Masih di hari yang sama, perempuan yang baru saja mengalami tragedi 'bangkit dari kematian' kini hanya tertunduk dalam diam mencerna segala hal yang ditemukan. Ia melihat semua kenangan yang sama sekali tidak pernah ia miliki, namun perasaan itu dengan sangat jelas seolah kenangan itu adalah miliknya sendiri.
Sulit dipercaya, terlalu tidak masuk akal, dan tidak bisa diterima dengan akal sehat. Ia merasa sebentar lagi akan menggila karena hal ini.
Valentina yang terlahir di zaman serba teknologi dan tidak bisa hidup tanpa teknologi kini menjadi Gu Yuena di tempat kuno penuh kekuatan aneh yang tidak masuk akal? Apa ini yang disebut alam baka? Baik, ia sangat ingin bangun dari mimpi aneh ini.
Meski ketika kecil nama Valentina adalah Gu Yuena, tapi tidak seharusnya ia menjadi Gu Yuena di tempat ini! Siapa yang menyeretnya!
"Benar-benar gila." Gu Yuena mengusap wajahnya frustrasi. Ia meringis kesakitan dan meraih punggungnya yang masih mengalami luka lebar. Ini benar-benar buruk.
Gu Yuena di dunia aneh ini adalah Gu Yuena yang dikenal sampah karena tidak bisa berkultivasi. Dunia ini mengandalkan kultivasi sebagai bagian dari kehidupan. Cahaya yang ia lihat barusan ketika menangani para idiot adalah hasil dari pengelolaan qi yang membentuk energi tertentu sesuai konstitusi tubuh bawaan yang berbentuk elemen.
Gu Yuena? Dia tidak memiliki konstitusi tubuh bawaan, membuatnya dijuluki sebagai sampah masyarakat. Itu sebabnya Gu Yuena hanya berdiam diri di kediaman dan menjadi anti-sosial. Ia juga menutupi wajah cantik itu atas perintah kakaknya agar tidak ada pria memiliki niat buruk untuknya. Sayangnya, kakak tercinta tidak ada di rumah.
Karena Gu Yuena tidak diterima di keluarganya sendiri, ia harus memikirkan cara untuk hidup sendiri. Bukan masalah, karena pemilik asli tubuh ini cukup pintar dan mengetahui berbagai hal. Ia tidak perlu khawatir kekurangan informasi.
Hanya saja, ia pikir pemilik asli menyembunyikan banyak hal. Termasuk alasan ia menawarkan diri untuk bertunangan dengan Ye sialan itu. Semua yang dialaminya bukanlah hal sederhana.
Sayangnya, ia tidak mendapat informasi apa pun selain gambaran Gu Yuena yang ditindas dan direndahkan. Apa tujuan ia masuk ke dalam tubuh ini untuk balas dendam? Terdengar membosankan. Ia muak dengan segala balas dendam.
Merasa tidak tahu harus melakukan apa sedangkan ia harus menyembuhkan punggungnya yang berdarah, ia pun memilih untuk keluar dari kamar. Ia tidak lagi mengenakan cadar yang membosankan, memilih menyimpannya dalam kantung pakaian agar tidak dikenali sebagai Gu Yuena.
Wajah Gu Yuena jarang diketahui orang, atau bahkan tidak dikenali karena terus memakai cadar. Itu adalah keuntungan bagi jiwa dalam tubuh Gu Yuena untuk melakukan aksinya.
Gu Yuena melangkah terpincang dengan jubah hitam yang ia curi dari lemari. Pakaian putihnya yang penuh noda darah tertutupi, kecuali aromanya, membuat siapa pun yang lewat merinding dan memilih tidak berurusan dengannya.
Tidak peduli bagaimana reaksi orang-orang, Gu Yuena melanjutkan langkah layaknya orang normal sambil meminimalisir pincang di kakinya. Ia menetralkan wajah sebisa mungkin untuk membuat kesan cuek. Ia adalah aktris yang baik dalam hal ini.
Tapi sepertinya nasib tidak memihak. Darah dari punggung yang terus keluar mempengaruhi keseimbangannya. Tubuhnya oleng ke samping, tepat menubruk seseorang dengan jubah hitam yang menutupi wajahnya.
Pria itu berpegangan pada gagang tangga karena posisinya yang tepat di atas tangga, sedangkan tangan satunya menahan Gu Yuena yang nyaris kelepasan jatuh ke bawah. Gerakannya terbilang spontan dan cepat.
Gu Yuena terdiam untuk beberapa saat, kemudian melihat ke bawah di mana tangan kekar seorang pria menahan tubuhnya agar tidak jatuh.
"...."
Bukan hanya tubuhnya, tapi dadanya!
Gu Yuena nyaris melompat dan menendang pria itu dengan keras. Tapi punggungnya lagi-lagi berdenyut hingga hanya bisa berjongkok merasakan rasa sakit dalam diam. Pria itu menyadari apa yang terjadi, dia terdiam dan bersikap senormal mungkin.
Suasana jadi canggung seketika. Pria itu ingin meminta maaf, tapi ia yakin itu bukan salahnya dan tidak perlu ada yang dipermasalahkan lebih lanjut. Toh, mereka tidak kenal dan tidak akan bertemu lagi.
Sedangkan Gu Yuena? Wajahnya memerah karena marah. Seumur hidup, ini kali pertamanya dilecehkan. Andai saja pria itu tidak menyentuh bagian yang salah, Gu Yuena sudah berterimakasih karena menahannya agar tidak jatuh ke bawah sana. Tapi sekarang ....
"Kau baik-baik saja?"
Gu Yuena mendongak ke atas, melihat pria itu dengan jelas. Di balik tudung jubahnya, pria itu menunduk menampakkan wajahnya dengan jelas pada Gu Yuena. Gu Yuena baru sadar, bahwa pria itu tampak bersinar dan tampan. Dari sekian banyak pria yang ditemui, tidak ada yang setampan dia.
"Sakit." Gu Yuena tanpa sadar menggumamkan hal tersebut. Itu didengar oleh pria tampan di depannya. Cepat-cepat Gu Yuena berdiri, kemudian bersikap seadanya.
Pria itu mencium aroma darah yang pekat. Matanya yang tajam mendapati pakaian putih Gu Yuena yang tidak tertutupi jubah memiliki sedikit bercak darah. Ia yakin aromanya dari sana, dan tidak hanya milik satu orang.
Namun, apa urusannya? Ia tidak perlu peduli urusan orang lain.
Pria itu pun pergi tanpa mengatakan hal lain. Gu Yuena hanya melihat kepergiannya, kemudian melanjutkan apa yang harus dilakukan. Ia tidak perlu terlibat pada siapa pun.
Ketika Gu Yuena mulai pergi keluar dari penginapan besar ini, pria itu menelusuri tempat dan menemukan aroma darah yang sama persis seperti yang ia cium tadi. Ia mengikuti arah aroma amis berasal, kemudian menemukan sebuah pintu kamar dengan aroma amis yang lebih pekat.
Ia membukanya, kemudian disambut oleh genangan darah dan mayat-mayat yang tertumpuk di atas lantai. Kerutan muncul di kenibgnya, kemudian menyentuh salah satu mayat yang tergeletak tersebut. Mayat-mayat itu memiliki koneksi dengan Klan Ye berdasarkan apa yang ia rasakan ketika menyentuhnya.
Tidak ada ekspresi di wajahnya. Tapi tiba-tiba pikirannya terarah pada perempuan yang ia temui tadi. Entah apa yang dipikirkannya, ia menutup pintu dan menyegel tempat agar aroma darah tidak keluar. Ia pun pergi ke lantai bawah untuk mencari perempuan itu.
Dia memiliki sepasang iris biru malam yang unik. Matanya bergerak, mengedarkan pandangan ke segala arah, lalu mengikuti aroma amis yang samar-samar terasa. Ia sedikit berlari ke satu sisi, kemudian menemukan sosok yang sedang dicari di dalam sebuah ruangan tertutup.
Perempuan itu terlihat ingin melarikan diri lewat jendela.
Gu Yuena melihatnya dengan terkejut. Tatapannya kosong sesaat, kemudian akan melompat dari jendela. Tapi gerakan pria itu sangat cepat ketika menarik lengannya sehingga gagal melompat.
"Sial!" Gu Yuena mengumpat diam-diam. Ia menghindari orang-orang dari kediaman di depan penginapan, tapi malah ditangkap seperti ini. Apa pihak lain mengetahui bahwa ia telah melakukan pembunuhan di tempat ini?
"Ikut aku." Pria itu menarik Gu Yuena yang tanpa persiapan begitu saja.
Insting Gu Yuena mengatakan hal buruk. Cengkraman pria itu sangat kuat sampai ia tidak bisa melepaskan diri dan terpaksa mengikut.
Kekuatan seseorang di dunia ini bukan sesuatu yang bisa disandingkan dengan dunianya dulu. Tanpa senjata, Gu Yuena tidak yakin bisa mengalahkannya. Apalagi dalam keadaan terluka.
Pria itu membawanya ke sebuah ruangan. Gu Yuena diam di tempat tanpa mengalihkan pandangan ke arah pria itu. Rasa waspada memenuhi, berjaga-jaga bila pria itu ingin membunuhnya atau melakukan hal buruk lain. Meski tampan, sejujurnya pria tampan lebih sulit dipercaya.
Pria itu bersikap seolah tidak ada masalah yang menantinya. Ia duduk di sebuah kursi, kemudian meminta Gu Yuena juga duduk di kursi seberang yang dipisahkan oleh meja.
Setelah yakin tidak ada hal mencurigakan—seperti pengintai atau jebakan tersembunyi—Gu Yuena berjalan ke arahnya dan duduk di kursi kosong. Ia melihat ke arah meja di mana terdapat teko berisikan teh yang masih baru—karena tampak mengeluarkan uap.
"Berapa banyak yang kau ketahui?" Pria itu bertanya dengan nada menginterogasi, namun rautnya tampak tenang.
Gu Yuena mengerutkan kening. Apa ia sedang diinterogasi? Sepertinya ini tidak hanya masalah pembunuhan yang dilakukan. Sayangnya, ia tidak tahu apa yang dimaksud pria itu. "Apa maksudmu?"
"Orang-orang yang mati di kamar lantai dua ada hubungannya dengan Klan Ye, apa kau tidak tahu atau berpura-pura?"
Gu Yuena menyipitkan matanya. "Aku yakin kau bukan dari Klan Ye, tapi apa hubungan mereka denganmu? Tidak, 'kan? Jika ada seseorang yang mati, apa kau pantas ikut campur?"
Pria itu melihat Gu Yuena dengan teliti, mencoba menilai sesuatu. Ia menurunkan pandangannya, kemudian menghela napas. "Aku tidak tahu siapa kau, tapi aku sarankan untuk pergi jauh dan tidak kembali."
"Aku tahu dan aku akan melakukannya." Gu Yuena tidak berniat menunjukkan identitasnya.
"Itu bagus." Pria itu sepertinya akan menyudahi pembicaraan tidak penting ini. Atau sebenarnya ia salah sangka sehingga ingin mengakhirinya. Ia pun beranjak dan berkata, "Anggap hari ini tidak ada, kau tidak pernah bertemu denganku."
Gu Yuena memandangnya untuk beberapa saat. Ia bersandar pada penyangga kursi, kemudian mengetukkan jarinya di meja sebelum akhirnya teringat bahwa punggungnya masih sakit. Mumpung ada seseorang yang tidak mengenalnya, lebih baik ia minta tolong sedikit.
"Mungkin aku akan melupakannya, tapi bukankah harus ada imbalan? Aku lihat sepertinya kau memiliki identitas tidak biasa—meski terlihat asing bagiku."
"Apa yang kau mau?"
"Kau membawaku tanpa alasan jelas dan memintaku melupakan segalanya begitu saja. Apa kau pikir aku terlihat seperti idiot jalanan yang dengan mudah dimanipulasi? Setidaknya, sedikit bertanggungjawab tidak buruk."
"Kau ingin aku melakukan apa?" Pria itu tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Ia tetap datar sehingga tidak mudah menerka pikirannya.
Gu Yuena berpikir sejenak, kemudian berkata, "Aku terluka ketika menangani idiot dari marga Ye. Karena sepertinya ada sesuatu yang kau inginkan dari marga Ye, setidaknya kau bisa memulainya dariku. Obati lukaku, lalu belikan anggur, aku akan memberitahumu tentang marga Ye."
Pria itu terlihat meragukan perkataan Gu Yuena. Bagaimanapun, ia tidak bisa mempercayai ucapan orang asing.
Gu Yuena mengerti perasaan itu dan berkata sekali lagi. "Lagi pula, aku tidak bisa lari. Aku terluka, sedangkan kau sangat sehat dan kemungkinan besar aku tidak bisa mengalahkanmu. Jika aku menipumu, kau boleh memburuku."
Lagipula mereka tidak akan bertemu lagi. Gu Yuena tidak perlu khawatir jika sedikit melakukan penipuan.
Pria itu pikir ada benarnya juga. Kalaupun gadis itu menipunya, ia bisa membunuhnya di tempat atau sedikit memberi pelajaran agar kapok. Toh, pihak lain itu tidak bisa lari. Kalau bisa, juga tidak akan mampu pergi terlalu jauh. Ia juga tidak akan perhitungan pada seorang gadis tak dikenal dan tanpa konstitusi bawaan, meski kemampuan gadis tertentu di luar perhitungannya.
Setelah lama mempertimbangkan, pria itu keluar dari ruangan. Gu Yuena tersenyum lebar mengetahui bahwa pria itu setuju dengan syaratnya. Rencananya berhasil.
Tak lama kemudian, pria itu kembali membawa dua guci anggur dan diletakkan di atas meja. Gu Yuena mengambil gelas, akan menuangkan anggur ke dalamnya, tapi tiba-tiba sebuah kilatan kecil melintas dan mendorong cangkir di tangannya sampai terpeleset dan jatuh. Cangkir pecah saat itu juga.
Gu Yuena menatap pria itu penuh pertanyaan.
"Jika kau ingin minum gelas yang ditaruh racun, beritahu segalanya sekarang sebelum meminumnya." Pria itu berkata tanpa rasa bersalah. Ia menyingkirkan cangkir teh dan teko di atas meja begitu saja. Semua itu mengandung racun, jelas seseorang berniat membunuhnya di tempat ini.
Gu Yuena terdiam. Bagaimana ia bisa tidak tahu? Sepertinya kadar racun di dunia ini dan dunianya juga berbeda.
"Jadi, siapa yang akan mengobatiku?" Gu Yuena tidak ingin membicarakan racun lagi. Ia ingin sembuh secepatnya. Sejauh ini tidak ada satupun dokter yang masuk, apa pria itu memiliki rencana lain?
"Aku."
Gu Yuena memeluk tubuhnya sendiri dengan tatapan terkejut. "Jangan berpikir untuk mengambil kesempatan."
"Kau berpikir aku orang seperti itu?"
"Barusan ...." Gu Yuena teringat apa yang terjadi di atas tangga.
Mengingatnya, pria itu jadi terdiam. Tapi ia mempertahankan ekspresi datarnya dengan baik.
"Itu kecelakaan." Pria itu tidak ingin mempermasalahkannya lebih lanjut, kemudian menjelaskan, "Kekuatanku memiliki efek penyembuhan, lebih baik daripada pengobatan tabib. Lagipula, aku tidak ingin seseorang di luar sana mengetahui bahwa kau bersamaku. Mereka akan memanfaatkanmu untuk informasi."
Pria itu jelas tidak percaya pada Gu Yuena. Jika Gu Yuena benar-benar mengetahui sesuatu dan mengatakan padanya, orang di luar sana sudah pasti akan mengambil kesempatan—memaksa Gu Yuena membocorkannya. Ia tidak bisa mengambil resiko itu.
"Baik ... lakukan sekarang." Gu Yuena sebenarnya tidak keberatan. Ia duduk membelakangi pria itu, kemudian melepas jubahnya. Pakaian putihnya yang penuh noda merah kini tampak, mempertajam aroma amis yang menyengat.
Tanpa ragu, Gu Yuena menurunkan pakaian dan menampakkan punggungnya yang ternodai oleh darah. Ia mempertahankan bagian depannya tertutup agar tidak membuat salah paham.
Pria itu mengerutkan kening ketika melihat punggung penuh darah itu. "Ini buruk."
"Apa tidak bisa?" Gu Yuena sedikit ragu. Mana ada kekuatan regenerasi seperti dalam karya fiksi dan game di dunia nyata?
"Bukannya tidak bisa. Tapi prosesnya akan sedikit menyakitkan." Masalahnya, luka itu terlalu dalam seperti sayatan ketika dalam pertempuran.
Mungkin karena kekebalan gadis ini yang tidak cukup menahan serangan senjata. Jika gadis ini tidak bisa menahannya, maka akan pingsan. Dia harus menunggu besok untuk mendapat informasi.
Gu Yuena mengangguk paham. "Tak apa, aku sudah biasa." Ia melirik anggur di atas meja, kemudian meraihnya. "Ini alasanku memintanya."
Pria itu tidak mengatakan apa pun lagi. Tangannya diliputi kabut hitam, sebelum akhirnya dialiri ke luka Gu Yuena yang tampak seperti sayatan cambuk.
Gu Yuena meneguk anggur langsung dari tempatnya. Begitu aliran hitam itu menyentuh luka yang berdarah, rasa sakit dan panas menjalar seperti api yang membakar seluruh tubuh. Rasa sakit itu menyebabkan Gu Yuena nyaris tidak bisa bertahan.
Ia menenggak anggur untuk menghilangkan kesadaran, dimaksudkan agar ia tidak perlu terlalu menderita kesakitan karena kesadaran yang teralih. Siapa sangka, ia akan mabuk lebih cepat dari dugaan.
Perlahan demi perlaham pembentukan qi tersebut berhasil memulihkan luka pada punggung Gu Yuena. Punggung yang semula terkelupas dan memiliki luka cambukan yang begitu dalam, kini pulih serta telah menumbuhkan kulit baru. Hanya tersisa bercak darah yang ditinggalkan.
Pria itu melihat ke arah langit gelap, kemudian melihat kembali ke arah perempuan yang tertunduk sambil memeluk seguci arak. Ia sepertinya tertidur karena mabuk.
Mengingat suasana kali ini—di mana terdapat seorang perempuan mabuk dengan pakaian setengah terbuka—ada baiknya jika ia keluar. Besok ia akan menginterogasi kembali.
"Sudah selesai?"
Suara serak itu terdengar sampai ke telinga pria yang baru saja akan keluar. Pria itu menoleh, melihat gadis yang belum ia ketahui namanya kini duduk tegak sambil memeluk seguci anggur.
Meski punggungnya sudah tertutup kembali, tetap saja pakaiannya sangat berantakan. Bahkan lapisan luar pakaiannya sudah jatuh bersama jubah.
"Aku pikir kau mabuk dan tidur." Tapi ternyata tidak. Pria itu bersyukur tidak perlu menunggu besok. Ia bisa kembali hari ini juga setelah mendapat inormasi.
"Apa kau tidak minum?" Gu Yuena bertanya dengan mada seraknya.
Pria itu menarik ucapannya ketika melihat wajah merah gadis mabuk itu. Gu Yuena menepuk meja di depannya, meminta pria itu datang. Ia menyodorkan seguci anggur yang masih belum tersentuh di meja untuk pria itu.
"Karena hari ini adalah hari terakhir kita bertemu, lebih baik sedikit merayakannya. Omong-omong, kau sangat tampan, aku menyukai wajahmu." Kemudian Gu Yuena menghela napas. "Sayangnya, mungkin aku akan lebih menyukaimu bila sikapmu tidak seperti itu."
Pria itu tetap tidak mengubah ekspresi. "Kau mabuk."
Gu Yuena menggeleng dengan cepat. "Aku tidak." Ia melihat pria itu dengan datar. "Hei, apa kau akan membiarkanku minum sendiri?"
Pria itu menghela napas dan duduk di depannya. Entah dorongan dari mana, ia membuka tutup guci anggur kemudian menenggaknya dengan cepat. Ia meletakkannya kembali dan menatap Gu Yuena tanpa ekspresi.
"Sudah?"
Gu Yuena tersenyum. Ia menopang kepalanya dengan kedua tangan, sambil melihat pria tampan di depannya dengan tatapan kagum.
"Jangan menatapku seperti itu." Pria itu protes.
Wajah Gu Yuena menjadi cemberut. "Jangan protes, aku sangat frustrasi."
"Kau masih marah pada Klan Ye?" Pria itu mencoba menebak.
Gu Yuena menggeleng. "Lebih dari itu. Aku tidak peduli pada Klan Ye atau si marga Ye itu, tapi aku lebih peduli pada diriku sendiri. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa sampai di sini. Apa yang harus kulakukan? Apa aku lari saja?"
Pria itu tidak memiliki tanggapan apa pun. Sejujurnya, ia tidak tahu cara membujuk seseorang yang frustrasi. Lagipula ia juga tidak perlu begitu peduli pada gadis aneh ini. Mereka hanya akan bertemu sekali.
Gu Yuena berdiri. Entah bagaimana tiba-tiba ia maju dan berdiri di depan pria itu. Ia sedikit membungkuk untuk melihat lebih dekat. "Entah kenapa aku merasa kau lebih menarik jika dilihat dari dekat."
"Bisakah tidak dekat-dekat?" Pria itu berusaha bicara sarkas, tapi suaranya justru menjadi rendah.
Gu Yuena tetap di tempatnya tanpa menanggapi. Ia justru berkata, "Cium aku."
"Kau ...."
"Nana ... Namaku Nana." Gu Yuena tersenyum. "Sekarang cium aku," ucap Gu Yuena.
Pria itu menatapnya tidak percaya. Perempuan ini benar-benar mabuk sampai kehilangan akal!
"Kau terlalu mabuk."
"Aku tidak mabuk." Gu Yuena membantah. Ia mendekatkan tubuhnya lebih dekat, lalu berkata, "Aku terlalu frustrasi."
Pria itu terdiam untuk beberapa waktu mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Tapi akal sehatnya semakin kacau ketika tubuh perempuan itu mulai berhimpitan padanya. Ia merasakan rasa panas menjalar di tubuhnya.
Pria itu meraih kedua bahu Gu Yuena, kemudian berdiri dan membawa perempuan itu ke atas meja. Karena kerahnya ditarik dan ia tidak bisa menolak, kedua bibir mereka menyatu dan bergerak dalam ******* yang dalam.
Rasa manis anggur di lidah Gu Yuena yang memabukkan membuat pria itu semakin mendalami lumatannya. Ia terbawa suasana, dan mengangkat kaki perempuan itu serta menekan tengkuknya. Ia bahkan tidak peduli akan guci anggur yang jatuh dari atas meja karena terdorong aktivitas mereka.
Karena meja itu terlalu kecil dan membuatnya tidak leluasa, ia membawa perempuan itu dengan mudahnya ke atas tempat tidur yang terpajang tak jauh dari tempatnya berada. Tatapannya bertemu pandang dengan Gu Yuena di bawahnya.
"Aku bukan seseorang yang akan berhenti di tengah-tengah jika melakukan sesuatu, jadi katakan dari sekarang jika ingin berhenti." Ia memberi pertimbangan sambil menahan rasa panas di tubuhnya.
Gu Yuena hanya melihatnya. Ia tersenyum, kemudian melingkarkan lengannya ke leher pria asing di depannya. "Kita tidak akan bertemu lagi, tak apa jika membuat sedikit kenangan."
Tidak ada lagi ketenangan di wajah tampan itu. Aroma anggur di tubuh perempuan itu begitu memabukkan, membuatnya tidak lagi dapat berhenti.
Malam itu akan menjadi cinta satu malam yang berkesan dan sulit dilupakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments