Episode 3 - Sedan Hitam?

Selalu ada luka yang sembuh di setiap kejadian pahit dalam hidup. Sebesar apapun sobekannya, sakitnya akan hilang walau bekasnya masih terlihat.

Seperti yang terjadi pada 16 Juli 2017.

[Ruang Kepala Sekolah]

Nampak dua orang guru tengah berbincang serius dengan satu siswi. Siswi itu nampak asik dengan jaket yang ia kenakan.

Ia bahkan tak memperhatikan sedikit pun obrolan yang sedang membahas dirinya itu.

"Sebenernya kamu ada masalah apa sih, Sasa Sasilia?" ujar Pak Burhan selaku kepala sekolah di SMA 3 Karya Bangsa.

Sasa hanya diam, ia kemudian menatap kosong ke arah Pak Burhan.

"Kenapa absen kamu bolos terus?!!"

"Padahal saya sering lo berpapasan sama kamu di gerbang sekolah, kenapa bisa kamu ga ikut UH di 12 mata pelajaran?"

Sasa masih diam. Ia hanya mendengarkan ocehan Pak Burhan yang sudah jadi hal biasa baginya.

"Jawab, kenapa kamu liat saya kaya gitu?!!" bentak Pak Burhan.

"Saya..." ujar Sasa.

"Apa?! kamu mau alesan sakit perut lagi?!" bentak Pak Burhan.

"Ga mungkin juga kan kamu sakit perutnya setiap hari?!!" bentaknya lagi.

"Saya, akan terima konsekuensinya Pak..." ujar Sasa.

"KONSEKUENSI!!??"

Pak Burhan menarik nafas dan mulai menatap ke arah Sasa dan Bu Renita, wali kelas Sasa.

"Saya kasih kamu waktu 7 hari, cuma 7 hari, untuk lengkapin semua nilai kamu," jelas Pak Burhan.

Bu Renita nampak melirik tajam ke arah Sasa.

"Baik Pak," Sasa mengangguk.

"Maaf ya Pak, Saya akan berusaha menanamkan disiplin ke Sasa dengan cara lain Pak..." ujar Bu Renita.

Pak Burhan mendengus dan memandang Sasa dengan emosi.

"Menanamkan disiplin, emang pohon..." celetuk Pak Burhan.

"Sekali lagi, maaf Pak..." ujar Bu Renita sembari mengajak Sasa keluar.

"Ayo, Sasa..." ujar Bu Renita.

Sasa keluar tanpa pamit, ia mengikuti langkah Renita dan segera keluar dari ruang kepala sekolah.

Mereka berdua berjalan beriringan. Renita kemudian mengelus pundak Sasa, ia mulai berbicara sambil berjalan ke kelas.

"Sa..."

"Kalau aja Zena, mama kamu, ga nitipin kamu ke Ibu, kamu pasti udah Ibu marahin!" ketus Renita.

Sasa nampak terkekeh, ia lalu berhenti dan menatap Renita dengan penuh arti.

"Buk, Maaf ya, harus ngerepotin Ibu 4 kali sebulan cuman untuk mampir ke ruang kepala sekolah," ujar Sasa.

"Ahahaha,, kamu ini, bandel banget!!!" ketus Renita tersenyum.

Ia lalu memeluk Sasa sembari mengelus rambut gadis itu. Sudah hampir 2 tahun mereka seperti ini, sejak kepergian ibunda Sasa. Ia lalu sekolah di SMA 3 Karya Bangsa. Salah satu SMA favorit di Jakarta.

Kebetulan, Renita adalah sahabatnya Zena. Alm. Mama Sasa. Mereka memang akrab sedari dulu dan Renita kenal sekali bagaimana watak putri asuhnya itu.

***

(SUARA LONCENG)

- Jam Istirahat di Kantin Sekolah.

Sasa berjalan sembari memegang sebotol air. Ia lalu memesan makanan di bagian kasir. Usai memesan, Sasa mengenakan earphone dan segera mencari kursi kosong.

Di pojokan, ada satu kursi kosong. Sasa berjalan pelan ke arah situ dan duduk.

Ia masih asik dengan botol minum dan musik yang ia dengarkan.

"Dek..." ujar salah seorang.

"Permisi," ujarnya lagi.

Sasa yang belum menyadari itu terkejut saat pria itu menepak meja dengan sedikit keras karena mata Sasa tertutup.

Braggg...

"Astaga!" Sasa reflek melepas earphone nya.

"Heheh, maaf ya..."

"Ini Bakmi Seafood yang tadi di pesan," sembari meletakkan bakmi dan pergi.

"Huhh, oke makasi..." Sasa lalu mengambil bakmi itu dan mulai membenarkan earphone nya.

Tangan Sasa mulai memegang sendok untuk menyantap bakmi lezat itu, ia perlahan menikmatinya dengan iringan musik di telinganya.

Saat sedang asik makan, seseorang nampak berusaha berkomunikasi agar dapat duduk di meja yang sama dengan Sasa.

"Permisi, gua boleh duduk di sini?" tanya pria yang tidak dapat kursi itu.

"Permisi," ujarnya lagi yang tak dihiraukan Sasa.

Tanpa izin, pria itu lalu duduk karena jam istirahat hampir habis.

Satu per satu suapan masuk ke dalam mulut Sasa. Rasanya enak, ia sampai lupa kalau ada yang duduk di depannya sedari tadi.

"Gua Bara..." ujar pria itu.

Sasa nampak asik dengan bakminya. Ia bahkan tak melihat pria di depannya sama sekali.

"Gua Bara..." ujarnya lagi.

Sasa yang baru selesai makan itu lalu bergegas meninggalkan meja tanpa melirik Bara.

Bara hanya bisa terdiam, ia lanjut memakan bakmi yang ada di depannya dengan terheran.

"Musiknya keras banget kali ya?" tanya Bara yang mengetahui bahwa Sasa memakai earphone.

Bara lalu menghabiskan bakminya sebelum kembali ke kelas.

***

-Perjalanan pulang ke rumah

Pukul 12.45 WIB, sudah saatnya pulang. Sasa menuju ke halte bus, ia tidak bawa kendaraan karena mobil yang terletak di rumahnya mengingatkannya pada Zena.

Rasanya belum siap kembali mengendarai mobil yang biasa di setir oleh alm. ibunya. Jadi, Sasa lebih baik lelah karena turun naik bus daripada harus memutar memori tentang ketidakikhlasannya.

Ia lalu berdiri dan menunggu bus sesuai tujuan.

Perlu beberapa menit saja untuk Sasa menaiki bus itu, ia lalu duduk di sudut favoritnya. Pinggir kaca di kursi nomor 6.

(Duduk)

Sasa membenarkan earphone nya dan mulai bersandar pada kursi itu. Ia melihat setiap jalan yang ia lewati hingga akhirnya memejamkan mata.

Nampak seorang pria yang tidak lain adalah Bara, ia duduk di sebelah Sasa. Sekilas Bara melirik Sasa, namun ia enggan membangunkan gadis manis itu.

Mereka duduk berdua dalam diam, hingga sampai di pemberentian terkahir, Sasa membuka mata dan segera turun. Langkahnya terhalang oleh pria yang tidak ia kenal.

Iya, Bara.

"Permisi!" Sasa mencoba membangunkan pria yang kini tertidur itu.

Tidak ada respon dari Bara.

"PERMISI!!," bentak Sasa yang membuat Bara terbangun.

"Ehh, iyaa... maaf!" ujar Bara sembari memberi jalan.

Tanpa melirik, Sasa melewati Bara dan segera turun dari bus itu.

Perlu beberapa menit saja untuk sampai ke halaman rumahnya. Ia lalu berjalan pelan seraya mendengar musik.

Saat sedang asik berjalan, langkahnya tiba-tiba terhenti saat melihat satu mobil sedan hitam. Kacanya tertutup rapat.

"Mobil itu, gua pernah liat,, tapi...." ujar Sasa sembari memperhatikan detail mobil itu.

Sasa mencoba memutar memorinya agar ingat informasi tentang mobil itu. Hingga, ia sadar bahwa mobil itu adalah mobil yang sama saat 2 tahun lalu ibunya meninggal.

"Itu mobil yang ada di pemakaman Mama 2 tahun lalu, iya! ini pasti bener..."

Mobil itu nampak memantau gerbang rumahnya. Sasa yang melihat itu lalu meneriaki mobil tersebut.

"WOIII!!! Ngapain Lo!!!?" soraknya sembari berlari ke arah mobil itu.

Menyadari kehadiran Sasa, mobil itu pergi dan berlalu tanpa diketahui siapa yang ada di dalamnya.

"WOIII!!" sorak Sasa.

Nafas Sasa yang terengah dibuat cemas dengan pikiran buruk tentang maksud mobil itu.

Kini, Sasa hanya diam di tengah jalan itu, ia mengatur nafas dengan tatapan datar. Sementara, Satpam Diki nampak membuka gerbang dan memanggil Sasa.

"Mysa? kenapa?" sembari mengejar Sasa yang tak jauh dari gerbang.

"Gapapa," ujar Sasa terengah.

"Mysa ngapain?" tanya Satpam Diki.

"Bapak ngeliat mobil sedan hitam di sini ga dari tadi?" tanya Sasa.

"Ga ada, saya di dalam, apa Mysa mau cek cctv aja?" ujarnya.

"Titik itu ga kemakan sama Cctv," sahut Sasa.

"Apa kita perlu tambah cctv di situ Mysa?" tanya Satpam Diki.

"Biar saya pikir dulu ya, Pak." Ujar Sasa.

Sasa lalu berjalan ke dalam rumah. Pikirannya menerka tentang siapa itu. Keberadaan mobil yang lumayan jauh dari gerbang juga tidak termakan cctv rumahnya.

***

Sasa yang memikirkan apakah harus tambah Cctv itu memilih mencel cctv tersebut di ruang kontrol yang ada di lantai 1 rumahnya.

Sasa berjalan ke ruang itu, nampak Satpam Wiro tengah ada di dalamnya.

(Suara Pintu)

"Mysa?" ujar Wiro melihat ke Sasa yang baru saja masuk.

"Pak, saya mau cek Cctv jam 12.45 WIB tadi." Ujar Sasa sembari duduk di samping Wiro.

"Oke, sebentar ya Mysa."

Satpam Wiro yang memang bertugas di bagian cctv itu langsung mencek apa yang Sasa minta.

Perlu beberapa menit saja untuk memutar rekaman itu. Tak lama, pada menit ke 12.45 WIB, nampak sebuah mobil sedan hitam pergi.

Bersamaan dengan itu ada Sasa yang nampak berlari mengejar mobil itu, namun terpotong karena keterbatasan akses.

Walau hanya nampak setengah saja, namun platnya masih terbaca.

"Mobil itu, cari menit kedatangannya." Ujar Sasa lagi.

Satpam Wiro mengecek kembali menit kedatangan mobil itu, perlu waktu sekitar 5 menit untuk menemukan menit akuratnya.

"Ini, jam 11.12 WIB, tapi sayangnya cuma keliatan setengah Mysa." Ujar Satpam Wiro.

"Platnya?" tanya Sasa.

"B 12 SM," ujar Wiro sembari menzoom plat mobil itu.

Sasa berdetak bahwa mobil inilah yang selama ini menguntitnya.

"Apa bapak bisa cari di hari berbeda, hari selasa kemarin misalnya." Ujar Sasa.

"Bisa, tapi perlu waktu untuk jam akuratnya," jelas Wiro.

"Coba cari di menit dan jam yang sama aja kayak hari ini, Pak." Jelas Sasa.

"Oh, iyaa, sebentar ya Mysa." Ujarnya lagi.

Sasa lalu menunggu sembari memainkan ponselnya. Ia membiarkan Wiro menyelesaikan pekerjaan ini.

Sekitar 15 menit, Wiro berhasil mendapatkan informasi tambahan. Ia lalu memanggil Sasa untuk melihatnya.

"Mysa... Lihat ini, mobil ini dateng di jam 11.00 WIB di hari Selasa, dan pergi di jam 12.45 WIB," jelas Wiro.

Sasa nampak memperhatikan layar itu dengan seksama.

"Dan ini di hari rabu, mobilnya datang di jam 11.15 WIB dan pergi di jam 12.45 WIB." Jelas Wiro lagi.

"Apa Bapak ga pernah perhatiin mobil ini ya?" tanya Sasa.

"Saya ga ngeh karena ada banyak sedan yang lewat di sini, tapi setelah saya teliti lagi, mobil ini selalu dateng di kisaran jam 11 pagi dan pergi di jam 12.45 WIB." Jelas Wiro.

"Makasi Pak, saya minta tolong Cctv yang di depan agak di naikin aja ke atas biar jangkauannya luas atau kalau susah tambah yang baru," jelas Sasa lagi.

"Pokoknya yang bisa liat secara utuh mobil itu," tambah Sasa lagi.

"Baik Mysa, saya akan coba perbaiki posisinya dulu," jelas Wiro.

Sasa lalu tersenyum kecil karena sudah mendapatkan informasi ini. Ternyata benar, mobil itu adalah penguntit yang selalu datang ke depan rumah Sasa.

Terpopuler

Comments

Anonymous_Delisa7

Anonymous_Delisa7

Hahahahahah petcaahhhh sih ini

2023-03-23

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog - Sepenggal Kisah
2 Episode 1 - Pemakaman Zena
3 Episode 2 - Awal Mula Dendam
4 Episode 3 - Sedan Hitam?
5 Episode 4 - Hari Kelulusan
6 Episode 5 - Kenalin, Gua Bara!
7 Episode 6 - Menemukan Niat Kuliah
8 Episode 7 - Persiapan Masuk Kuliah
9 Episode 8 - OSPEK
10 Episode 9 - Gerbang Kanan
11 Episode 10 - List Puzzles
12 Episode 11 - Fakta Soal Zean
13 Episode 12 - Makan Bersama di Rumah Zean
14 Episode 13 - Kado Mini untuk Sasa
15 Episode 14 - Ternyata Pemilik Sedan Hitam itu....
16 Episode 15 - Dihadang Ghare
17 Episode 16 - Zean Vs Ghare
18 Episode 17 - Renita di ICU
19 Episode 18 - Makan Bersama Bara
20 Episode 19 - Kembali ke Hotel Gloubel
21 Episode 20 - Masukan dari Larisa
22 Episode 21 - Pertemuan Dengan Zean di Taman
23 Episode 22 - Amanat dari Zena
24 Episode 23 - Amplop Coklat
25 Episode 24 - Awal Kepercayaan Untuk Zean
26 Episode 25 - Bantuan Hack dari Zean
27 Episode 26 - Kabar dari Bara
28 Episode 27 - Siapa Sebenarnya Mbok Ira?
29 Episode 28 - Ghare Minta Nomor HP Sasa
30 Episode 29 - Sosok di Balik AD?
31 Episode 30 - Bukti Dari Zean
32 Episode 31 - Renita Goes to Singapura
33 Episode 32 - Pesan Arya
34 Episode 33 - Ke Hotel Bersama Bara
35 Episode 34 - Hujan Deras di Rumah Bara
36 Episode 35 - Day 1 Tinggal Bersama Bara
37 Episode 36 - Sarapan Buatan Bara
38 Episode 37 - Larisa Pindah Kampus?
39 Episode 38 - Obrolan Tentang Deina
40 Episode 39 - Persiapan Peresmian CEO
41 Episode 40 - Kabar dari Singapura
42 Epidose 41 - Peresmian CEO
43 Episode 42 - Bara Sakit
44 Episode 43 - Konferensi Pers
45 Jadwal Up Puzzles!
46 Episode 44 - Peredaran Vidio Sasa
47 Episode 45 - Kabar Baik dari Singapura
48 Episode 46 - Berteman dengan Ghare?
49 Episode 47 - Misi Rahasia Zean
50 Episode 48 - Larisa Tidak Datang
51 Episode 49 - Jenuh
52 Episode 50 - Benda Mesum di Lemari Bara
53 Episode 51 - Karena Nasehat
54 Episode 52 - Pergi ke KUA
55 Episode 53 - Kabar Tentang Deina
56 Episode 54 - Larisa Kemana?
57 Episode 55 - Pelukan dari Bara
58 Episode 56 - BEDREST
59 Episode 57 - Ajakan Ghare
60 Episode 58 - Pesan dari Mbok Ira
61 Episode 59 - Fakta Baru
62 Episode 60 - Dendam Ghare
63 Episode 61 - Bila Goes to Inggris
64 Episode 62 - Ghare kemana?
65 Episode 63 - Pertanyaan dari Bara
66 Episode 64 - Teman Zean
67 Episode 65 - Pamit ke Zean
68 Episode 66 - Telfon dari Arya
69 Episode 67 - Hadiah untuk Seseorang
70 Episode 68 - Berkelana di Mall
71 Episode 69 - Pot Kaktus
72 Episode 70 - Penyusup?
73 Episode 71 - Semoga bertemu lagi
74 Episode 72 - Pelukan dari Zean
75 Episode 73 - Welcome Bali
76 Episode 74 - Mami?
77 Episode 75 - Surat untuk Deina
78 Episode 76 - Glamping with Ghare
79 Episode 77 - Luka Lama
80 Episode 78 - Kecelakaan ?
81 Episode 79 - RIP Zean
82 Episode 80 - Lingkaran Kesedihan
83 Episode 81 - Back to Jakarta
84 Episode 82 - Larisa Landing
85 Episode 83 - Apakah Sasa Akan Baik Saja?
86 Episode 84 - Pemakaman Zean
87 Episode 85 - MARAH
88 Episode 86 - Larisa dan Ghare
89 Episode 87 - Amplop Untuk Sasa
90 Episode 88 - Hadiah Terakhir dari Zeano
91 Episode 89 - Siapa Pelakunya?
92 Episode 90 - Bara Menghilang
93 Episode 91 - Jia Nurhaya
94 Episode 92 - Sepenggal Kisah dari Mbok Ira
95 Episode 93 - Menghindar
96 Episode 94 - Satu Sayatan
97 Episode 95 - Hospital
98 Episode 96 - Pembunuh Zena Wijaya
99 Episode 97 - Pemulihan
100 Episode 98 - Persidangan
101 Episode 99 - Rumah Bara
102 Episode 100 - Pemulihan & Cinta
103 Episode 101 - Next Action
104 Episode 102 - Final Case untuk Sasa
105 Episode 103 - Finish Puzzles
106 Episode 104 - Sisa Case
107 Episode 105 - Akhir dari Deina
108 Episode 106 - Ending
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Prolog - Sepenggal Kisah
2
Episode 1 - Pemakaman Zena
3
Episode 2 - Awal Mula Dendam
4
Episode 3 - Sedan Hitam?
5
Episode 4 - Hari Kelulusan
6
Episode 5 - Kenalin, Gua Bara!
7
Episode 6 - Menemukan Niat Kuliah
8
Episode 7 - Persiapan Masuk Kuliah
9
Episode 8 - OSPEK
10
Episode 9 - Gerbang Kanan
11
Episode 10 - List Puzzles
12
Episode 11 - Fakta Soal Zean
13
Episode 12 - Makan Bersama di Rumah Zean
14
Episode 13 - Kado Mini untuk Sasa
15
Episode 14 - Ternyata Pemilik Sedan Hitam itu....
16
Episode 15 - Dihadang Ghare
17
Episode 16 - Zean Vs Ghare
18
Episode 17 - Renita di ICU
19
Episode 18 - Makan Bersama Bara
20
Episode 19 - Kembali ke Hotel Gloubel
21
Episode 20 - Masukan dari Larisa
22
Episode 21 - Pertemuan Dengan Zean di Taman
23
Episode 22 - Amanat dari Zena
24
Episode 23 - Amplop Coklat
25
Episode 24 - Awal Kepercayaan Untuk Zean
26
Episode 25 - Bantuan Hack dari Zean
27
Episode 26 - Kabar dari Bara
28
Episode 27 - Siapa Sebenarnya Mbok Ira?
29
Episode 28 - Ghare Minta Nomor HP Sasa
30
Episode 29 - Sosok di Balik AD?
31
Episode 30 - Bukti Dari Zean
32
Episode 31 - Renita Goes to Singapura
33
Episode 32 - Pesan Arya
34
Episode 33 - Ke Hotel Bersama Bara
35
Episode 34 - Hujan Deras di Rumah Bara
36
Episode 35 - Day 1 Tinggal Bersama Bara
37
Episode 36 - Sarapan Buatan Bara
38
Episode 37 - Larisa Pindah Kampus?
39
Episode 38 - Obrolan Tentang Deina
40
Episode 39 - Persiapan Peresmian CEO
41
Episode 40 - Kabar dari Singapura
42
Epidose 41 - Peresmian CEO
43
Episode 42 - Bara Sakit
44
Episode 43 - Konferensi Pers
45
Jadwal Up Puzzles!
46
Episode 44 - Peredaran Vidio Sasa
47
Episode 45 - Kabar Baik dari Singapura
48
Episode 46 - Berteman dengan Ghare?
49
Episode 47 - Misi Rahasia Zean
50
Episode 48 - Larisa Tidak Datang
51
Episode 49 - Jenuh
52
Episode 50 - Benda Mesum di Lemari Bara
53
Episode 51 - Karena Nasehat
54
Episode 52 - Pergi ke KUA
55
Episode 53 - Kabar Tentang Deina
56
Episode 54 - Larisa Kemana?
57
Episode 55 - Pelukan dari Bara
58
Episode 56 - BEDREST
59
Episode 57 - Ajakan Ghare
60
Episode 58 - Pesan dari Mbok Ira
61
Episode 59 - Fakta Baru
62
Episode 60 - Dendam Ghare
63
Episode 61 - Bila Goes to Inggris
64
Episode 62 - Ghare kemana?
65
Episode 63 - Pertanyaan dari Bara
66
Episode 64 - Teman Zean
67
Episode 65 - Pamit ke Zean
68
Episode 66 - Telfon dari Arya
69
Episode 67 - Hadiah untuk Seseorang
70
Episode 68 - Berkelana di Mall
71
Episode 69 - Pot Kaktus
72
Episode 70 - Penyusup?
73
Episode 71 - Semoga bertemu lagi
74
Episode 72 - Pelukan dari Zean
75
Episode 73 - Welcome Bali
76
Episode 74 - Mami?
77
Episode 75 - Surat untuk Deina
78
Episode 76 - Glamping with Ghare
79
Episode 77 - Luka Lama
80
Episode 78 - Kecelakaan ?
81
Episode 79 - RIP Zean
82
Episode 80 - Lingkaran Kesedihan
83
Episode 81 - Back to Jakarta
84
Episode 82 - Larisa Landing
85
Episode 83 - Apakah Sasa Akan Baik Saja?
86
Episode 84 - Pemakaman Zean
87
Episode 85 - MARAH
88
Episode 86 - Larisa dan Ghare
89
Episode 87 - Amplop Untuk Sasa
90
Episode 88 - Hadiah Terakhir dari Zeano
91
Episode 89 - Siapa Pelakunya?
92
Episode 90 - Bara Menghilang
93
Episode 91 - Jia Nurhaya
94
Episode 92 - Sepenggal Kisah dari Mbok Ira
95
Episode 93 - Menghindar
96
Episode 94 - Satu Sayatan
97
Episode 95 - Hospital
98
Episode 96 - Pembunuh Zena Wijaya
99
Episode 97 - Pemulihan
100
Episode 98 - Persidangan
101
Episode 99 - Rumah Bara
102
Episode 100 - Pemulihan & Cinta
103
Episode 101 - Next Action
104
Episode 102 - Final Case untuk Sasa
105
Episode 103 - Finish Puzzles
106
Episode 104 - Sisa Case
107
Episode 105 - Akhir dari Deina
108
Episode 106 - Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!