Suara benturan keras memancing reaksi warga mendekat. "Ada kecelakaan, tolooong!" seseorang berteriak memanggil penduduk sekitar.
Evakuasi segera dilakukan, warga pun menelpon ambulance. Namun, saat petugas kepolisian datang, tak ada yang dapat memberikan keterangan pasti terkait laka lantas di kawasan tersebut.
Pihak berwajib menelusuri identitas korban kemudian menghubungi para keluarga. Beatrice yang mendengar kabar ini langsung meminta agar Biantara di pindahkan ke rumah sakit elite, pun dengan wanita yang bersamanya di dalam mobil.
"Halo, Chris. Bagaimana cucuku? Bian tidak terluka parah, kan?" cemas pendiri Cakra Corp, Beatrice Akra.
"Tuan muda cedera ringan, tetapi Nona Maria lumayan parah. Juga satu korban pengendara motor kritis, Nyonya besar," beber Chris, sang asisten Bian.
"Maria lagi! dasar wanita pembawa sial! jaga reputasi Bian dan urus keduanya. Jangan lupa, berikan santunan bagi korban pengendara motor itu. Aku gak mau Cakra Corp terlibat skandal," titah Beatrice pada sekretaris Bian.
"Baik, Nyonya," jawab Chris, sigap menjalankan semua prosedur.
Jika keluarga Cakra begitu cepat mengambil tindakan, lain hal dengan keluarga Malya dan Sulaiman. Mereka masih dalam perjalanan pun dibuat panik hingga harus memutar arah menuju rumah sakit tempat evakuasi.
Ibu Malya langsung menyerbu IGD ingin melihat kondisi anaknya tetapi dia tak menemukan dimana sang putri berada. Hanya Sulaiman di sana tak sadarkan diri tengah mendapat tindakan pertolongan pertama.
"Mana putriku, Suster, Dokter? mengapa hanya ada suaminya?" tanya Ibu Malya histeris di meja informasi.
"Hanya ada satu pengendara motor yang di evakuasi, Bu. Satu-satunya korban wanita sudah dibawa ke rumah sakit lain tetapi beliau terluka di dalam mobil bersama pasangannya," ungkap suster di IGD.
"Siapa namanya?" desak ibu Malya.
"Maaf, identitas korban dirahasiakan. Silakan hubungi pihak berwajib untuk kasus ini," saran Suster jaga kemudian.
Keluarga Malya saling pandang, kemana putri mereka. Keadaan kian panik, ayah Malya lalu nekad menyusuri lokasi laka lantas dan ingin meminta keterangan warga sekitar di sana. Sementara sang ibu, mencari petugas kepolisian untuk mendapatkan keterangan korban.
Satu jam berikutnya.
Orang tua Sulaiman tiba di rumah sakit. Menandatangani berbagai dokumen agar putranya mendapatkan tindakan lanjutan. Mereka juga emosi sebab Malya tak bersama Iman, hingga spekulasi mencuat memperuncing suasana genting.
"Jangan-jangan Malya kabur, setelah mengetahui bahwa Sulaiman pria biasa saja. Dari awal aku ragu sebab Malya terbiasa hidup enak dan manja," tuduh ibu Sulaiman pada keluarga Malya.
"Malya bukan anak manja dan matre. Jika Iman terluka parah, tentu akan sama dengannya. Aku juga sedang mencari kemana perginya putriku!" seru ibu Malya membela sang anak. Dia merasakan sesak menyergap jantung tetapi ditahannya.
Kisruh antar keluarga pun kian panas kala dokter mengatakan bahwa kondisi Sulaiman kritis sementara ayah Malya tak menemukan apapun di lokasi kejadian.
Tak banyak yang dapat mereka lakukan selain menunggu dan terus mencari saksi untuk merunut kejadian tersebut. Hingga keesokan pagi, kabar duka pun datang. Sulaiman dinyatakan meninggal dunia tepat pukul delapan pagi.
"Enggak! Man, Iman, jangan tinggalin ibu!" tangis Ibu Sulaiman memecah ruangan saat kain putih menutup jenazah putranya.
"Man, ya Allah, kemana Malya? Iman tahu kan, Malya gak bakalan ninggalin Iman gitu aja. Bangun, Man! cari Malya! Bangun!!" sang mertua, menepuk lengan menantunya yang terbujur kaku berkali-kali dengan wajah bersimbah air mata.
Tatapan kebencian disematkan oleh sang besan kepada ibu Malya. Dia membawa jenazah putranya kembali ke rumah yang sejatinya hari ini adalah syukuran pernikahan kini berganti menjadi upacara kematian.
"Aku gak terima! pokoknya Malya harus dapat ganjaran lebih pedih dari apa yang dialami putraku!" seru ibu Sulaiman saat peti jenazah memasuki ambulan.
Ibu Malya memegang dada kiri, sakit jantungnya kumat sehingga sang suami melarikan istrinya ke IGD. Lelaki renta itu kian bingung, satu sisi mereka sedih tak di izinkan mengikuti prosesi pemakaman menantunya. Di lain hal, limbung harus kemana mencari sang putri ditambah kondisi kritis menyergap belahan jiwa.
...***...
Di rumah sakit lainnya.
Beatrice mengunjungi cucu emasnya segera setelah proses pemindahan. Biantara telah menjalani serangkaian proses pemeriksaan lanjutan akan tetapi belum sadarkan diri. Sementara Maria, sedang menjalani operasi sebab salah satu kakinya retak, lengan kanan terkilir dan sejumlah luka lain.
"Dimana Maria?" tanya Nyonya besar Cakra pada Chris.
"Masih di ruang operasi, Nyonya. Paman beliau mengatakan akan membayar semua biaya pengobatan tetapi enggan terlibat lagi dengan segala sikap urakan Nona Maria," ungkap sang Asisten.
"Bahkan keluarganya saja sudah tak peduli. Keistimewaan apa yang dia miliki sampai Bian begitu mempertahankan wanita itu, selain wajah dan tubuhnya yang seksi," ujar sang petinggi Cakra Corp, tak habis pikir.
Chris hanya diam. Dia ingin mengutarakan satu kejanggalan pada Beatrice, saat suster memberikan semua barang milik wanita yang ditemukan dalam mobil pimpinan. Namun, urung sebab merasa ini bukan waktu yang tepat.
Dua hari berikutnya, suatu malam.
Kamar Maria yang hanya dijaga oleh satu orang maid dengan mudah disisipi seseorang kala penjaga itu telah terlelap.
Wanita yang baru siuman beberapa jam di atas brangkar, masih mencerna situasi. Sejak dia sadar, seseorang selalu memanggilnya dengan sebutan Maria. Ingin rasanya mengoreksi panggilan tapi apa daya tenggorokan terlalu kering, sekujur tubuh sakit dan lemah seakan tiada sisa tenaga.
"Siapa di sana, siapa itu? penjahat kah? tolong, tolong," batinnya.
"Assalamualaikum, aku hanya akan datang satu kali dan memperingatkanmu. Dengar baik-baik apa yang aku katakan," ucap suara seorang pria dengan suara khas yang serak dan berat.
Degh.
"Wa 'alaikumsalam." Malya memicingkan mata, berusaha mengenali detail wajah dengan mengerjapkan kelopak matanya beberapa kali.
"Sekarang namamu adalah Maria, keponakan Matthew yang memiliki usaha jasa kiriman kargo. Single berusia 25 tahun, tunangan Biantara Cakra, pimpinan perusahaan retail ternama. Hubungan kalian telah memasuki tahun kedua dan akan melangsungkan pernikahan."
"Suamimu meninggal dalam kecelakaan kemarin. Kamu sekarang telah masuk masa Iddah. Selama kurun waktu ini, aku akan membantu agar Bian tak menikahimu."
"Jangan membuat sikap penolakan atau mencurigakan. Ingat ayahmu? kini terserang stroke akibat tekanan keluarga Sulaiman yang menuduh putrinya melarikan diri, beliau tidak lagi bekerja sehingga tak mampu membeli obat jantung ibu dan membayar tagihan pinjaman saat kamu kuliah dulu juga untuk operasi adikmu yang telah tiada."
"Untuk informasi selanjutnya, aku akan mengirimkan pesan via penghubung, segala sikapmu akan aku awasi. Mau tak mau kau harus ikuti aku sebab kini semua harapan hidup keluargamu ada padaku."
"Jangan sampai identitasmu terbongkar atau kau akan masuk penjara dan siksaan fisikmu lebih pedih sebab tuduhan pemalsuan kematian juga jati diri, sementara kedua orang tuamu meninggal perlahan tanpa bisa kau tahu kondisi mereka lagi, pikirkan baik-baik."
Wanita di atas brangkar hanya diam meski dadanya bergemuruh, lelehan air mata tak lagi terbendung mendengar semuanya. Suami yang baru menikahinya dan dia cintai meninggal, tak dapat melihat wajah tampan Sulaiman untuk terakhir kali sementara dia selamat dan terjebak dalam situasi rumit.
Pria asing di samping seakan tak peduli rasa hatinya. Dia berbalik badan, melangkah beberapa jengkal tetapi urung dan kembali ke sisi brangkar.
"Maria dan Bian, ditemukan terluka di dalam mobil, selanjutnya kamu simpulkan sendiri," ujar sang pria, melenggang pergi setelah memberikan fakta nan mengiris nurani.
"Apa maksudnya? apakah lelaki bernama Bian yang menabrak kami?"
"Apa aku telah dinyatakan meninggal? atau hilang?"
.
.
...____________________...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Sepasang Sepatu🌱🐛🐍🦛
wuuuaaaahhhh sudah ada konspirasi aja
2023-04-02
1
Allya Azzara
uda clue aja nih momy
2023-03-30
1
Allya Azzara
uda clue aja nih momy
2023-03-30
1