal jadi kesal.

“Terus maksudmu, ingin membuat adikku baper, lalu kamu tinggalkan begitu saja? Hah!” Haikal mulai emosi. Nada bicaranya menjadi tinggi.

Kemudian, Nadira datang dengan dua gelas berisi air berwarna kuning.

“Ini ada apa, ya? Kenapa muka kalian tegang sekali?”

“Tidak apa-apa, Dik. Kamu istirahat dulu, gih. Katanya tadi mau beristirahat,” ujar Haikal.

“Nadira kalau lagi lelah, istirahat saja,” ujar Ammar.

“Iya, Nad. Betul sekali! Istirahat sana.”

Nadira heran sambil menggerutu. “Mereka berdua ini kenapa, sih? Seperti ada yang disembunyikan dariku.”

“Nadira …!” tegur Haikal.

“Siap, Kak!” ujar Nadira dengan tangan hormat. Lalu berbisik di telinga kakaknya, “Kak! Ingat, loh! Jangan marah-marah. Tahan emosinya, ya! Kan kakakku ini galak banget kalau ada laki-laki yang ngapelin adiknya.” Nadira tertawa. Lalu, pergi tapi dia mengumpat di balik dinding.

Haikal menggelengkan kepala dan tersenyum. Kemudian pandangannya kembali tertuju ke Ammar.

“Iya! Tadi sudah sampai mana percakapan kita?” tanya Haikal. “Duh, jadi lupa, kan!” Haikal menepuk dahinya.

“Intinya, aku ingin menikahi Nadira.”

Haikal yang sedang minum, jadi menyemburkan minumannya ke wajah Ammar. Dia terkejut atas pengakuan Ammar.

“Oopss! Maaf! Aku tidak sengaja,” ujar Haikal.

Bukan hanya Haikal, Nadira yang berdiri di balik tembok pun tidak sengaja memecahkan vas bunga kesayangannya karena terkejut. Haikal dan Ammar menyadari kalau pembicaraan mereka terdengar oleh Nadira, langsung menghampiri.

“Nad! Apa yang kamu dengar barusan itu benar.”

Nadira terdiam dan mengingat kejadian beberapa tahun lalu saat hubungannya dengan Jerry harus kandas tanpa kata.

...***...

“Nadira! Kali ini aku ingin jujur sama kamu. Perempuan yang kamu lihat di foto itu adalah tunanganku. Kami dijodohkan, tetapi aku sama sekali tidak mencintai perempuan itu.” Akhirnya setelah mengumpulkan keberanian, Jerry mengakui fakta yang selama ini ditutupi.

Nadira tidak percaya kalau Jerry bisa tega membohonginya. Padahal Nadira sangat mempercayai Jerry sepenuhnya.

“Nad! Maaf, ya! Aku tidak bermaksud menyembunyikan kebenaran ini. Aku hanya butuh waktu untuk membuatmu memahami keadaanku.” Jerry menyatukan kedua tangannya. Nadira terdiam dan tak terasa, cairan bening mengalir di pipinya.

Nadira mengembuskan napas pendek. Lalu berkata, “Aku tidak apa-apa.”

“Nadira! Setelah dibicarakan lagi, ternyata memang tidak ada kecocokan di antara kami. Hingga kami memutuskan untuk mengakhiri ikatan pertunangan itu dan berhasil meyakinkan kedua orang tua kami.” Jerry terus meyakinkan Nadira.

“Aku tidak tahu harus berkata apa, Jer! Logikaku mengatakan kalau hubungan kita ini salah. Kamu masih berstatus tunangan orang lain, tapi kekeh ingin menjadi kekasihku.” Nadira menelan ludah dan berusaha untuk menahan emosi yang ingin meluap. Pikirannya benar-benar kacau. Dia sangat kecewa dengan Jerry.

“Iya, Nad! Aku tahu, ini salah. Kumohon, beri kesempatan untuk memperbaiki semuanya.”

Melihat ketulusan Jerry, Nadira memberi kesempatan kedua tapi Nadira minta hubungan mereka diperjelas. Namun pengakuan Jerry lebih menyakitkan dari beberapa menit yang lalu. Ternyata Jerry adalah seorang non-muslim yang beragama Kristen. Hati Nadira seperti ditusuk oleh pisau berkarat. Pedih dan mematikan. Nadira tidak mengatakan apa pun dan meninggalkan Jerry. Ternyata LDR paling menyakitkan adalah cinta beda agama dan Nadira baru menyadari ini setelah enam tahun berhubungan dengan Jerry.

“Jika akhirnya akan seperti ini, maka takkan kubiarkan kamu masuk menjadi tokoh penting dalam kisah hidupku.” Nadira menuliskan kalimat terakhir untuk Jerry di buku diarinya.

...****...

Terpopuler

Comments

Amar arjuna

Amar arjuna

jangan lupa mampir ya,

2023-04-07

0

Amar arjuna

Amar arjuna

yang semangat ngetiknya, semoga sukses

2023-04-07

1

lihat semua
Episodes
1 Awal Kisah Dimulai
2 Menganalisa Kejadian Lalu
3 Janji Ammar untuk Nadira
4 Proposal Nikah
5 Akhirnya Nadira Melahirkan
6 Guru Terbaik
7 Pernikahan Impian
8 Jeritan Malam Pertama
9 Sarapan Ikan Gosong
10 Tangisan Perpisahan
11 Bersyukur Pada-Nya
12 Definisi Rumah
13 Garis Dua
14 Tujuh Bulanan
15 Pekan Budaya dan Rumah Sakit
16 Bersyukur Atas Nikmat-Nya
17 Perjuangan Melahirkan Anak Pertama
18 Arti Nama Anak Pertama Nadira
19 Pertemuan Tak Disengaja
20 Perdana Hafiz Masuk Sekolah
21 Takdir Tak Pernah Salah
22 Berdamai Dengan Masa Lalu
23 Mencari Rida Allah
24 Memulai Hidup Lebih Baik
25 Melepas Rindu
26 Kutinggalkan Dia untuk Dia
27 Selamat Menempuh Hidup Baru
28 Firasat Seorang Ibu
29 Keyakinan Nadira dan Amarah Ammar
30 Kebakaran di Dapur Pesantren
31 Hanya Rindu
32 Andai Waktu Bisa Dibeli
33 Kejutan untuk Nadira
34 Masa Lajang Berakhir
35 Wisuda Tahfidz Quran
36 Kasus Tabrak Lari Berbuntut Panjang
37 Musibah Membawa Hikmah
38 Keberangkatan Hafiz ke Kairo
39 Rindu yang Tak Pernah Usai
40 Keponakanku Ternyata Kembar
41 Rindu yang Terbalas
42 Kembali Menjelajahi Kota Kairo
43 Nadira Merasa Terharu
44 Kebebasan Jerry
45 Kemarahan Ammar
46 Ucapan Terima Kasih Kepada Pembaca
47 Tutur Batin
48 Bintang Kejora
49 Misi Rahasia
50 Keluarga yang Hangat
51 Berkat Doa Ibu
52 Peran Suami dalam Rumah Tangga
53 Cahaya Cinta
54 Hamzah Siap Merantau
55 Doa Nadira Terkabul
56 Kebahagiaan yang Meluap
57 Harmoni Cinta
58 Akikah Putri Kembar Nadira
59 Rencana Besar Ali
60 Berita Baik Kembali Hadir
61 Persiapan Pernikahan Ali
62 Jodoh Tak Terduga
63 Rekonsiliasi Keluarga Ali
64 Kilau Hikmah
65 Harta Paling Berharga
66 Kabar Baik dari London
67 Bab Ketenangan
68 Cahaya Kehadiran Yusuf
69 Keluarga Harmonis
70 Mengabdi di Pondok Pesantren Al Fathonah
71 Terima Kasih Atas Segalanya
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Awal Kisah Dimulai
2
Menganalisa Kejadian Lalu
3
Janji Ammar untuk Nadira
4
Proposal Nikah
5
Akhirnya Nadira Melahirkan
6
Guru Terbaik
7
Pernikahan Impian
8
Jeritan Malam Pertama
9
Sarapan Ikan Gosong
10
Tangisan Perpisahan
11
Bersyukur Pada-Nya
12
Definisi Rumah
13
Garis Dua
14
Tujuh Bulanan
15
Pekan Budaya dan Rumah Sakit
16
Bersyukur Atas Nikmat-Nya
17
Perjuangan Melahirkan Anak Pertama
18
Arti Nama Anak Pertama Nadira
19
Pertemuan Tak Disengaja
20
Perdana Hafiz Masuk Sekolah
21
Takdir Tak Pernah Salah
22
Berdamai Dengan Masa Lalu
23
Mencari Rida Allah
24
Memulai Hidup Lebih Baik
25
Melepas Rindu
26
Kutinggalkan Dia untuk Dia
27
Selamat Menempuh Hidup Baru
28
Firasat Seorang Ibu
29
Keyakinan Nadira dan Amarah Ammar
30
Kebakaran di Dapur Pesantren
31
Hanya Rindu
32
Andai Waktu Bisa Dibeli
33
Kejutan untuk Nadira
34
Masa Lajang Berakhir
35
Wisuda Tahfidz Quran
36
Kasus Tabrak Lari Berbuntut Panjang
37
Musibah Membawa Hikmah
38
Keberangkatan Hafiz ke Kairo
39
Rindu yang Tak Pernah Usai
40
Keponakanku Ternyata Kembar
41
Rindu yang Terbalas
42
Kembali Menjelajahi Kota Kairo
43
Nadira Merasa Terharu
44
Kebebasan Jerry
45
Kemarahan Ammar
46
Ucapan Terima Kasih Kepada Pembaca
47
Tutur Batin
48
Bintang Kejora
49
Misi Rahasia
50
Keluarga yang Hangat
51
Berkat Doa Ibu
52
Peran Suami dalam Rumah Tangga
53
Cahaya Cinta
54
Hamzah Siap Merantau
55
Doa Nadira Terkabul
56
Kebahagiaan yang Meluap
57
Harmoni Cinta
58
Akikah Putri Kembar Nadira
59
Rencana Besar Ali
60
Berita Baik Kembali Hadir
61
Persiapan Pernikahan Ali
62
Jodoh Tak Terduga
63
Rekonsiliasi Keluarga Ali
64
Kilau Hikmah
65
Harta Paling Berharga
66
Kabar Baik dari London
67
Bab Ketenangan
68
Cahaya Kehadiran Yusuf
69
Keluarga Harmonis
70
Mengabdi di Pondok Pesantren Al Fathonah
71
Terima Kasih Atas Segalanya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!