Menjadi Anak Kost

Bel pulang sekolah berbunyi, para siswa keluar dari dalam kelasnya hampir bersamaan, ya... nyaris tidak bertemu siswa perempuan di sini, apa memang kelas satu ini hanya aku saja yang perempuan batinku, kulihat di depanku ada seorang siswa perempuan yang berjalan bersama dengan beberapa siswa laki-laki kalau di lihat sepertinya dia kakak kelasku.

Sepulang sekolah aku langsung pulang ke kost, tapi perutku kok lapar lagi, padahal jam istirahat tadi makan di kantin, ah lumayan dapat traktiran jadi uang jajanku tidak berkurang batinku, kulangkahkan kakiku menuju warung yang tidak jauh dari tempat kostku tertulis di spanduk sedia, nasi campur, krengsengan, nasi pecel, lodeh, es teh, es susu, teh hangan, susu hangat, jahe.

Masuk ke dalam warung...

"Bu nasi campur" kataku memesan makanan.

"Dibungkus ya?" tanya Ibu penjual.

"Makan sini saja Bu, sama es teh" jawabku, tak lama kemudian makanan datang.

"Terima kasih Bu" ucapku.

"Sekolah di mana dik?" tanya Ibu penjual di sela-sela aku menikmati makanku.

"Di SMK negeri 2 bu" jawabku sambil menunjuk arah sekolah.

"Loh... perempuan berani masuk sekolah laki-laki, hati-hati loh dik" pesan Ibu penjual.

"Iya Bu, gak apa-apa Bu, kalau aku di apa-apakan oleh teman laki-laki pasti lapor sama pihak sekolah" kataku.

"Sepertinya kamu cukup berani dik, disana jarang ada perempuan yang bertahan sampai lulus, kebanyakan pindah sekolah" cerita Ibu penjual.

"Oh... begitu" kataku.

Pantas saja sehari tadi banyak yang mulai ngisengi aku, untung Bapakku membekaliku bela diri dari aku kecil batinku.

"Berapa bu semuanya?" tanyaku kemudian ibu penjual menyebutkan nominal uang dan aku membayarnya.

"Ini kembalianya" kata Ibu penjual.

"Iya Bu, terima kasih, permisi" kataku sambil memakai tas ranselku dan berjalan meninggalkan warung tersebut menuju tempat kost yang selisih beberapa rumah saja dari warung tadi.

Sampai di rumah kost, tampak beberapa anak perempuan duduk di teras rumah, sepertinya anak-anak kost juga, ya... dari semalam aku belum berkenalan dengan mereka, aku tersenyum melihat mereka.

"Kost di sini juga ya?" kata salah satu dari mereka dan aku menghampirinya berjabat tangan.

"Iya.. aku tinggal di kamar pojokan, namaku Vania, baru semalam di sini" kataku memperkenalkan diri.

"Aku Vina, ini Rita dan ini Mbak Dyah, aku dan Rita sama anak kost baru, Mbak Dyah ini sepupuku sudah kelas tiga" kata Vina.

"Kalian sekolah di mana?" tanyaku sambil melepas sepatuku.

"Aku sama Rita sekolah di SMA negeri 1, sedangkan Mbak Dyah ini di SMK negeri 2, kamu sekolah di mana?" tanya Vina.

"Mbak Dyah sekolah di SMK 2 sama denganku" jawabku.

"Kamu harus kuat Van sekolah di sana, cowok-cowoknya suka iseng, kamu ambil jurusan apa?" tanya Mbak Dyah.

"Ambil jurusan bangunan Mbak, Mbak Dyah jurusan apa?" tanyaku.

"Aku elektronik" katanya.

"Ada berapa perempuan yang sekolah di sana mbak ya? tadi sepulangku sekolah aku baru lihat satu anak perempuan sepertinya kakak kelasku" kataku.

"Gak banyak, mungkin ada lima termasuk kamu" jawab Mbak Dyah.

"Oh... aku naik dulu ya" pamitku.

"Silahkan" kata Rita.

Berjalan menaiki tangga satu persatu meninggalkan mereka menuju kamarku, ku buka kunci kamar, melihat kasur rasanya ingin segera tidur disana, tapi kalau langsung tidur seragamku pasti kusut, ganti baju dulu kemudian tidur.

Tak terasa waktu menunjukkan pukul empat sore, aku bangun tidur berniat untuk mandi dan sholat ashar, tapi seperti biasa kamar mandi selalu antri, oh iya disini ada tujuh kamar berisi tiga belas anak, sedangkan kamar mandi cuma satu di atas, sedangkan yang di bawah digunakan oleh pemilik rumah, kulihat ada lima anak yang antri kalau satu anak mandi dua puluh menit bisa maghrib aku mandi, terlihat Mbak Dyah juga sedang antri.

"Mbak kalau tempat wudhu di mana ya? apa juga di kamar mandi?" tanyaku.

"Di sebelah sini Van, ada kran yang biasa kita pakek untuk nyuci baju" kata Mbak Dyah sambil menunjukkan arah.

"Terima kasih Mbak" kataku kemudian menuju pancuran air yang tidak jauh dari kamar mandi, aku mengambil air wudhu kemudian masuk ke kamar berniat untuk melaksanakan sholat ashar, setelah sholat ashar aku bersantai di kamar, aku yakin di kamar mandi pasti masih antri, tak lama kemudian pintu kamar di ketuk dari luar, aku beranjak dari tempat tidurku membuka pintu.

"Oh Mbak Dyah, masuk mbak" kataku, kemudian mbak Dyah masuk ke kamar ku.

"Ada apa Mbak?" tanyaku.

"Bagaimana hari pertama masuk sekolah kamu gak di bully anak laki-laki?" tanya Mbak Dyah.

"Hari ini sepertinya tenang sekolahan" katanya lagi.

"Ada Mbak yang mencoba melecehkanku, sehari aku hampir berkelahi dua kali Mbak, ini ada memar di tanganku" kataku sambil menunjukkan lengan tangan kananku.

"Mbak... Mbak punya benang biru muda dan jarum?" tanyaku.

"Waw... tadi kamu berkelahi sama anak laki-laki? pantas saja di sekolah aman tak ada keributan, tau gak... setiap awal tahun ajaran baru begini, selalu ada anak cewek yang menangis ke ruang bk" cerita Mbak Dyah.

"Termasuk Mbak Dyah dulu ya?" tanyaku.

"Iya he he he, aku dulu sampai gak mau masuk, terus pihak sekolah mendatangi rumahku, memberi keamanan dan kenyamanan selama aku sekolah, akhirnya aku sekolah lagi" kata Mbak Dyah.

"Mbak... punya jarum dan benang warna biru muda?" tanyaku lagi.

"Oh iya, ada, buat apa?" tanya Mbak Dyah, aku mengambil rok sekolahku di hanger yang aku cantolkan di paku tembok.

"Ini loh Mbak ada yang sobek, tadi aku pakek berkelahi, aku tendang anak itu, terus sobek gini hehehe" kataku dan tertawa.

"Ha ha ha ha, kamu bisa beladiri berarti?" tanya mbak Dyah.

"Sedikit mbak" jawabku.

"Sebentar aku ambilkan jarum dan benang di kamarku ya" kata Mbak Dyah.

Kemudian Mbak Dyah meninggalkan kamarku, tak lama kemudian Mbak Dyah datang ke kamarku dengan membawa jarum dan benang kemudian aku mulai menjahit manual rok ku yang sobek.

"Gini ini Mbak kalau ketahuan Ibuku pasti di marahi Mbak" kataku.

"Kok bisa?" tanya Mbak Dyah.

"Iya Mbak, dikira aku yang buat rusuh duluan, Ibuku tidak suka aku belajar beladiri, sedangkan Bapakku ingin aku bisa ilmu beladiri untuk menjaga diri, aku menggunakanya juga baru tadi pagi Mbak" ceritaku.

"Kamu bisa beladiri dari mana?" tanya mbak Dyah.

"Dari Bapakku Mbak, dari aku Tk sudah diajari, kadang lelah, capek Mbak, tapi sekarang aku tau manfaatnya, seandainya aku tadi tidak bisa melawan anak laki-laki itu, mungkin aku sudah nangis dari pagi sampai pulang sekolah he he he" kataku.

"Ini Mbak sudah selesai aku menjahitnya, makasih ya" kataku.

"Iya Van, sama-sama, aku mau keluar beli makan kamu gak nitip?" tanya Mbak Dyah.

"Aku sudah makan Mbak, nanti malam kalau lapar aku bikin mi saja" kataku, kemudian Mbak Dyah meninggalkan kamar, aku juga keluar dari kamar berniat untuk mandi.

Terpopuler

Comments

Sugianti Bisri

Sugianti Bisri

jangan makan Indomie trs ya,🤣🤣🤣

2020-08-06

1

akun nonaktifkan

akun nonaktifkan

5 like dulu ya, semangat 😁👍

Mampir karyaku ya, sekalian like, dan rate 🥺🙏🏻
Pasti aku selalu mampir karya mu kok, kalau ada kamu komen eps dikaryaku😆
Tunggu aja🙏🏻

2020-08-02

1

Sept September

Sept September

inget jaman dlu waktu jadi anak kos... Ada senengnya Ada perih nya 😂😂😂😂😂

2020-08-01

1

lihat semua
Episodes
1 Kelulusan
2 Daftar Sekolah
3 Pengumuman
4 Hari Pertama Masuk Sekolah
5 Menjadi Anak Kost
6 Aman
7 Sebatas Teman
8 Teman Tapi Mesra
9 Belajar Naik Sepeda Motor
10 Makan Malam
11 Pulang
12 Bapakku I Love You
13 Ujian Semester Pertama
14 Ke Rumah Arman
15 Ungkapan Hati
16 Juara Kelas
17 Libur Sekolah Di Rumah Saja
18 Bersama Keluarga Arman
19 Bertemu Dika
20 Jalan Baru Tempat Yang Kurindu
21 Perlombaan
22 Keputusan Vania
23 Ijin Orang Tua
24 Persiapan Menuju Gunung Arjuna.
25 Menuju Puncak Gunung Arjuna
26 Panggilan Di Malam Hari
27 Jalan Pulang
28 Cerita Kami
29 Sehari Bersama Arman
30 Hari Pertama Magang
31 Ingin Segera Pulang
32 Loper Koran
33 Malam Minggu
34 Tumpangan Gratis
35 Magang Di luar Kantor
36 Ada Apa Dengan Pak Vito?
37 Patung Hidup
38 Jawabanku
39 Lelaki Pengganggu Pikiranku
40 Hampir Saja
41 Kabar Mengejutkan
42 Suratku
43 Ke Bioskop
44 Ciuman Pertama
45 Baju Baru
46 Surat Dari Arman
47 Otak Mesum
48 Kedatangan Arman
49 Perpisahan
50 Perasaan Terdalam
51 Menggapai Cita-Cita
52 Berkunjung Ke Om Idris
53 Bersama Keluarga Arman
54 Minggu Pagi di Malang
55 Kleptomania
56 Kecopetan
57 Teman Baru
58 Rindu Masakan Ibu.
59 Harus Semangat
60 Malang dari Angkasa
61 Kamu Punya Pilihan
62 Moshi Moshi
63 Surat Cinta
64 Transfer Uang
65 Pencapaian
66 Keputusan Yang Menyakitkan.
67 Bonus Part Cinta Sepasang Arsitek
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Kelulusan
2
Daftar Sekolah
3
Pengumuman
4
Hari Pertama Masuk Sekolah
5
Menjadi Anak Kost
6
Aman
7
Sebatas Teman
8
Teman Tapi Mesra
9
Belajar Naik Sepeda Motor
10
Makan Malam
11
Pulang
12
Bapakku I Love You
13
Ujian Semester Pertama
14
Ke Rumah Arman
15
Ungkapan Hati
16
Juara Kelas
17
Libur Sekolah Di Rumah Saja
18
Bersama Keluarga Arman
19
Bertemu Dika
20
Jalan Baru Tempat Yang Kurindu
21
Perlombaan
22
Keputusan Vania
23
Ijin Orang Tua
24
Persiapan Menuju Gunung Arjuna.
25
Menuju Puncak Gunung Arjuna
26
Panggilan Di Malam Hari
27
Jalan Pulang
28
Cerita Kami
29
Sehari Bersama Arman
30
Hari Pertama Magang
31
Ingin Segera Pulang
32
Loper Koran
33
Malam Minggu
34
Tumpangan Gratis
35
Magang Di luar Kantor
36
Ada Apa Dengan Pak Vito?
37
Patung Hidup
38
Jawabanku
39
Lelaki Pengganggu Pikiranku
40
Hampir Saja
41
Kabar Mengejutkan
42
Suratku
43
Ke Bioskop
44
Ciuman Pertama
45
Baju Baru
46
Surat Dari Arman
47
Otak Mesum
48
Kedatangan Arman
49
Perpisahan
50
Perasaan Terdalam
51
Menggapai Cita-Cita
52
Berkunjung Ke Om Idris
53
Bersama Keluarga Arman
54
Minggu Pagi di Malang
55
Kleptomania
56
Kecopetan
57
Teman Baru
58
Rindu Masakan Ibu.
59
Harus Semangat
60
Malang dari Angkasa
61
Kamu Punya Pilihan
62
Moshi Moshi
63
Surat Cinta
64
Transfer Uang
65
Pencapaian
66
Keputusan Yang Menyakitkan.
67
Bonus Part Cinta Sepasang Arsitek

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!