Pagi hari cuaca begitu cerah, dengan semangatnya, aku menyiapkan segala kebutuhanku untuk daftar sekolah yang aku tuju, bapak juga sudah siap untuk mengantarkanku.
Aku di bonceng Bapak naik sepeda motor menuju ke sekolah SMK.
Sampailah di pintu gerbang sekolah, kami masuk ke dalam di arahkan sama Pak satpam tempat parkir sepeda motor, kulihat disana sudah ramai yang mengambil formulir.
"Bapak tunggu aku disini, titip ini ya, aku mau mengantri ambil formulir," kataku sambil menyerahkan tas ke bapak dan aku berlari kecil menuju loket pengambilan formulir.
Di loket pengambilan formulir lumayan panjang juga antriannya ada sekitar lima belas orang di depanku, aku sabar menunggu sampailah giliranku, kuambil formulir dari petugas tersebut.
"Terima kasih bu," kataku.
"Setelah diisi di serahkan kembali ke sebelah sana ya" jelas petugas, aku menganggukkan kepala dan berlalu meninggalkan loket pengambilan formulir berlari kecil menuju ke Bapak, kulihat Bapak masih di parkiran seperti semula.
Di parkiran sepeda
"Pak kita pindah kesana saja," kataku sambil menunjuk bangku panjang
Kami berjalan ke arah bangku panjang itu, sampai disana aku duduk dibawah dengan santainya bangku panjang kujadikan meja, tempat untuk menulis mengisi blanko pendaftaran, Bapak diam melihatku mengisi, sebentar-sebentar melihat yang aku isi dan mengingatkanku kalau ada yang terlewatkan
Berjalan ke tempat pengembalian blangko pendaftaran, antri juga disana, untung diantar Bapak pagi hari kalau tidak pasti tambah panjang antrian ku bisa-bisa pulang sore pikirku, ah... Bapakku memang hebat tau situasi dan dengan sabar mengantarku, sampailah giliranku.
"Vania Eka Septianti," kata Bapak yang mengecek berkasku.
"Betul pak," jawabku.
"Pengumuman penerimaan dua hari lagi ya," katanya
"Iya pak, ada yang kurang dengan syarat pendaftaran saya?" tanyaku
"Sudah beres semua," katanya
"Terima kasih" jawabku dan berlalu meninggalkan tempat pendaftaran sambil membawa secarik kertas bukti pendaftaran
Keluar dari SMK dibonceng Bapak, kulihat jam di pergelangan tangan kiriku sudah menunjukkan jam dua belas lebih seperempat
"Makan dulu Van, setelah itu pulang," kata Bapak
"Iya Pak, Vania juga sudah lapar," kataku
Sampailah di warung sederhana di pinggir jalan kecil, aku turun dari sepeda motor dan mengikuti Bapak masuk ke dalam warung tersebut, Bapak memesan soto, aku juga ikut memesan soto saja, dan diam duduk disamping Bapak melihat-lihat sekitarnya, agak sepi warung ini, atau pembeli sudah meninggalkan warung ini tadi
Pesanan kami tiba, kucicipi makanan sedikit sesendok, hmmm mantaf memang sotonya ini, pantas saja Bapak mengajakku kesini.
Bapak pasti nanti bilang jangan bilang ibumu kasihan ibu tidak diajak juga Zika
Selesai makan Bapak membayar sejumlah uang dan meninggalkan warung tersebut kulihat Bapak membawa kresek berisi soto.
Oh..ternyata salah, Bapak tidak bilang nyuruh aku tidak bicara kalau habis makan di warung hehehe.
Lumayan bisa makan lagi aku di rumah.
Sambil tersenyum-senyum sendiri di belakang Bapak menuju sepeda motor, aku naik ke boncengan sepeda motor, meninggalkan warung tersebut.
Dalam perjalanan kulihat kiri kanan sawah terhampar padi menguning sebentar lagi musim panen.
"Tadi sotonya enak Van," kata Bapak membuka obrolan
"Enak sekali pak, bapak tadi bungkus ya?" tanyaku.
"Iya, tapi untuk ibumu sama Zika," kata bapak
"Terus kalau aku lapar lagi gak boleh minta?" tanyaku.
"Kalau ibumu sama Zika sudah makan, dan belum habis sotonya kamu baru bisa ambil lagi," kata bapak
Semoga Zika gak habisin sotonya atau ibu mau berbagi soto denganku sambil senyum-senyum di belakang bapak.
Sampai di rumah, Bapak menyerahkan bungkusan berisi soto kepada ibu.
"Bu... aku mau makan itu," kataku sambil menunjuk bungkusan tersebut.
"Ya kamu makanlah Van, ambil piring sendiri," kata Ibu.
Horeee bisa makan lagi, akhirnya kuambil piring dan makan soto lagi, Alhamdulillah kenyang perutku, kemudian aku masuk ke kamar berniat mau tidur.
"Van... habis makan piring di cuci," kata ibu sedikit marah, haduh... kapan sehari tanpa omelan Ibu
"Iya Bu," kataku lemas, kemudian mengambil piring bekas makanku dan berjalan menuju tempat cuci piring dan mencuci piring dan meletakkan piring di rak piring, berniat ingin ke kamar untuk bermalas-malasan.
"Van... sudah sholat dhuhur?" tanya Ibu.
"Belum bu," jawabku kemudian mengambil air wudhu berniat untuk wudhu dan sholat dhuhur, setelah sholat dhuhur aku masuk kamar dan tidur siang.
Sore hari, sekitar jam tiga sore aku terbangun oleh suara Zika adikku.
"Kak Kakak ayo bangun, temani Zika bersepeda," kata Zika.
"Besok saja, Kakak masih ngantuk," kataku dengan mata terpejam.
"Ah... kakak malas-malasan saja," kata Zika kemudian keluar dari kamar, entah mau kemana dan aku melanjutkan tidurku kembali.
Waktu menunjukkan pukul empat sore aku bangun tidur kemudian melangkahkan kakiku menuju kamar mandi untuk mandi, berwudhu dan melaksakan sholat ashar, setelah itu aku berniat untuk bermain ke rumah dinda temanku dari Tk, kukayuh sepeda angin ku menuju rumah Dinda yang tidak jauh dari rumahku.
"Dinda...," panggilku.
"Masuk Van, Dinda di dalam kamar," kata Ibunya Dinda, aku langsung masuk ke kamarnya Dinda.
"Hayo... lagi napa?" tanyaku.
"Lihat...lihat... nulis apa?" kataku penasaran.
"Rahasia Van, jangan lihat, ini kan buku diaryku" kata Dinda.
"Tentang pacarmu ya?" kataku.
"He he he" katanya tertawa.
"Masih lanjut ya sama Feri?" tanyaku.
"Ya masih Van, katanya mau melanjutkan sekolah ke luar kota" kata Dinda.
"Wah... jauhan nih, jadi sering kangen," kataku menggodanya.
"Kalau di sana dia bertemu cewek terus pacaran aku kan gak tau Van" kata Dinda sambil menghela nafas.
"Kalau kamu enak gak pusing dengan laki-laki, kan gak punya pacar," kata Dinda lagi.
"Mana lah ada yang mau sama aku Din, aku ini gak ada menariknya juga gak begitu perhatian dengan penampilanku, fokus belajar saja aku," kataku.
"Yang dulu suka goda kamu, kakak kelas kita dulu ada kabar?" tanyanya.
Aku menggelengkan kepala dan berkata
"Sejak Dika lulus dan keluarganya pindah ke Jakarta aku sudah tidak pernah tau kabarnya, sepupuku yang temanya juga tidak tau kabarnya, ah sudahlah mungkin dia di sana sedang sibuk sekolahnya, lagian kenapa aku mikirin Dika, toh diantara kami tidak ada hubungan apa-apa," jelasku.
"Tapi kamu suka kan sama Dika?" tanya Dinda.
"Aku tak tau Din, aku tak tau perasaanku seperti apa ke dia, apa aku ini cinta atau benci ke dia, waktu dia di sini aku jengkel sekali dengan ulahnya yang selalu menjahiliku, tapi dikala dia pergi, aku merasa ada yang hilang dari hidupku," kataku.
"Kamu tau dia sekolah dimana?" tanyanya.
"Aku gak tau," jawabku.
"Sepupumu juga gak tau? kan juga akrab
sepupumu sama Dika?" tanya Dinda.
"Gak tau sepertinya, aku juga gak pernah bertanya he he he," jawabku dan tertawa.
"Din... aku pulang dulu ya?" pamitku.
"Tante... pamit pulang," pamitku ke Ibunya Dinda.
"Hati-hati," kata mereka, kemudian aku mengayuh sepeda pulang ke rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
🌻 Dewi Ratih SR 🌻
disini...
2020-08-13
1
Bunny🥨
like like
2020-08-07
1
Sept September
jempollll lagi buat Kakak
2020-07-31
1