"Ya ampun, Roy! Kenapa harus bohong segala sih? Bikin masalah saja," gerutu Hermawan sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Ya... Habis mau gimana lagi? Kalau aku jujur, anak ku belum tentu mau menuruti keinginan ku. Jadi ya, terpaksa lah aku harus membohongi nya," tutur Roy.
"Hmmmm, iya juga sih," balas Hermawan membenarkan perkataan sahabat nya.
"Tapi, sampai kapan kita harus membohongi nya?" tanya Hermawan.
Roy terdiam sejenak. Ia memikirkan pertanyaan Hermawan yang mampu membuat nya pusing tujuh keliling. Setelah beberapa saat berpikir, ia pun menjawab...
"Sampai anak ku bisa mencintaimu sepenuh nya," jawab Roy.
"Loh, kok gitu? Itu sih pemaksaan nama nya. Kalau memang dia nggak mau menikah dengan ku, kenapa harus di paksa segala? Takut nya nanti dia depresi loh, gara-gara menikah dengan orang yang lebih dewasa seperti aku?" oceh Hermawan.
Ia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Roy, yang terlalu memaksakan kehendak nya kepada anak semata wayangnya tersebut.
"Nggak mungkin. Anak ku nggak mungkin depresi hanya karena menikah dengan lelaki dewasa seperti mu, percayalah!" balas Roy masih tetap kekeuh dengan keputusan nya.
Hermawan mengembuskan nafas kasar, lalu mengacak-acak rambut nya sendiri. Ia terlihat frustasi atas keinginan sahabat nya yang selalu saja memaksakan kehendaknya.
"Aku percayakan anakku pada mu, Her. Aku yakin, kamu pasti bisa menjaga nya. Dan aku juga yakin, kalian berdua pasti akan hidup bahagia selama nya." Roy merangkul pundak Hermawan dan tersenyum pada nya.
Hermawan hanya terdiam, ia tidak menjawab sepatah kata pun. Karena tidak ada respon dari sahabat nya, Roy pun kembali berceloteh.
"Kamu tidak usah khawatir, Her. Claudia itu anak yang baik dan juga penurut. Dia pasti akan menjadi istri yang baik untuk mu. Percayalah dengan kata-kata ku ini" jelas Roy masih terus berusaha meyakinkan Hermawan.
Lagi-lagi, Hermawan menghembuskan nafas kasar. Ia semakin bingung dengan keputusan yang menyangkut kehidupan nya kelak.
Setelah beberapa saat berpikir dan menimbang-nimbang, dengan berat hati akhirnya Hermawan pun memutuskan untuk menerima perjodohan itu.
"Oke lah, aku akan menuruti keinginan mu. Tapi ada syaratnya," ujar Hermawan.
Roy mengerutkan kening dan menatap wajah Hermawan dalam-dalam.
"Syarat? Syarat apaan sih? Kayak mau ngelamar kerja saja, pake acara syarat-syarat segala," gerutu Roy kesal.
Hermawan tersenyum miring melihat wajah masam Roy, yang terlihat lucu menurut pandangan nya.
"Udah, nggak usah ngedumel segala! Tinggal jawab saja, mau atau nggak? Kalau nggak ya sudah, nggak jadi nikah nya," ujar Hermawan santai.
"E e e e eh, jangan ngambek gitu dong! Masa udah bangkotan gini masih hobi ngambek sih? Bikin malu saja," ledek Roy.
Hermawan tidak menggubris ledekan sahabat resek nya. Ia masih saja memasang wajah jutek sambil mengisap rokok.
"Ya udah deh, aku ngalah aja, dari pada nggak jadi. Emang syaratnya apaan sih?" tanya Roy.
Hermawan langsung menoleh. Ia tersenyum miring melihat wajah Roy yang tampak sangat penasaran, dengan persyaratan yang akan ia ajukan.
"Syarat nya adalah, kalau dalam waktu satu tahun pernikahan, anak mu belum juga bisa menerima ku sebagai suami nya. Maka aku akan menceraikan nya, dan mengembalikan nya kepada mu. Gimana? Kamu setuju?" tanya Hermawan dengan wajah serius.
Mata Roy langsung terbelalak selebar-lebar ya. Ia tampak sangat terkejut mendengar penuturan Hermawan yang tidak masuk akal menurut nya.
"HAH, Gila kamu, Her! Masa semudah itu menceraikan anak ku? Yang bener aja dong!" umpat Roy kesal.
"Aku bukan gila, tapi aku juga tidak mau hidup bersama wanita yang sama sekali tidak mencintai ku."
"Aku tidak ingin menghabiskan sisa umur ku dengan orang yang tidak benar-benar menyayangi ku dari lubuk hati nya."
Roy kembali terdiam. Ia memandangi wajah Hermawan dengan tatapan yang sulit di jelaskan.
"Asal kamu ya, Roy. Aku juga ingin hidup bahagia dengan orang yang mau menerima ku apa ada nya, ngerti kan maksud ku?" jelas Hermawan panjang lebar.
"Iya, aku ngerti. Tapi kan..." ucapan Roy terpotong.
"Sudah lah, Roy! Jangan terlalu memaksa kan kehendak seperti itu. Lebih baik sekarang kamu pulang. Kamu tanya anak mu benar-benar. Mau atau tidak dia menikah dengan ku?"
"Kalau dia menolak, lebih baik tidak usah di paksakan lagi. Karena hubungan yang di awali dengan keterpaksaan, akan berakibat fatal nanti nya," tutur Hermawan.
"Hmmmm, bener juga sih. Oke lah, aku pulang sekarang. Aku akan tanyakan kembali pada nya tentang rencana kita ini." Roy mulai bangkit dari sofa, lalu menjabat tangan Hermawan dan kembali berkata...
"Oke, tapi ingat ya, jangan di paksa kalau dia tidak mau!" balas Hermawan dengan penuh peringatan.
"Iya iya, berisik banget sih!" jawab Roy sewot, lalu ia pun mulai melangkah kan kaki menuju pintu utama.
Hermawan mengekori dari belakang dan mengantar Roy sampai ke depan pintu. Setelah naik ke atas motor, Roy pun pamit sambil melambaikan tangan nya.
"Aku balek dulu ya, Her. Assalamualaikum," salam Roy.
"Ya, wa'laikum salam. Hati-hati di jalan," jawab Hermawan sambil membalas lambaian tangan sahabat nya.
Hermawan memandangi kepergian Roy dengan tatapan aneh. Ia menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan sahabat nya yang tidak pernah berubah sejak dahulu kala.
"Roy... Roy... Kamu memang tidak pernah berubah. Selalu saja memaksakan kehendak kepada orang lain," gumam Hermawan.
Setelah bayangan Roy hilang dari pandangan, Hermawan pun kembali masuk dan mengunci pintu. Ia merebahkan diri di atas sofa panjang lalu mengambil ponsel dari saku celana nya.
Lelaki itu tersenyum-senyum sendiri, saat memandangi foto Claudia yang di kirim oleh Roy beberapa hari yang lalu.
"Claudia Putri, kamu sangat cantik sekali. Jujur, sejak pertama kali melihat foto mu, aku sudah jatuh hati pada mu."
Hermawan mengelus-elus wajah gadis yang sudah berhasil membuat nya jatuh cinta. Ia terus saja tersenyum sambil menatap foto yang ada di layar ponsel nya.
"Claudia, aku berharap kau mau menerima perjodohan ini, dan menjadi pendamping hidup ku untuk selama nya," lanjut Hermawan penuh harap.
Hermawan mendekatkan ponsel itu ke bibir nya dan "cup," satu kecupan mesra pun mendarat di foto gadis berambut pirang tersebut.
Dengan hati berbunga-bunga yang bermekaran seperti taman kota, Hermawan pun mulai beranjak dari rebahan nya. Ia menapaki anak tangga untuk menuju ke lantai dua, tempat dimana kamar nya berada.
Sampai di kamar, lelaki itu pun merebahkan tubuh nya kembali dengan posisi telentang dan kaki yang menjuntai ke lantai. Ia menatap langit-langit kamar dengan pandangan menerawang.
"Claudia, i love you..."
Hermawan bergumam dengan senyum yang tidak pernah luntur dari bibir tipis nya.
🌺 Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca ya man teman, makasih 🌺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Om Rudi
lanjut
2023-03-19
2
Om Rudi
kebohongan sumber masalah
2023-03-19
1
Leo
lanjut Thor,, double up
2023-03-13
1