Bab 4

Mendengar ucapan asisten kepercayaan nya. Reyyan mendengus tidak percaya. Jika saja bukan Arkan, mungkin sudah dari tadi wajahnya babak belur.

Trak.

Reyyan meraih paper bag dan melemparnya dengan kasar ke hadapan Arkan.

"Jika kamu mau, ambilah. Singkirkan dari hadapan ku," ujarnya sebelum kembali bergelut dengan pekerjaan nya.

Arkan melihat paper bag lalu melihat atasannya kembali.

Tidak mau menganggu pekerjaan atasannya. Dan kembali mengadu mulut, yang tentu saja. Ia tidak menang,

Arkan meraih paper bag tersebut dan membawanya bersama nya kembali ke ruangan kerjanya. Yaitu ruangan sekretaris Reyyan Ferdinand yang berada tepat di depan ruangan ini.

Setelah kepergian Arkan dengan pintu yang sudah tertutup rapat.

Reyyan Ferdinand meletakkan pena di atas kertas di depannya. Lalu, menangkup wajahnya dengan kedua tangannya dan mendesah lelah di sana.

Hari ini pertemuan perjodohan yang kedua. Dimana semuanya ia batalkan. Atau lebih tepat, ia kabur.

Tapi tidak mungkin untuk besok. Ini tidak akan berakhir jika ia tidak mengalah kali ini.

Reyyan mendesah lelah. Karna dirinya baru saja di hubungi oleh kakek. Dalang dari pertemuan perjodohan yang sangat ia hindari, alias ia membenci itu.

Kakek Reyyan, Mr Ferdinand Frederick. Menghubungi Reyyan dengan segala ultimatum nya dia lempar untuk mengancam seorang Reyyan Zeki Ferdinand Frederick. Di mana darah pemberontakan mengalir dalam dirinya. Layaknya kakeknya, Mr Ferdinand Frederick.

Beberapa hari yang lalu di New Berlin, Jerman. Di perusahaan,

Terlihat pria paruh baya, yang masih terlihat segar dengan tubuhnya seperti atletis meski memegang satu tongkat. Sedang menatap memicing tajam ke pria jauh lebih muda dari dirinya. Di balik meja kerja serta bergelut mesra dengan berkas berkas di hadapannya.

Pria paruh baya tersebut duduk di sofa besar yang berada di ruangan tersebut. Di mana dulunya ini ruangannya. Sebelum ia mewariskannya ke cucu laknatnya itu.

Lihat? Bagaimana terampilnya dia dalam mengacuhkan dan mengabaikan kakeknya ini.

'Aku harap dia tidak lupa. Kalau gen yang dia dapat itu dariku,'

Mendesah. Itulah yang terus ia lakukan selama beberapa menit lalu ia tiba di sini.

"Aku sudah yakin kamu memang butuh seorang wanita." Untuk mengurus mu. Lihatlah cara kerjamu benar benar gila. Tidak pagi tidak malam. Dia gila kerja. Aku aja tidak seperti itu dulu.

"Kakek benar dan aku bisa mendapatkan mereka dengan mudah." Jawabnya sopan tanpa melihat lawan bicara.

"Berhenti bermain main Reyyan Ferdinand! Kamu butuh keturunan."

"Aku atau kakek!?"

Ckck...

Mr. Ferdinand nama itulah yang sering di sapa. Mendecak geram ke cucu yang berada di depannya sekarang.

"Mungkin iya umurmu masih bisa menikah 10 atau 12 tahun ke depan. Tapi tidakkah kamu sayang ke pria tua ini! Yang ingin menimbang seorang bayi." memilih tidak peduli dan menguntungkan isi keinginan nya.

"Ayolah kek...! Kakek bisa menikah lagi. Tidak ada yang melarang kakek di sini. Kakek tahu!" Kali pria tersebut menyadarkan punggungnya ke sandaran kursi. Menatap kakeknya dan tersenyum geli.

'Cucu laknat.' Geramnya di dalam hati.

Ingin sekali ia melempar pas bunga kecil ini ke kepalanya yang keras itu.

Ia bangkit berdiri.

"Kosongkan jadwal mu dan datanglah ke tempat yang tertulis di sana. Atau kakek yang akan menyeret mu ke sana," Pria tua tersebut melempar secarik kertas ke atas meja kaca di depannya. Sembari bangkit berdiri.

Pria bernama Reyyan tersebut terkekeh geli.

"Apa ini ancaman! Kakek tahu itu tidak mempan untukku,"

"Mari kita lihat. Dan selanjutnya jangan salahkan kakekmu ini. Jika tiba tiba kamu terbangun di pagi hari. Ada calon istrimu seranjang denganmu. Lengkap dengan beberapa kamera yang siap mengabadikan gambar kalian."

Reyyan mengangguk angguk mengerti. Namun tidak peduli. Ia menarik ujung bibirnya membentuk senyum keji.

"Sejauh ini aku selalu berhasil melarikan diri dari papi dan mami, kek! Mari kita lihat, "

Perjodohan? Pernikahan!Persetan. Ia tidak suka keduanya. Hidup di kekang. Bukanlah dirinya.

"Cucu laknat! Aku sumpahi kamu jatuh cinta ke seorang gadis hingga membuatmu rela mati untuknya," Umpat pria tua tersebut sebelum melenggang pergi dari ruangan yang berdomisili hitam tersebut.

"Oh terima kasih kek. Tapi itu tidak akan terjadi. Kakek tidak perlu khawatir." Balas Reyyan yang semakin membuat sang kakek geram.

Cinta? Aku tidak akan jatuh untuk itu. Di perbudak olehnya? Itu bukan diriku. Aku yang mengendalikan wanita dan aku tidak butuh kata cinta itu.

Lihat saja banyak pria dan juga wanita yang tergila gila bahkan rela mengemis ke pasangannya karna berhasil di perbudak oleh kata yang namanya 'cinta'. Tersebut.

Contoh yang dekat. Deniz. Bagaimana dia di perbudak oleh kata CINTA tersebut. Mereka pasangan gila.

Tidur dengan wanita tidak dibutuhkan kata tersebut. Camkan itu. Begitu juga untuk membuat anak keturunannya, Yang ia butuhkan adalah pantas atau tidaknya dia untuk mengandung anaknya dan sejauh ini belum ada yang pantas layaknya Ayla Beyza Princessa Okan Gokhan Emre. Baby Nya.

Mengingat hal itu tiba tiba pandangan Reyyan menjadi kosong.

Kedua manik matanya menatap lurus ke depan tajam dan dingin namun tidak dengan isi kepalanya karna yang ada di sana adalah dua sosok anak kecil yang senang bergerilya di otaknya bahkan di saat ia bekerja.

Ia menyungging senyum tipis. Derya dan Zenia. Ya. Dua bocah yang berhasil mencuri hati dan perhatiannya.

Melihat mereka. Ia ingin cepat cepat punya anak namun tidak ada wanita yang cocok untuknya.

Wanita yang di ajukan Deniz? 1 di antara 3 sama sekali bukan tipenya dan 2 lain. Hanya cocok untuk jadi kekasih sementaranya bukan untuk istri yang mengandung anaknya keturunan Flederick.

Reyyan mendesah lalu melihat jam tangannya. Yang ternyata lamunannya sudah membawanya ke gelap malam tanpa ia sadari.

Reyyan kembali melanjutkan pekerjaan dan terhenti saat suara handphone nya bergetar nyaring di dekatnya.

*****

Terlihat sebuah gedung apartemen yang tidak bisa di katakan bagus. Dan tidak pula bisa di katakan buruk. Mungkin kata sederhana sangatlah cocok. Apalagi dengan isi saldo yang di miliki oleh seorang Alya Sadira.

"Aku benar benar dalam masalah sekarang," keluh Alya yang baru saja keluar dari kamar mandi dan sedang mengeringkan rambutnya yang basah. Menggunakan handuk putih berbentuk persegi panjang dengan ukuran kecil.

Alya sudah berganti pakaian ke baju piyama. Piyama berbahan sutra halus, warna salem, berlengan panjang dan berkaki panjang.

Ia baru saja menyegarkan tubuhnya terlebih-lebih pikiran nya. Dari segala masalah dan pekerjaan nya yang sangat melelahkan.

Tadinya ia menghubungi Liana untuk minta izin buat bolos kerja. Yang ada dirinya bukan mendapatkan izin malah mendapatkan rentetan omelan Liana. Lalu ia langsung di suguhkan dengan tumpukan berkas yang entah dari mana datangnya.

And,

'Beginilah sekarang diriku, tubuh rasanya mau remuk saja,'

"Hahh," Desah lelah Alya begitu merebahkan tubuhnya setengah berbaring ke sofa di ruang tamu apartemen nya.

Alya kembali memikirkan dirinya yang akan masuk kantor besok. Dengan Calia dan Rendra juga ada di sana mulai besok.

Aku hanya belum siap untuk bertemu mereka. Tentu saja dengan berbagai alasan.

'Calia tentu tidak akan meninggalkan kesempatan untuk mengejekku. Dan Rendra, hati dan perasaan ku belum siap untuk bertemu,'

"Seharusnya aku sudah memikirkan ini dari awal sebelum bertindak. Lagian siapa yang tahu masa depan sih!" gerutu Alya kesal ke dirinya sendiri.

Ting

Tong

Suara bel pintu yang terdengar sontak membuat kepala Alya memutar otomatis melihat ke pintu di belakang nya.

'Ini sudah larut malam, siapa sih!' batinnya setelah melihat jam di dinding tepat di hadapan nya.

Alya bangkit berdiri dan melangkahkan ke arah pintu.

Tidak bisa Alya pungkiri, kalau entah kenapa firasatnya tidak bagus untuk ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!