Bab 3

Mengatupkan bibirnya. Alya bangkit berdiri tanpa melihat siapa pria di hadapannya.

"Kau benar benar memalukan Alya!" Ejek Calia sebelum berlalu dari sana.

Alya hanya menatap punggung Calia yang menjauh. Tanpa bisa membalas ejekan wanita itu.

Lagian ia sendiri yang salah. Kenapa ia harus ngaku ngaku yang nggak nggak.

Menghela nafas lelah. Alya Meraih tasnya dan sekilas melihat pria. Yang ia ngaku ngaku sebagai pria yang di jodohkan untuknya.

Menyampirkan tas di bahunya. Alya berbalik dan berjalan menyusul Rendra.

"Pria dingin dan sombong. Apa susah nya sih! Mengaku sebentar. Lagian aku tidak jelek jelek amat buat jadi pasangan dia sebentar! Aku yakin sifatnya juga angkuh." Rutuk Alya dalam perjalanan nya menyusul Rendra.

Pria itu melihat jam tangannya. Beberapa detik kemudian dia bangkit berdiri dan berjalan ke meja kasir.

"Maaf sir! Anda meninggalkan barang anda," seorang pelayan pria mendekat ke pria tersebut dan memberinya paper bag yang di bawa Alya.

Melihat bingung ke paper bag yang di sodorkan ke arahnya. Pria tersebut melihat ke arah tempat duduknya tadi.

"Tapi itu bukan punyaku," jawabnya cepat dengan wajah datar.

"Benarkah? Tapi pelanggan di sana bilang, ini milik anda dari kekasih anda."

Pria tersebut sontak melihat ke seorang wanita paruh bawa yang di maksud pelayan tersebut. Dan meja dia bersebelahan dengan mejanya. Mungkin wanita paruh baya itu melihat adegan bodoh tadi.

Tidak mau berdebat. Pria tersebut mengangguk dan meraih paper bag tersebut dengan malas. Setelah membayar tagihan nya. Dia pun keluar dari cafe tersebut dengan dua tentengan. Satu tas laptop nya dan satu lagi paper bag.

Sampai di mobilnya dengan merek BMW hitam. Ia membuka pintu belakang dan melempar paper bag tersebut dengan kasar.

"Wanita bodoh," Ujarnya dingin.

Sebentar pria itu melihat ke spion mobilnya sebelah kanan. sebelum berlalu dari sana.

"Dia berani mencari gara gara denganku. Artinya dia sendiri yang cari mati," Ujarnya.

❤️❤️❤️❤️❤️

"Jadi... Selama ini... Kau tahu? A-aku.. Menyukaimu?" Suara Alya yang terbata menatap melihat wajah Rendra di hadapan nya. Dengan hatinya yang teriris sakit karna pengakuan pria ini.

Rendra mengakui kalau dia mengetahui perasaan Alya padanya. Dan menyuruh Alya untuk berhenti melakukan itu. Karna dia tidak menyukai Alya dan dia hanya mencintai Calia. Karna memikirkan perasaan Alya. Dia merahasiakan hubungan nya dengan Calia karna tidak mau Alya terluka.

Dan itu juga Rendra lakukan atas permintaan Calia.

Alya melihat ke segala arah yang bisa di lihat di sana. Untuk mereda air matanya yang mau jatuh. Ia tidak mau nangis di sini. Lebih lebih di hadapan Rendra.

"Itu sama sekali tidak penting sekarang Alya! karna aku memanggil mu ke sini bukan untuk itu. Melainkan untuk pria yang kamu akui sebagai calon tunangan mu di dalam sana. Kamu sadar tadi dengan apa yang kamu lakukan Alya? selain itu untuk membuat dirimu sendiri malu di hadapan Calia," Ujarnya sinis dan dingin Rendra kembali menyita perhatian Alya.

Alya menulikan telinganya dengan ucapan Rendra yang lain. Dirinya hanya fokus pada ucapan Rendra. ' Sama sekali tidak penting,'

"Maksud mu... Perasaan ku padamu sama sekali tidak penting?" Suara Alya yang tercekat dalam bertanya, karna cekraman sakit di hatinya.

Rendra diam menatap Alya. Dan dengan wajah dingin dan datarnya. Rendra menjawab,

"Ya, sama sekali tidak penting. Tadi kau sadar siapa pria ya...."

"Diam,"

"Alya! Dengarkan aku, sekarang itu sama sekali tidak penting. Kamu! pria tadi..."

"Aku bilang hentikan!" Alya berteriak tidak mau mendengar suara Rendra lagi. Bahkan itu semakin membuat hatinya sakit.

Alya yang tidak bisa menahan rasa sakit dan sesak di dadanya. Langsung menangis tanpa peduli keberadaan Rendra di sana.

"Bahkan tangis mu sekarang ini tidak berguna Alya!" Bentak Rendra kasar tanpa peduli tangisan Alya.

Sungguh, baginya ia sudah menganggap gadis ini seperti adik kecilnya. Tapi rasa suka yang dia miliki padanya. Membuat semua menjadi kacau. Ia harus menguburkan cita citanya. Jauh dari keluarga untuk menghindari nya.

"Alya! Kau sadar? Pria yang kamu akui tadi siapa?" Rendra bertanya dengan nada marah.

"...."

Rendra mengerang sebelum kembali melanjutkan ucapannya.

"Dia! Reyyan Ferdinand dari Keluarga Flederick. Dia CEO The Emerald Internasional Company Group, Alya!" Teriak Rendra emosi di ujung kalimat.

Ya, The Emerald Internasional Company Group. The Emerald Group merupakan nama sendiri perusahaan raksasa mereka. Sedangkan Flederick Group, di ambil dari nama belakang Mr Ferdinand yang sudah pensiun. Merupakan nama Group keluarga dalam bisnis mereka di seluruh dunia.

Setelah Mr Ferdinand memilih pensiun di usia yang masih sangat muda untuk seorang pebisnis. Kepemimpinan 2 Group di pegang oleh seorang Reyyan Zeki Ferdinand.

Selama dia menjabat sebagai CEO the Emerald Group dan memimpin Flederick Group. Banyak perusahaan yang tumbang karena nya. Dan banyak perusahaan besar yang pria itu akuisisi. Hingga membuatnya masuk ke dalam daftar 10 orang terkaya di benua Eropa tersebut.

Bahkan perusahaan mereka yang memproduksi makanan dan minuman ringan. Sudah pria ini akuisisi dan menjadikan miliknya. Perusahaan mereka termasuk salah satu dari tiga produsen coklat terbaik di negara ini, Turki.

Dan alasan dia mengakuisi perusahaan ini adalah. Karna ibunya menyukai coklat buatan perusahaan ini. Karna hal itu harus menjadi miliknya.

Perjodohan, dia pria yang tidak suka terikat apalagi menjalani hubungan dari perjodohan. Berita itu sudah tersebar di kalangan para pengusaha dan tidak ada yang berani bagi mereka untuk menawari atau mensponsori putri atau keponakan mereka. Untuk di jadikan istrinya.

Dan sekarang. Seorang Alya yang gadis biasa mengaku ngaku sebagai orang yang di jodohkan untuknya.

Alya sontak saja melihat Rendra dengan wajahnya yang di penuhi air mata.

'A... Apa?'

"Kenapa? kamu baru sadar sekarang?perjodohan? Alya! dia pria yang tidak mengenal kata itu!" Suara Rendra yang sudah lembut karna frustasi.

Flashback off.

❤️❤️❤️❤️❤️

"Hah," Alya mendesah.

"Aku dalam masalah sekarang,"

Dan di sini lah ia sekarang. Menyeret tubuh yang lelah karna serangan pekerjaan.

Hari yang ia pikirkan akan menjadi awal dari kebahagiaannya hari ini.

Dimana Hari yang di penuhi dengan kisah penuh warna bagi sepasang kekasih. Karna hari Valentine.

Tapi baginya hari ini menjadi warna kelam. Sekelam langit malam yang tanpa berbintang di atas kepalanya.

Alya menatap ke langit.

Menarik nafas dan berujar lemas.

"Bahkan satu bintang pun tidak ada," paling tidak untuk menghiburnya.

"Hah," Alya menghela nafas.

"Ternyata mengetahui lebih menyakitkan daripada tidak tahu sama sekali," ucap Alya ke dirinya sendiri.

Langkahnya berhenti dan menatap gedung apartemen di depannya.

Ia tinggal di gedung apartemen yang tidak jaun dari jalan besar. Sehingga begitu ia turun taksi. Ia bisa berjalan sedikit ke dalam. Memasuki kawasan tempat tinggalnya. Karna biaya sewanya juga murah dan sangat cocok dengan saldo rekening nya setiap bulan.

Ting...

Pintu lift tertutup. Membawa Alya ke lantai, di mana dirinya tinggal.

Lantai 12. Di situlah kediaman Alya.

Cklek.

Membuka pintu apartemen nya dan segera masuk ke dalam.

"Rumah memang yang terbaik." Ujarnya.

Menarik nafas, menghelanya. Itulah yang terus Alya lakukan beberapa kali.

Ia tidak mau mengingatnya lagi. Rasanya ia mau menghapus nya. Layaknya seseorang yang terkena amnesia akut.

Akan tetapi, ingatan ingatan itu terus muncul di pikiran nya. Layaknya film layar lebar yang muncul di dalam kepalanya. Dimana adegan setiap adegan akan di tampilkan.

"Hah," Desahnya frustasi.

Detik berikutnya.

Alya meloncat duduk dari rebahan nya. Saat ingatan sesuatu muncul di Pikirannya. Tentu saja selain dari hatinya yang patah. Kesialan juga menimpanya, lebih tepat kekonyolan yang membuatnya tidak tahu malu.

Kekhawatiran dan kecemasan tentu saja menyerangnya. Dimana Ia yang tiba tiba mengaku ikut perjodohan dan pria tadi adalah pria yang di jodohkan dengannya.

"Wanita itu tidak akan membuat masalah denganku besok kan?" Karna tadi Calia tidak di kantor.

Alya sudah dengan mudah melupakan inti masalahnya yang sebenarnya. Dimana dia sudah berani bermain main dengan pria yang tidak seharusnya dia sentuh sama sekali.

"Melihat sifat dia itu, tidak mungkin akan baik baik saja," gerutu Alya.

"Dia tentu sudah menyiapkan puluhan pertanyaan dan puluhan kata ejekan untukku bukan?" Alya terus berbicara sendiri.

"Lalu, dari puluhan wanita di dunia ini. Kenapa dia memilih wanita itu? Kenapa dia menyukai wanita itu? Kenapa dia... Aish," Alya menendang nendang kakinya tidak tentu arah.

Dan tentu yang pasti. Dalam dua hari ini ia tidak bertemu dengan wanita itu. Karna dia ada tugas di luar. Dan Rendra harus ke pabrik untuk pengecekan.

Dan besok, keduanya akan masuk.

"Dia tentu pasti akan mengejekku! dia tidak akan meninggalkan kesempatan!"

"Mana mungkin coba ada yang percaya. Tiba tiba ada pria yang di jodohkan denganku dan pria itu pun... Argh... " Alya mengerang frustasi sembari kedua tangannya menjambak rambut nya yang panjang. Saat baru teringat kembali. Inti masalahnya yang sebenarnya.

"Ternyata aku tidak punya waktu untuk memikirkan hatiku,"

"Patah hati? Yang ada kamu sangat memalukan Alya Sadira," Gerutu Alya mengumpat dirinya sendiri.

Ia sadar. Pria itu bukanlah pria sembarangan. Dia, pria yang terkenal berdarah dingin dan juga pemain wanita. Siapa yang tidak kenal dia. Mendengar namanya saja sudah merinding. Dan tadi ia dengan berani berani mengaku ngaku pasangan dia. Ia benar benar,

Di pikir beberapa kali pun. Aku benar benar sudah gila.

❤️❤️❤️❤️❤️

Ya, pria itu adalah Reyyan Zeki Ferdinand. Dari keturunan Flederick Group atau lebih di kenal dengan nama Reyyan Ferdinand.

Auranya yang dingin dan kejam. Tidak luput dari ketampanan nya. Tampan tapi mengerikan. Dua kata itulah dalam menilainya.

Begitu juga yang terlihat sekarang. Saat bokong nya mendarat di kursi kerjanya. Dan dengan tumpukan berkas di hadapannya.

Tok.

Tok.

Seseorang dari luar pintu kerjanya mengetuk. Meminta izin untuk masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Masuk," instruksi nya tanpa melihat ke pintu.

Ckleck.

Pintu terbuka.

Arlan. Asisten pribadi Reyyan yang umurnya masih sangat muda masuk ke dalam. Dengan menenteng satu paper bag di tangannya.

"Tuan ini," Tak,

Arlan meletakkan di atas meja paper bag yang dia bawa. Tepat di depan mata Reyyan dan di depan pekerjaan Reyyan.

Reyyan melihat paper bag lalu melihat Arlan.

'Bukankah ini paper bag yang aku bawa?'

"Apa ini?"

"Anda meninggalkan nya di mobil, Tuan! Jadi saya membawanya kemari,"

Reyyan menghela nafas lelah.

"Lebih tepat aku membuangnya Arlan! Singkirkan dari ku," Ujarnya dingin.

Arlan melihat paper bag di depannya lalu melihat Reyyan.

"Anda tidak mau melihatnya dulu? Seperti nya itu hadiah Valentine, "

Reyyan melihat Arlan.

"Lalu?" Tanyanya tidak peduli.

"Anda harus menghargai pemberian. Minimal anda harus mencobanya sedikit," Ujarnya tanpa rasa takut.

Di antara beberapa asisten Reyyan. Hanya Arlan lah yang berani membantah dan memarahi Reyyan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!