Episode 4 - Hari Kelulusan

11 Mei 2018

[Pengumuman Kelulusan]

Waktu berlalu, membawa Sasa ke titik peralihan dewasa yang sebenarnya. Menuju ke usia hendak kepala 2.

Waktu ujian berganti dengan pengumuman kelulusan, menandakan bahwa setelah ini ada jalan panjang yang bernama kuliah.

Sasa asik duduk di bawah pohon dengan komik kesukaannya, ia lalu memutar musik favoritnya.

Hembusan angin membuatnya mengabaikan suara toa untuk berkumpul. Hampir seluruh murid telah berada di lapangan, sedangkan Sasa, masih duduk di bawah pohon.

"SEKALI LAGI, SEMUA KELAS 3, A SAMPAI F, KUMPUL DI LAPANGAN UNTUK MENDENGARKAN INFO PENGUMUMAN KELULUSAN!"

Suara itu beberapa kali terdengar, hingga pada saat semua orang sudah berkumpul, gadis manis bernama Sasa itu berjalan gontai di barisan belakang, menembus barisan rapi siswa lain.

"Eh, KAMU!" tunjuk Pak Burhan.

Sasa terus melangkah tanpa mendengarkan panggilan itu.

"KAMU, BERHENTI, YANG JALAN ITU, IYA KAMU!"

Semua mata menyorot Sasa.

Sasa berhenti melangkah dan menatap datar ke arah Pak Burhan.

"KAN SAYA SUDAH SERING BILANG, BERHENTI NGELIATIN SAYA KAYA GITU! Ayo masuk ke barisan!" sorak Pak Burhan dengan mic itu.

Sasa hanya diam, dia lalu kembali ke barisan sesuai kelasnya.

"YASUDAH, KARENA SEMUA SUDAH KUMPUL, KITA MULAI SAJA!"

Semua murid mendengarkan dengan seksama.

"Assalamualaikum, saya ucapkan terima kasih atas usaha dan kerja keras semua siswa siswi SMA 3 Karya Bangsa,"

"Tepuk tangan untuk kita semua,"

[SUARA TEPUKAN TANGAN]

"Terima kasih," ujar Pak Burhan.

"Lanjut, semoga apa yang diharapkan akan jadi hasil yang tertera di kertas ijazah kalian,"

"AMIN..." sahut semua siswa.

Sementar Pak Burhan asik mengoceh di depan, Sasa memilih untuk jongkok di bagian belakang barisan dengan mendengarkan music.

"Untuk mempersingkat waktu, bapak akan bacakan 3 juara dengan nilai yang memuaskan sekali,"

Semua murid kecuali Sasa nampak antusias akan hal ini.

"Juara 3, diberikan kepada Gazella Deora Fraxsanda, dengan nilai rata-rata UN, 92,67."

Semua siswa bertepuk tangan diikuti dengan majunya siswa bernama Gazella itu.

"Iya, silahkan Gazella," ujar beberapa guru sembari memasangkan medali dan memberikan sertifikat.

"Lanjut, kedua, peringkat ini dibawa pulang oleh Arion Zakari, dengan nilai rata-rata 94,56."

Hal yang sama dilakukan guru kepada Arion, pemberian medali dan sertifikat.

Sasa yang tahu bahwa tidak akan ada namanya itu hanya diam di belakang, merasa sangat bosan sekali.

"Dan, tibalah kita di puncak juara hari ini,"

"Dengan nilai terbaik, rata-rata 98,78, nyaris sempurna,"

Mata semua murid nampak terperanga mendengar itu, mereka menerka siapa wajah dibalik kesuksesan ujian itu.

"Dia adalah Abraham Glanelio,"

Semua murid bertepuk tangan melihat ke arah pria itu.

"Untuk sekedar diketahui, Abraham juga selaku pemegang juara umum tahun ini,"

"Beri A+ untuk 3 teman kita, dan untuk kita semua...."

"KITA GIMANA PAK?!!" tanya siswa lain.

"UNTUK YANG LAIN, BISA LIHAT NAMA KALIAN DI MADING DEKAT UKS, SILAHKAN...."

"Sekali lagi, bapak ucapkan selamat..."

Tanpa melihat wajah pemenang itu, Sasa melangkah ke kelas bersamaan dengan murid lain yang berlari menuju mading.

Tidak seperti yang lain, Sasa malah berjalan melewati mading tanpa penasaran bagaimana status kelulusannya.

Ia berjalan ke kelas dan segera keluar dengan membawa tas. Tanpa melihat pengumuman, ia lalu berjalan menuju gerbang.

Baru beberapa langkah, ia dihentikan oleh suara yang familiar.

"SASA...."

Sasa lalu menoleh ke sumber suara itu.

"Bu Renita..."

Renita berjalan ke arah Sasa dan tersenyum lebar.

"Kenapa senyum Bu?" tanya Sasa datar.

Renita lalu kembali tersenyum dan memeluk gadis manis itu.

Sasa yang masih syok, tak membalas pelukan Renita. Ia hanya membiarkan Renita memeluknya.

"Ibu bangga sama kamu," ujar Renita melepas pelukannya.

"Bangga?" tanya Sasa dengan raut bingung.

"Iya, bangga! kamu udah berhasil buktiin sama kepala sekolah bahwa kamu bisa berubah,"

"Maksudnya Bu?" tanya Sasa lagi.

"Sebentar, jangan bilang kamu ga liat mading?!" tanya Renita.

"Nggak." Jawab Sasa datar.

"Ya ampunnnnn, Sasa... kenapa ga liat? itu kan pengumuman penting,"

"Maaf Bu, lulus atau enggaknya saya ga akan pernah ngebalikin Mama ke bumi lagi, semua kebahagian saya akan tetap pudar."

Renita seketika terenyuh mendengar perkataan Sasa. Ia lalu memegang pundak Sasa dan tersenyum.

"Nilai kamu baik, dan berita terbarunya kamu dapat tawaran masuk tanpa tes di Universitas Grellya Budaya ,"

"Kamu ambil ya," ujar Renita sangat bersemangat.

"Maaf Bu, saya belum mau lanjut..."

Sasa lalu melepaskan tangan Renita dari pundaknya.

"Tapi, ini kesempatan baik buat kamu," ujar Renita lagi.

"...Saya belom berminat, Bu." Jawab Sasa.

"Itu semua karena usaha kamu, tiket beasiswa nya berlaku 2 tahun,"

"Jadi, kamu bisa pikirin ini untuk beberapa tahun ke depan..." ujar Renita lagi.

Sasa hanya mengangguk tanpa menyimak betul ucapan Renita. Ia seolah jadi orang yang memang tidak akan berubah keputusan sampai akhir.

"Makasi ya Bu, saya mau pulang dulu." Ujar Sasa swmbari salam.

"Kamu serius gamau liat mading dulu?" tanya Renita.

"Gausah Bu," Sasa lalu melangkah pergi.

"Hati-hati, Sa." Ujar Renita yang dibalas lambaian tangan oleh Sasa.

Renita lalu menarik nafas atas keputusan Sasa. Ia sedikit kecewa dengan apa yang Sasa pilih.

"Anak kamu emang sangat keras Ze," lirihnya sembari menatap punggung Sasa yang semakin menghilang.

"Bundaa!!!" sorak seorang pria di belakang Renita.

"Eh..." ujar Renita yang hendak mengenalkan Sasa dengan putranya itu. Namun, Sasa keburu menghilang dari pandangannya.

"Bunda lagi ngobrol sama siapa?" tanya pria itu.

"Sama anak alm. sahabat bunda..."

"Alm.? dia anak piatu ya Bunda?"

"Yatim piatu..." tambah Renita sembari mengajak putranya pergi.

"Kasian ya Bunda, aku mau jadi temennya..." ujar pria itu.

"Kapan-kapan kita makan malem bertiga ya," ujar Renita yang diiyakan oleh anaknya itu.

"Biar kamu kenal sama dia," tambah Renita lagi.

***

Seperti biasa, Sasa pulang dengan bus dan segera turun untuk berjalan kaki menuju rumahnya.

Ia lalu masuk ke gerbang dan segera membuka pintu. Baru saja masuk, sosok Mbok Ira sudah berada di depannya. Mbok Ira tersenyum lebar seolah menyambut kelulusan Sasa.

"Hai Mysa..." sembari tersenyum lebar.

"Kenapa senyum Mbok?" tanya Sasa spontan.

"Mysa ayo duduk dulu," sembari menggiring Sasa ke meja makan.

Sasa yang heran itu terpaksa harus menuju meja makan. Ia melihat sudah banyak makanan tersaji di sana. Di salah satu makanan, ada tulisan 'Graduation Mysa'

Sasa seketika menatap ke Mbok Ira yang berada di sampingnya.

"Ini, Mbok siapin khusus untuk menyambut kelulusan Mysa..." ujar Mbok Ira.

Sasa masih diam, ia hanya duduk di kursi itu bersamaan dengan Mbok Ira yang menyiapkan piring.

"Mbok juga masakin kesukaan Mysa, sup ceker pedas medium, karena kalau kepedesan lambung Mysa bisa sakit..." jelas Mbok Ira.

Dari sekian banyak makanan, mata Sasa tertuju pada tulisan bahasa inggris itu. Ia merasa lucu dan heran kenapa Mbok Ira bisa menjadi gen Z.

"Makasi Mbok, tapi ini siapa yang buat tulisannya?" tanya Sasa menunjuk nasi bertuliskan 'Graduation Mysa' itu.

"Hehe, tulisan itu anak bapak Diki yang buat Mysa." Ujarnya lagi.

"Hahah," Sasa lalu terkekeh dengan kelakuan Mbok Ira.

"Iya, ini biar Mysa senang." Ujarnya lagi.

Sasa hanya bisa geleng kepala dan berterima kasih atas persiapan ini. Ia kian lama makin senang dengan keberadaan Mbok Ira. Merasa memiliki bude di rumah ini.

"Ayo, makan Mysa," Ujar Mbok Ira menuangkan nasi.

Mbok Ira lalu menuangkan minum dan bermaksud pergi ke dapur.

"Silahkan makan, Mbok ke dapur dulu," ujar Mbok Ira berlalu pergi.

Sasa yang merasa sepi sekali jika harus menghabiskan ini sendiri itu memilih makan bersama Mbok Ira.

"Eh, Mbok!!?" sorak Sasa menghentikan langkah Mbok Ira.

"Iya, kenapa Mysa?" tanya Mbok Ira kembali mendekat ke Sasa.

"Duduk Mbok, kita makan bareng." Ajak Sasa sembari mempersilahkan Mbok Ira untuk duduk.

"Saya ga enak, Mysa makan aja, gapapa." Ujar Mbok Ira.

"Saya bisa kembung dong kalau harus habisin ini semua," celetuk Sasa.

"Duduk Mbok," ujar Sasa lagi.

"Beneran gapapa Mysa?" tanya Mbok Ira lagi.

"Gapapa, makan bareng saya," ujar Sasa memberikan piring.

Mbok Ira lalu duduk dan mengambil piring yang diberikan oleh Sasa.

"Ambil nasinya Mbok," ujar Sasa.

Mbok Ira sedikit sungkan dan segan akan perilaku Sasa. Tapi, ia tetap menemani Sasa makan di meja makan.

"Maaf ya Mysa, ini si Mbok sebenernya sungkan," celetuk Mbok Ira.

"Gausah segan Mbok, santai aja." Ujar Sasa sembari ikut mengambil lauk.

Mbok Ira lalu mengambil beberapa lauk yang ada di meja dan menuang air untuk dirinya.

"Yuk, makan Mbok," ujar Sasa yang sembari menyuap nasi.

"Iya, Mysa." Mbok Ira pun melahap makanan itu.

Mereka berdua pun makan sembari sesekali bercengkrama perihal masa lalu Mbok Ira. Masa lalu yang bahkan sudah lebih dari lima puluh kali Sasa dengar selama Mbok Ira bekerja di sini.

"Gimana Mysa, sekolahnya tadi aman?" tanya Mbok Ira.

"Aman Mbok," jawab Sasa seadanya.

"Mbok jadi inget alm. anak Mbok yang seumuran kamu," jelas Mbok Ira.

"Fani ya Mbok?" tanya Sasa yang sudah hafal jalan ceritanya.

"Iya," ujar Mbok Ira sedih.

"Kehilangan itu pasti dialamin sama semua orang Mbok, siap atau enggak, sekarang atau besok," jelas Sasa.

"Sama kayak saya pas kehilangan Mama, yang jelas semua pasti akan terjadi." Jelas Sasa lagi.

"Iya, sampai sekarang Mbok masih sering ke inget Fani," jelas Mbok Ira.

"Fani pasti ga pengen liat Mbok sedih, ayo tambah lagi makannya..." ujar Sasa sembari menyodorkan nasi.

Mbok Ira nampak tersenyum kembali sembari mengusap beberapa butir air mata di ujung kelopak.

Dalam hati Sasa serasa tersayat saat ia harus mengatakan beberapa kalimat tadi. Kalimat yang menyatakan bahwa setiap orang pasti akan kehilangan.

Kalimat yang memaksa seseorang untuk ikhlas, padahal dirinya sendiri tidak bertemu dengan kalimat itu sejak 2016.

Ia hanya pandai menjadi penasehat untuk orang lain, tapi menjadi orang yang buta huruf untuk dirinya sendiri.

Episodes
1 Prolog - Sepenggal Kisah
2 Episode 1 - Pemakaman Zena
3 Episode 2 - Awal Mula Dendam
4 Episode 3 - Sedan Hitam?
5 Episode 4 - Hari Kelulusan
6 Episode 5 - Kenalin, Gua Bara!
7 Episode 6 - Menemukan Niat Kuliah
8 Episode 7 - Persiapan Masuk Kuliah
9 Episode 8 - OSPEK
10 Episode 9 - Gerbang Kanan
11 Episode 10 - List Puzzles
12 Episode 11 - Fakta Soal Zean
13 Episode 12 - Makan Bersama di Rumah Zean
14 Episode 13 - Kado Mini untuk Sasa
15 Episode 14 - Ternyata Pemilik Sedan Hitam itu....
16 Episode 15 - Dihadang Ghare
17 Episode 16 - Zean Vs Ghare
18 Episode 17 - Renita di ICU
19 Episode 18 - Makan Bersama Bara
20 Episode 19 - Kembali ke Hotel Gloubel
21 Episode 20 - Masukan dari Larisa
22 Episode 21 - Pertemuan Dengan Zean di Taman
23 Episode 22 - Amanat dari Zena
24 Episode 23 - Amplop Coklat
25 Episode 24 - Awal Kepercayaan Untuk Zean
26 Episode 25 - Bantuan Hack dari Zean
27 Episode 26 - Kabar dari Bara
28 Episode 27 - Siapa Sebenarnya Mbok Ira?
29 Episode 28 - Ghare Minta Nomor HP Sasa
30 Episode 29 - Sosok di Balik AD?
31 Episode 30 - Bukti Dari Zean
32 Episode 31 - Renita Goes to Singapura
33 Episode 32 - Pesan Arya
34 Episode 33 - Ke Hotel Bersama Bara
35 Episode 34 - Hujan Deras di Rumah Bara
36 Episode 35 - Day 1 Tinggal Bersama Bara
37 Episode 36 - Sarapan Buatan Bara
38 Episode 37 - Larisa Pindah Kampus?
39 Episode 38 - Obrolan Tentang Deina
40 Episode 39 - Persiapan Peresmian CEO
41 Episode 40 - Kabar dari Singapura
42 Epidose 41 - Peresmian CEO
43 Episode 42 - Bara Sakit
44 Episode 43 - Konferensi Pers
45 Jadwal Up Puzzles!
46 Episode 44 - Peredaran Vidio Sasa
47 Episode 45 - Kabar Baik dari Singapura
48 Episode 46 - Berteman dengan Ghare?
49 Episode 47 - Misi Rahasia Zean
50 Episode 48 - Larisa Tidak Datang
51 Episode 49 - Jenuh
52 Episode 50 - Benda Mesum di Lemari Bara
53 Episode 51 - Karena Nasehat
54 Episode 52 - Pergi ke KUA
55 Episode 53 - Kabar Tentang Deina
56 Episode 54 - Larisa Kemana?
57 Episode 55 - Pelukan dari Bara
58 Episode 56 - BEDREST
59 Episode 57 - Ajakan Ghare
60 Episode 58 - Pesan dari Mbok Ira
61 Episode 59 - Fakta Baru
62 Episode 60 - Dendam Ghare
63 Episode 61 - Bila Goes to Inggris
64 Episode 62 - Ghare kemana?
65 Episode 63 - Pertanyaan dari Bara
66 Episode 64 - Teman Zean
67 Episode 65 - Pamit ke Zean
68 Episode 66 - Telfon dari Arya
69 Episode 67 - Hadiah untuk Seseorang
70 Episode 68 - Berkelana di Mall
71 Episode 69 - Pot Kaktus
72 Episode 70 - Penyusup?
73 Episode 71 - Semoga bertemu lagi
74 Episode 72 - Pelukan dari Zean
75 Episode 73 - Welcome Bali
76 Episode 74 - Mami?
77 Episode 75 - Surat untuk Deina
78 Episode 76 - Glamping with Ghare
79 Episode 77 - Luka Lama
80 Episode 78 - Kecelakaan ?
81 Episode 79 - RIP Zean
82 Episode 80 - Lingkaran Kesedihan
83 Episode 81 - Back to Jakarta
84 Episode 82 - Larisa Landing
85 Episode 83 - Apakah Sasa Akan Baik Saja?
86 Episode 84 - Pemakaman Zean
87 Episode 85 - MARAH
88 Episode 86 - Larisa dan Ghare
89 Episode 87 - Amplop Untuk Sasa
90 Episode 88 - Hadiah Terakhir dari Zeano
91 Episode 89 - Siapa Pelakunya?
92 Episode 90 - Bara Menghilang
93 Episode 91 - Jia Nurhaya
94 Episode 92 - Sepenggal Kisah dari Mbok Ira
95 Episode 93 - Menghindar
96 Episode 94 - Satu Sayatan
97 Episode 95 - Hospital
98 Episode 96 - Pembunuh Zena Wijaya
99 Episode 97 - Pemulihan
100 Episode 98 - Persidangan
101 Episode 99 - Rumah Bara
102 Episode 100 - Pemulihan & Cinta
103 Episode 101 - Next Action
104 Episode 102 - Final Case untuk Sasa
105 Episode 103 - Finish Puzzles
106 Episode 104 - Sisa Case
107 Episode 105 - Akhir dari Deina
108 Episode 106 - Ending
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Prolog - Sepenggal Kisah
2
Episode 1 - Pemakaman Zena
3
Episode 2 - Awal Mula Dendam
4
Episode 3 - Sedan Hitam?
5
Episode 4 - Hari Kelulusan
6
Episode 5 - Kenalin, Gua Bara!
7
Episode 6 - Menemukan Niat Kuliah
8
Episode 7 - Persiapan Masuk Kuliah
9
Episode 8 - OSPEK
10
Episode 9 - Gerbang Kanan
11
Episode 10 - List Puzzles
12
Episode 11 - Fakta Soal Zean
13
Episode 12 - Makan Bersama di Rumah Zean
14
Episode 13 - Kado Mini untuk Sasa
15
Episode 14 - Ternyata Pemilik Sedan Hitam itu....
16
Episode 15 - Dihadang Ghare
17
Episode 16 - Zean Vs Ghare
18
Episode 17 - Renita di ICU
19
Episode 18 - Makan Bersama Bara
20
Episode 19 - Kembali ke Hotel Gloubel
21
Episode 20 - Masukan dari Larisa
22
Episode 21 - Pertemuan Dengan Zean di Taman
23
Episode 22 - Amanat dari Zena
24
Episode 23 - Amplop Coklat
25
Episode 24 - Awal Kepercayaan Untuk Zean
26
Episode 25 - Bantuan Hack dari Zean
27
Episode 26 - Kabar dari Bara
28
Episode 27 - Siapa Sebenarnya Mbok Ira?
29
Episode 28 - Ghare Minta Nomor HP Sasa
30
Episode 29 - Sosok di Balik AD?
31
Episode 30 - Bukti Dari Zean
32
Episode 31 - Renita Goes to Singapura
33
Episode 32 - Pesan Arya
34
Episode 33 - Ke Hotel Bersama Bara
35
Episode 34 - Hujan Deras di Rumah Bara
36
Episode 35 - Day 1 Tinggal Bersama Bara
37
Episode 36 - Sarapan Buatan Bara
38
Episode 37 - Larisa Pindah Kampus?
39
Episode 38 - Obrolan Tentang Deina
40
Episode 39 - Persiapan Peresmian CEO
41
Episode 40 - Kabar dari Singapura
42
Epidose 41 - Peresmian CEO
43
Episode 42 - Bara Sakit
44
Episode 43 - Konferensi Pers
45
Jadwal Up Puzzles!
46
Episode 44 - Peredaran Vidio Sasa
47
Episode 45 - Kabar Baik dari Singapura
48
Episode 46 - Berteman dengan Ghare?
49
Episode 47 - Misi Rahasia Zean
50
Episode 48 - Larisa Tidak Datang
51
Episode 49 - Jenuh
52
Episode 50 - Benda Mesum di Lemari Bara
53
Episode 51 - Karena Nasehat
54
Episode 52 - Pergi ke KUA
55
Episode 53 - Kabar Tentang Deina
56
Episode 54 - Larisa Kemana?
57
Episode 55 - Pelukan dari Bara
58
Episode 56 - BEDREST
59
Episode 57 - Ajakan Ghare
60
Episode 58 - Pesan dari Mbok Ira
61
Episode 59 - Fakta Baru
62
Episode 60 - Dendam Ghare
63
Episode 61 - Bila Goes to Inggris
64
Episode 62 - Ghare kemana?
65
Episode 63 - Pertanyaan dari Bara
66
Episode 64 - Teman Zean
67
Episode 65 - Pamit ke Zean
68
Episode 66 - Telfon dari Arya
69
Episode 67 - Hadiah untuk Seseorang
70
Episode 68 - Berkelana di Mall
71
Episode 69 - Pot Kaktus
72
Episode 70 - Penyusup?
73
Episode 71 - Semoga bertemu lagi
74
Episode 72 - Pelukan dari Zean
75
Episode 73 - Welcome Bali
76
Episode 74 - Mami?
77
Episode 75 - Surat untuk Deina
78
Episode 76 - Glamping with Ghare
79
Episode 77 - Luka Lama
80
Episode 78 - Kecelakaan ?
81
Episode 79 - RIP Zean
82
Episode 80 - Lingkaran Kesedihan
83
Episode 81 - Back to Jakarta
84
Episode 82 - Larisa Landing
85
Episode 83 - Apakah Sasa Akan Baik Saja?
86
Episode 84 - Pemakaman Zean
87
Episode 85 - MARAH
88
Episode 86 - Larisa dan Ghare
89
Episode 87 - Amplop Untuk Sasa
90
Episode 88 - Hadiah Terakhir dari Zeano
91
Episode 89 - Siapa Pelakunya?
92
Episode 90 - Bara Menghilang
93
Episode 91 - Jia Nurhaya
94
Episode 92 - Sepenggal Kisah dari Mbok Ira
95
Episode 93 - Menghindar
96
Episode 94 - Satu Sayatan
97
Episode 95 - Hospital
98
Episode 96 - Pembunuh Zena Wijaya
99
Episode 97 - Pemulihan
100
Episode 98 - Persidangan
101
Episode 99 - Rumah Bara
102
Episode 100 - Pemulihan & Cinta
103
Episode 101 - Next Action
104
Episode 102 - Final Case untuk Sasa
105
Episode 103 - Finish Puzzles
106
Episode 104 - Sisa Case
107
Episode 105 - Akhir dari Deina
108
Episode 106 - Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!