Pagi hari setelah malam yang panjang itu, Gu Yuena baru sadar, bahwa ia telah melakukan kesalahan!
"Nana, kau benar-benar gila," gumamnya sambil memukul kepala sendiri. Semalam terlalu mabuk sampai hal tak terduga terjadi. Tubuh ini tidak tahan alkohol sampai langsung mabuk hanya dengan setenggak, berbeda dengannya dulu.
Gu Yuena beranjak dari tempat tidur, mengambil semua pakaiannya dalam diam dan pergi terburu-buru. Ia tidak ingin melihat ke belakang, tidak ingin!
Setelah memakai semua pakaiannya dan mengenakan jubah, Gu Yuena teringat sesuatu. Ia butuh biaya untuk pergi dari sini.
Mau tidak mau, Gu Yuena berbalik, melihat pria yang masih tidur berbalut selimut. Pria itu terlihat sangat tampan. Namun sayangnya, Gu Yuena sedang tidak ingin memuji ketampanannya dan memilih merampoknya!
Gu Yuena mengambil pakaian pria itu, kemudian mencari barang berharga atau uang yang tersedia. Tapi ketika mencari beruang kali, ia tidak menemukan benda apa pun yang sekiranya bisa dijual. Bahkan ia tidak menemukan satu pun benda dalam saku pakaian.
"Dia miskin?" Gu Yuena pikir itu tidak mungkin karena baru saja ia minum anggur yang enak. Penginapan ini juga tidak murah. Pasti ada di suatu tempat.
Gu Yuena mencari dengan cepat di sekitar. Mungkin saja pria itu menyembunyikan barangnya sebagai antisipasi jika sedang dirampok seperti ini. Tapi Gu Yuena tidak menemukan apa pun.
Tersisa satu tempat.
Perempuan itu melihat ke arah pria yang masih tidur. Ia ragu sejenak dengan kening berkerut. Tapi tidak menghentikan aksinya menyibak selimut untuk mencari di tempat tidur sambil menutup mata. Ia sddikit memgintip, kemudian menghela napas melihat kenyataan bahwa pria itu memakai pakaian bawah. Ia tidak perlu melihat hal buruk yang menodai mata.
Gu Yuena naik ke atas tempat tidur, mencari di tiap bantal dan seprai serta selimut. Bahkan ia sampai meraba-raba tubuh pria itu dan memiringkannya berpikir barang yang ia butuhkan disembunyikan di balik tubuhnya. Tapi masih tidak ada.
"Bisakah tidak merepotkanku?" Gu Yuena merasa ingin meraung keras. Kenapa ia sangat sial!
Karena kesal menyadari fakta bahwa pria itu sangat pelit dan sepertinya menyembunyikan barangnya dalam *ruang spiritual, ia pun mengembalikan posisi tubuh pria itu dengan kesal. Pada saat yang sama, sebuah tael emas melompat menghampirinya seolah terlempar dari suatu tempat.
Gu Yuena terdiam. Lalu senyumnya merekah. "Terima kasih." Ia langsung memgambilnya seperti anak kecil yang menemukan permen. "Tidur yang nyenyak sampai aku pergi, Baby."
Ia menyimpan 1 tael emas yang ia temukan, kemudian keluar tanpa menoleh dan menutupi wajahnya dengan tudung jubah. Ia harap orang-orang Kediaman Gu sudah pergi, pria itu tidak bangun cepat, dan ia kabur dengan gembira ....
Sayangnya, nasib lagi-lagi tak berpihak padanya. Ia ditodong senjata dari berbagai arah dalam jarak dekat tepat ke arah leher. Gu Yuena secara otomatis mengangkat kedua tangan, melihat orang-orang berseragam yang datang tiba-tiba.
Mereka menodong Gu Yuena karena mencium aroma darah yang bercampur di pakaian perempuan itu. Jelas mereka curiga, apalagi telah terjadi pembunuhan mengerikan di penginapan ini.
"Ikut kami." Mereka masih menodong Gu Yuena sambil menggiringnya keluar penginapan. Gu Yuena hanya menurut. Yang penting ia bisa keluar dari penginapan dan tidak bertemu orang Kediaman Gu.
Entah dosa apa lagi yang Gu Yuena perbuat sampai nasib selalu tidak memihaknya. Kereta Kediaman Gu muncul tepat ketika Gu Yuena keluar. Perempuan itu tidak bisa pergi, melainkan menunduk agar tidak dikenali.
Seseorang dari kereta kuda keluar diiringi pelayan. Ia adalah seorang pria berkumis yang tak lagi muda. Ia tampan di usianya, tapi terlihat sedikit kasar—mungkin karena stress akan pekerjaan.
Pandangan pria itu terarah pada perempuan berjubah hitam yang menunduk. Matanya menyipit curiga, kemudian menghampiri. Sontak, para pria berseragam minggir memberinya jalan.
"Jangan lihat, jangan lihat, jangan lihat ...." Gu Yuena merapalkan mantra berkali-kali seolah itu bisa menyelamatkannya. Ia tahu siapa pria dari kereta kuda itu melalui ingatan yang baru datang. Itu adalah Adipati Gu! Ayahnya sendiri!
Selain sang kakak, ayahnya adalah salah satu yang mengenali wajah tanpa cadarnya. Ini benar-benar merepotkan.
Sayangnya, mantra Gu Yuena tidak ampuh sama sekali. Sang Adipati mengenalinya, hingga gadis itu berakhir di Kediaman Gu yang sedang ia hindari, dengan cadar yang sama menutupi sebagian wajahnya, juga dengan tatapan semua orang yang sama seperti sebelumnya—jijik mungkin?
Kenapa ia selalu sial!
Saat ini, Gu Yuena disuruh berlutut di depan para tetua dan ayahnya sendiri dalam aula keluarga. Gu Yueli, adik tiri yang memungut mantan tunangannya berdiri bersisian dengan wanita berwajah angkuh seperti badut. Mereka melihat Gu Yuena dengan penuh arti.
"Gu Yuena, apa kamu tahu apa kesalahanmu?" Gu Shan—ayah Gu Yuena—bicara dengan nada penuh tekanan. Tatapannya terlihat marah ketika memandang Gu Yuena.
Gu Yuena tidak memiliki kesan baik pada semua orang di Kediaman Gu, kecuali kakaknya. Tapi ia harus bisa memerankan peran sebaik mungkin untuk bertahan hidup. Rencana telah berubah.
"Yuena salah, keluar kediaman tanpa izin dan menyakiti hati Nyonya Gu, pantas dihukum."
Gu Shan melihat gadis rapuh itu untuk beberapa saat. Ia pun menghela napas. "Beri aku alasan masuk akal agar tidak menghukummu."
Otak Gu Yuena berputar dengan cepat seperti kilat. "Sebentar lagi ulang tahun Kakak Pertama, Yuena hanya ingin membelikannya hadiah bersama Jiang Weiwei, tapi siapa sangka kami terpisah dan Yuena dirampok. Mereka membawa Yuena ke penginapan, lalu melihat Tuan Muda Ye dan Adik Kelima." Mata Gu Yuena berkaca-kaca ketika mengatakannya. Ia melirik Gu Yueli dan ibunya sekilas. Dua orang itu terlihat cemas.
"Ye Suanwu?" Gu Shan melirik Gu Yueli dan ibunya bergantian. "Kenapa kalian di sana?"
Gu Yueli langsung maju untuk menjawab. "Ayah, Li'er dan Kakak Suanwu bertemu secara tidak sengaja. Ayah tahu, Li'er pergi keluar atas izin Ayah, tidak berani melanggar."
"Li'er tidak tahu apa pun. Aku juga hadir di sana, tapi siapa sangka Yuena akan menjadi salah paham seperti ini." Wanita badut itu membela putrinya sambil mencibir Gu Yuena secara tidak langsung.
Gu Yuena menarik alisnya diam-diam. Badut ini benar-benar bisa bicara. Ia akan menemani. "Ya, seharusnya Yuena meminta tolong saja pada Tuan Muda Ye. Yuena terlalu terkejut dan dibawa oleh para perampok itu."
"Kakak Keempat, kamu dibawa perampok? Lalu, apa kamu baik-baik saja?" Gu Yueli bersikap prihatin dengan menghampirinya. Ia ingin menyangkal ucapan Gu Yuena mengenai perampok, tapi itu hanya akan mengungkapnya. Jadi ia hanya bisa berpura-pura tidak bertemu Gu Yuena di penginapan.
"Aku baik-baik saja. Untung saja ada seseorang yang menyelamatkanku. Tidak tahu siapa, dia membunuh para perampok itu. Yuena sangat takut dan tidak tahu apa pun lagi. Ketika terbangun, luka Yuena sudah sembuh dan akan pergi, Ayah tahu betul apa yang terjadi." Gu Yuena memelas sebisa mungkin membuat si badut semakin kesal.
Sayang wanita itu tidak bisa menyangkal apa pun. Satu sangkalan saja sudah membuktikan bahwa ia terlibat.
Pada akhirnya, wanita itu menyerah dan bersikap menyedihkan sambil terisak. "Tuan, Yuena sangat malang. Selain dirampok, juga harus menyaksikan pembunuhan. Tapi tindakannya yang melanggar juga tidak bisa ditoleransi. Karena ini adalah kali pertama Yuena melakukan kesalahan, hukuman kurungan juga tidak akan menyiksanya."
"Ayah, sebentar lagi Kakak Pertama akan pulang. Jika Kakak Pertama melihatku dikurung, apa yang akan dia pikirkan?" Gu Yuena mencoba memelas lagi. Matanya berkaca-kaca dan terlihat lemah lembut. Seingatnya, kakaknya itu sangat penting bagi Gu Shan.
Gu Shan merasa kepalanya berdenyut mendengarkan semua rangkaian ucapan mereka seolah sedang beradu debat. Bahkan sampai membawa-bawa putra pertamanya.
Mengingat putra pertamanya sangat menyayangi Gu Yuena, ia tidak akan perhitungan. "Baiklah, Yuena. Kamu kembali dan bersihkan dirimu. Anggap kejadian ini adalah hukuman untukmu, tidak boleh mengulanginya lagi." Menurutnya, menyaksikan pembunuhan mengerikan adalah hukuman berat bagi Gu Yuena yang selalu pendiam dan tertutup dari dunia luar. Ini bisa jadi pelajaran untuknya.
"Terima kasih, Ayah." Gu Yuena menunduk, terlihat sangat patuh. Ia melirik ibu dan anak yang tampak memasang senyum lega yang palsu itu. Lirikkannya disadari mereka, membuat mereka merasa aneh.
*Ruang spiritual adalah sebuah keterampilan pendukung seorang kultivator. Di dalam alam spiritual tiap kultivator yang digunakan sebagai tempat utama kultivasi, beberapa kultivator dapat menyimpan barang-barangnya dengan kapasitas sesuai tingkatan kultivasi. Mengambilnya hanya perlu memasukkan kekuatan spiritual ke dalam ruang spiritual dan mencari benda yang diinginkan. Biasanya ruang spiritual digunakan untuk menyimpan senjata.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setelah pertemuan itu, Gu Yuena kembali ke tempatnya berada. Gu Shan adalah seorang Adipati Kekaisaran Yi. Ia selalu campur tangan dalam hal politik dan sedang berusaha menyenangkan Kaisar setiap saat. Menurutnya, tidak ada bedanya dengan pejabat lain demi mendapatkan keuntungan lebih dan posisi kuat di kekaisaran.
Karena kemampuan Gu Shan di pengadilan istana dan kontribusinya yang tidak sedikit—dibantu putra pertamanya, ia berhasil meraih semua kekayaan dan kehormatan. Kediaman mereka menjadi lebih besar dari beberapa tahun yang lalu.
Sayangnya, Gu Yuena menempati bagian kediaman terpencil dan terasingi di antara bagian kediaman yang penuh kemegahan dan kemewahan. Ketika Tuan Muda Pertama pergi bersama gurunya untuk berkultivasi, Gu Yuena mulai diperlakukan asing dan dipindahkan di tempat itu.
Dulu gadis itu tinggal di dekat tempat tinggal Gu Yueli. Tapi karena sebuah insiden, mebuatnya dikucilkan dan diasingi sangat jauh. Tentu hal itu ada ikut campur antara Gu Yueli dan ibunya, Ting Le.
Gu Yuena menghela napas melihat suasana tandus tempat tinggalnya. Ia tidak terbiasa tinggal di tempat bobrok. Nanti, ia akan mencari cara agar dapat pindah ke tempat yang lebih bagus. Sebelum itu, ia harus membersihkan lingkungannya.
"Nona, kamu sudah kembali."
Sosok gadis berdiri di depan pintu, menyambut tuannya kembali. Dia terlihat sepantaran dengan Gu Yuena dan patuh.
Gu Yuena pergi menghampiri, lalu melepaskan jubahnya hingga menampakkan pakaian putih penuh darah itu. Perempuan itu nyaris menjerit karena terkejut, tapi ia menahannya.
"Siapkan air hangat." Gu Yuena melempar jubah begitu saja ke perempuan itu. Perempuan itu adalah Jiang Weiwei, pelayan pribadinya yang sudah bekerja selama bertahun-tahun untuknya.
"Baik, Nona." Jiang Weiwei gemetar ketika mencium aroma darah yang sangat pekat dari jubah di tangannya. Sepertinya telah terjadi sesuatu.
Gu Yuena memperhatikan tempat tinggalnya yang sederhana. Segalanya tampak normal layaknya rumah kuno pada masa kekaisaran. Ia harus bisa membiasakan diri tidur di tempat tidur keras, serta harus terbiasa dengan kondisi 'buta waktu'.
Ia duduk di atas kursi kayu yang sepertinya sudah reyot. Kebanyakan barang di tempat ini adalah barang bekas dan tidak diganti selama bertahun-tahun. Meski begitu, semua tampak bersih. Sesuai dengan kepribadian Gu Yuena yang teratur.
"Nona, air sudah siap." Jiang Weiwei berdiri di ambang pintu memberitahu Gu Yuena.
Gu Yuena beranjak, kemudian mengikuti arah Jiang Weiwei pergi. Tapi sebelum ia benar-benar masuk ke dalam kamar mandi, ia berbalik untuk melihat gadis itu.
"Kau bisa tetap di sini."
Ucapan Gu Yuena yang tanpa bantahan membuat Jiang Weiwei secara otomatis diam. Ia bingung mengapa nonanya sangat berbeda. Apa perempuan itu mengetahui sesuatu?
Gu Yuena mengabaikannya dan masuk ke dalam kamar mandi sendirian. Ia menghela napas lega ketika menjauh dari pelayannya sendiri.
Bukan tanpa alasan ia menjauh dari Jiang Weiwei. Selain karena tidak ingin perempuan itu melihat bercak merah di tubuhnya karena semalam, ia lebih tidak ingin berdekatan dengannya karena aroma wewangian yang membuat kepalanya sakit.
Bukannya ia tidak suka wewangian, tapi wewangian yang digunakan Jiang Weiwei seperti memiliki kandungan *zat adiktif yang dapat mempengaruhi saraf otak. Jika orang lain yang menghirupnya, orang itu akan merasa tenang dan nyaman, pikiran akan kosong dan mudah dikendalikan. Tapi tidak dengan Gu Yuena.
"Jiang Weiwei ...." Gu Yuena menarik sudut bibirnya. Karena kotoran sudah terlihat, ia akan membersihkannya sampai bersih.
*zat yang terkandung dalam obat-obatan dan bahan aktif yang menyebabkan ketergantungan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setelah mandi dan berpakaian, Gu Yuena bersantai sejenak melihat pemandangan tandus di halaman tempat tinggalnya.
Memang tidak bagus. Sebagai seseorang yang protektif terhadap keindahan dan kemewahan, ia tidak suka tinggal di tempat seperti ini. Oleh karena itu, ia telah menyusun rencana untuk menempati posisi penting.
Pertama, menyingkirkan kotoran di tempat tinggalnya.
Jiang Weiwei menata camilan di atas meja dekat Gu Yuena. Ia terlihat pendiam dan patuh, sampai tidak ada yang tahu apa yang sedang ia sembunyikan.
"Weiwei, aku sangat takut ...." Gu Yuena memulai akting menyedihkan sebagai orang mengidap trauma. Ia memasang wajah sedih sambil memeluk dirinya sendiri sejak tadi, tepatnya ketika menyadari kedatangan Jiang Weiwei.
"Nona tidak perlu khawatir. Weiwei dengar pengadilan pusat sudah menyelesaikan masalahnya, tidak akan ada hal buruk terjadi." Jiang Weiwei mendekati Gu Yuena dan menepuk-nepuk bahunya.
Masalahnya ada pada Klan Ye. Sedangkan Klan Ye tidak termasuk dalam wilayah Kekaisaran Yi. Mereka adalah sebuah klan besar dengan latar belakang misterius, bagaimana pengadilan kekaisaran dapat menanganinya?
Paling-paling mereka hanya menutup mata, apalagi Kediaman Gu tidak mempermasalahkan lebih lanjut setelah mendengar 'kebenaran' dari Gu Yuena. Mereka pasti berpikir pembunuhan itu terjadi karena konflik pribadi antara Klan Ye dengan klan lain di luar kekaisaran.
Kasus ini sudah ditutup. Gu Yuena jadi teringat ucapan orang itu, mengatakan bahwa ia harus pergi sangat jauh. Sayangnya, ia ada di neraka lain.
"Aku dengar ketika akan keluar dari penginapan, orang-orang yang mati terbunuh dalam keadaan berkhianat hidup kembali. Mereka ingin balas dendam. Mereka pada dasarnya adalah seorang bawahan, tidak bisa menyelesaikan tugas mereka yang sama saja melawan atasan. Malam itu, aku bermimpi bahwa aku dicambuk, sangat sakit. Sepertinya mereka marah padaku."
"Nona, itu adalah hal menyeramkan, lebih baik tidak membicarakannya. Weiwei akan membawakan teh agar Nona dapat menenangkan diri."
"Weiwei, jika mereka mengikutiku sampai sini, aku tidak tahu harus apa. Mereka akan meneror bawahan yang tidak berbakti, sedangkan aku adalah anak tidak berbakti yang tidak bisa membantu Ayah. Aku sangat takut," cicit Gu Yuena seperti anak kecil.
"Nona sudah sangat menderita, tidak akan terjadi hal buruk. Jika Nona merasa takut, bagaimana jika Weiwei buatkan teh dengan air bunga seperti biasa? Itu akan menenangkan pikiran Nona."
"Baiklah ...." Gu Yuena menunduk patuh. Jiang Weiwei membawanya duduk di kursi, kemudian pergi membawakan teh.
Raut Gu Yuena yang frustrasi, kini berubah drastis ketika melihat perempuan itu pergi. Ia terkekeh melihat sosok yang menjauh dengan berbagai pemikiran di kepalanya. Ini akan menjadi permainan hantu yang seru.
Orang zaman ini sangat percaya adanya roh jahat dan hantu, termasuk Jiang Weiwei. Apalagi dunia ini percaya akan adanya kekuatan mistis seperti qi dan kekuatan elemen. Tentu saja Gu Yuena akan memanfaatkannya untuk membuat kisah horor menarik.
Jiang Weiwei pergi membuatkan teh di dapur pribadi. Teh dengan kelopak bunga yang memberi aroma harum yang memabukkan. Selain untuk memberi keharuman bunga yang menenangkan, ia juga menambahkan sesuatu ke dalamnya berupa bubuk putih yang dibungkus dengan kertas. Air bunga akan menyamarkan rasa bubuk itu secara permanen.
Jiang Weiwei menyimpan kembali bubuk itu dengan hati-hati, kemudian meletakkan cangkir teh tersebut ke atas nampan lalu akan membawanya. Tapi begitu ia mengangkat nampan, ia merasakan hembusan angin di belakangnya berlalu dengan cepat.
Ia tidak bisa merasakan kehadiran siapa pun di sekitar karena kekuatannya yang rendah. Tapi ia yakin bahwa tempat ini sangat sepi. Siapa lagi yang ingin membantu nona yang sama sekali tidak berguna itu?
Memikirkan kembali cerita Gu Yuena barusan, ia jadi merinding. Sudahlah, nonanya bukan Gu Yuena saja, cerita itu juga hanya karangan orang-orang bodoh.
Ia melanjutkan apa yang harus dilakukan. Tapi semakin ia melangkah, suhu dingin itu terus menusuk punggungnya. Ia mengedarkan pandangan, kemudian melihat sosok serba hitam yang tiba-tiba melintas dan menghilang begitu saja.
Jiang Weiwei sangat terkejut sampai menghentikan langkah. Tempat yang tandus dan kumuh menambah kesan horor hingga membuatnya dipenuhi rasa takut.
Apa benar ada hantu?
Jiang Weiwei tidak ingin memikirkannya lagi. Ia pun melanjutkan perjalanan, berusaha meyakinkan diri bahwa itu hanya halusinasi.
Ia sampai di tempat di mana Gu Yuena berada. Perempuan itu tengah duduk dalam diam sambil mengamati bunga tunggal yang mekar di sebuah pot. Hanya itu satu-satunya bunga yang ada di tempat ini.
"Nona, tehnya." Jiang Weiwei menormalkan sikapnya dan meletakkan nampan ke atas meja.
Gu Yuena melihatnya dengan senyuman, kemudian kembali memandang bunga di depannya. "Sangat disayangkan, bunga itu mekar di tempat yang buruk sehingga terlihat kesepian. Jika bunga itu berada di antara bunga lain, ia tidak akan terlihat sangat indah."
"Benar, Nona. Setangkai bunga seharusnya bersama bunga lain agar dapat menunjukkan keindahannya dengan sempurna. Sedangkan ranting kering, hanya bisa bersama ranting kering lainnya."
"Aku rasa kau sangat memahaminya." Gu Yuena mengambil secangkir teh di atas meja, kemudian hendak meminumnya. Tapi ia justru menyemburnya karena terlalu panas.
"Nona ...." Jiang Weiwei panik.
"Tak apa." Gu Yuena mendesis sambil meletakkan cangkirnya kembali. Ia tidak jadi meminumnya.
Atau lebih tepatnya, sengaja tidak meminumnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Malam harinya, Jiang Weiwei akan pergi ke kediaman utama untuk menemui seseorang. Karena Nona Keempat sudah tidur, ia bisa pergi dari tempat kumuh ini untuk melaporkan situasi.
Awalnya ia pikir bahwa Nona Keempat mengalami perubahan setelah kembali dari tragedi itu. Tapi ternyata Nona Keempat masih sama seperti dulu. Polos dan bodoh, tidak peka terhadap sesuatu dan terlalu lemah.
Jika bukan Nyonya Gu yang menjanjikannya surat pembebasan budak, ia tidak mau melayani orang seperti itu selama bertahun-tahun sebagai kedok untuk meracuninya.
Ia melalui danau kecil kediaman yang tampak tak terurus. Di malam hari yang sunyi dan sejuk ini, suasana danau yang penuh daun kering dan berair keruh itu membuat segalanya terasa horor. Jiang Weiwei agak takut ketika melewatinya, apalagi ia baru saja mengalami kejadian horor tadi siang.
Ketika mempercepat langkah untuk pergi secepatnya, suara gemerisik daun terdengar berulang kali. Jiang Weiwei ingin mengabaikannya, tapi suara itu semakin keras seolah ada tepat di semak-semak sampingnya.
Srakkk
Suara itu semakin terdengar keras. Jiang Weiwei berbalik dengan penuh rasa takut. Pada saat yang sama, matanya membulat melihat sosok tak diketahui berdiri di tepi danau memandangnya dengan dingin.
Siluet itu tidak terlihat dengan jelas. Ia menunjuk ke arah Jiang Weiwei membuat perempuan itu semakin takut. Ia sudah gemetar dan nyaris berlutut.
Detik berikutnya, sosok siluet itu tiba-tiba ada di depannya dan menariknya menjatuhkan diri ke dalam danau. Jiang Weiwei berteriak dengan keras penuh rasa takut, tapi teriakannya tak lagi terdengar ketika tubuhnya memasuki air dan tenggelam di dalamnya.
"Tolong!" Jiang Weiwei berteriak dengan keras sambil berusaha naik. Tapi nahas, ia tidak bisa berenang sehingga sering kali terlelap dan menelan air danau yang keruh.
Ia kesakitan. Kakinya terus bergerak menendang air dan mencoba meraih tepian danau. Ia susah payah mengulurkan tangan dan mencari pegangan agar tidak tenggelam.
Setelah beberapa kali berusaha sampai nyaris pasrah, kakinya terasa menyentuh sesuatu hingga bisa melambung ke atas. Tangannya meraih tepian, menarik tubuhnya cepat-cepat dan naik ke atas.
Ia terbatuk dan sesekali memuntahkan air danau yang masuk ke tenggorokan. Pandangannya melihat ke arah danau sekali lagi. Danau itu seolah memberinya ilusi mengenai sosok menyeramkan yang akan menariknya sekali lagi ke dalam. Ini adalah pengalaman terburuk!
Jiang Weiwei buru-buru berdiri dalam keadaan basah kuyup. Ia pun berlari. Ketika melihat ke belakang, ia melihat sepasang mata merah menatapnya dari air danau. Ia semakin ketakutan sampai tidak bisa berteriak dan lari sekencangnya.
Sedangkan Jiang Weiwei lari terbirit-birit, sosok yang mengintip di air itu akhirnya menunjukkan kepala seutuhnya. Wajah cantiknya yang basah kuyup menampilkan senyum jahat.
"Makan itu setan." Gu Yuena tertawa kecil. Ia pun keluar dari air kotor ini dan memutuskan berendam air hangat sebelum tidur.
Besok adalah hari yang penuh drama, Gu Yuena harus mempersiapkan penampilan terbaiknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments
Baharuddin Tomia
bulak balik cerita nya
2023-09-26
0
Frando Kanan
CK 😒.... ternyata lo hanya mata2
2023-06-20
1
Frando Kanan
sbg seorang wanita mlh minum anggur Dan langsung mabuk gitu aja....sbg wanita mlh gk peduli kesucian sendiri... bner2 asli idiot 🙄
2023-06-20
0