Selalu ada luka yang sembuh di setiap kejadian pahit dalam hidup. Sebesar apapun sobekannya, sakitnya akan hilang walau bekasnya masih terlihat.
Seperti yang terjadi pada 16 Juli 2017.
[Ruang Kepala Sekolah]
Nampak dua orang guru tengah berbincang serius dengan satu siswi. Siswi itu nampak asik dengan jaket yang ia kenakan.
Ia bahkan tak memperhatikan sedikit pun obrolan yang sedang membahas dirinya itu.
"Sebenernya kamu ada masalah apa sih, Sasa Sasilia?" ujar Pak Burhan selaku kepala sekolah di SMA 3 Karya Bangsa.
Sasa hanya diam, ia kemudian menatap kosong ke arah Pak Burhan.
"Kenapa absen kamu bolos terus?!!"
"Padahal saya sering lo berpapasan sama kamu di gerbang sekolah, kenapa bisa kamu ga ikut UH di 12 mata pelajaran?"
Sasa masih diam. Ia hanya mendengarkan ocehan Pak Burhan yang sudah jadi hal biasa baginya.
"Jawab, kenapa kamu liat saya kaya gitu?!!" bentak Pak Burhan.
"Saya..." ujar Sasa.
"Apa?! kamu mau alesan sakit perut lagi?!" bentak Pak Burhan.
"Ga mungkin juga kan kamu sakit perutnya setiap hari?!!" bentaknya lagi.
"Saya, akan terima konsekuensinya Pak..." ujar Sasa.
"KONSEKUENSI!!??"
Pak Burhan menarik nafas dan mulai menatap ke arah Sasa dan Bu Renita, wali kelas Sasa.
"Saya kasih kamu waktu 7 hari, cuma 7 hari, untuk lengkapin semua nilai kamu," jelas Pak Burhan.
Bu Renita nampak melirik tajam ke arah Sasa.
"Baik Pak," Sasa mengangguk.
"Maaf ya Pak, Saya akan berusaha menanamkan disiplin ke Sasa dengan cara lain Pak..." ujar Bu Renita.
Pak Burhan mendengus dan memandang Sasa dengan emosi.
"Menanamkan disiplin, emang pohon..." celetuk Pak Burhan.
"Sekali lagi, maaf Pak..." ujar Bu Renita sembari mengajak Sasa keluar.
"Ayo, Sasa..." ujar Bu Renita.
Sasa keluar tanpa pamit, ia mengikuti langkah Renita dan segera keluar dari ruang kepala sekolah.
Mereka berdua berjalan beriringan. Renita kemudian mengelus pundak Sasa, ia mulai berbicara sambil berjalan ke kelas.
"Sa..."
"Kalau aja Zena, mama kamu, ga nitipin kamu ke Ibu, kamu pasti udah Ibu marahin!" ketus Renita.
Sasa nampak terkekeh, ia lalu berhenti dan menatap Renita dengan penuh arti.
"Buk, Maaf ya, harus ngerepotin Ibu 4 kali sebulan cuman untuk mampir ke ruang kepala sekolah," ujar Sasa.
"Ahahaha,, kamu ini, bandel banget!!!" ketus Renita tersenyum.
Ia lalu memeluk Sasa sembari mengelus rambut gadis itu. Sudah hampir 2 tahun mereka seperti ini, sejak kepergian ibunda Sasa. Ia lalu sekolah di SMA 3 Karya Bangsa. Salah satu SMA favorit di Jakarta.
Kebetulan, Renita adalah sahabatnya Zena. Alm. Mama Sasa. Mereka memang akrab sedari dulu dan Renita kenal sekali bagaimana watak putri asuhnya itu.
***
(SUARA LONCENG)
- Jam Istirahat di Kantin Sekolah.
Sasa berjalan sembari memegang sebotol air. Ia lalu memesan makanan di bagian kasir. Usai memesan, Sasa mengenakan earphone dan segera mencari kursi kosong.
Di pojokan, ada satu kursi kosong. Sasa berjalan pelan ke arah situ dan duduk.
Ia masih asik dengan botol minum dan musik yang ia dengarkan.
"Dek..." ujar salah seorang.
"Permisi," ujarnya lagi.
Sasa yang belum menyadari itu terkejut saat pria itu menepak meja dengan sedikit keras karena mata Sasa tertutup.
Braggg...
"Astaga!" Sasa reflek melepas earphone nya.
"Heheh, maaf ya..."
"Ini Bakmi Seafood yang tadi di pesan," sembari meletakkan bakmi dan pergi.
"Huhh, oke makasi..." Sasa lalu mengambil bakmi itu dan mulai membenarkan earphone nya.
Tangan Sasa mulai memegang sendok untuk menyantap bakmi lezat itu, ia perlahan menikmatinya dengan iringan musik di telinganya.
Saat sedang asik makan, seseorang nampak berusaha berkomunikasi agar dapat duduk di meja yang sama dengan Sasa.
"Permisi, gua boleh duduk di sini?" tanya pria yang tidak dapat kursi itu.
"Permisi," ujarnya lagi yang tak dihiraukan Sasa.
Tanpa izin, pria itu lalu duduk karena jam istirahat hampir habis.
Satu per satu suapan masuk ke dalam mulut Sasa. Rasanya enak, ia sampai lupa kalau ada yang duduk di depannya sedari tadi.
"Gua Bara..." ujar pria itu.
Sasa nampak asik dengan bakminya. Ia bahkan tak melihat pria di depannya sama sekali.
"Gua Bara..." ujarnya lagi.
Sasa yang baru selesai makan itu lalu bergegas meninggalkan meja tanpa melirik Bara.
Bara hanya bisa terdiam, ia lanjut memakan bakmi yang ada di depannya dengan terheran.
"Musiknya keras banget kali ya?" tanya Bara yang mengetahui bahwa Sasa memakai earphone.
Bara lalu menghabiskan bakminya sebelum kembali ke kelas.
***
-Perjalanan pulang ke rumah
Pukul 12.45 WIB, sudah saatnya pulang. Sasa menuju ke halte bus, ia tidak bawa kendaraan karena mobil yang terletak di rumahnya mengingatkannya pada Zena.
Rasanya belum siap kembali mengendarai mobil yang biasa di setir oleh alm. ibunya. Jadi, Sasa lebih baik lelah karena turun naik bus daripada harus memutar memori tentang ketidakikhlasannya.
Ia lalu berdiri dan menunggu bus sesuai tujuan.
Perlu beberapa menit saja untuk Sasa menaiki bus itu, ia lalu duduk di sudut favoritnya. Pinggir kaca di kursi nomor 6.
(Duduk)
Sasa membenarkan earphone nya dan mulai bersandar pada kursi itu. Ia melihat setiap jalan yang ia lewati hingga akhirnya memejamkan mata.
Nampak seorang pria yang tidak lain adalah Bara, ia duduk di sebelah Sasa. Sekilas Bara melirik Sasa, namun ia enggan membangunkan gadis manis itu.
Mereka duduk berdua dalam diam, hingga sampai di pemberentian terkahir, Sasa membuka mata dan segera turun. Langkahnya terhalang oleh pria yang tidak ia kenal.
Iya, Bara.
"Permisi!" Sasa mencoba membangunkan pria yang kini tertidur itu.
Tidak ada respon dari Bara.
"PERMISI!!," bentak Sasa yang membuat Bara terbangun.
"Ehh, iyaa... maaf!" ujar Bara sembari memberi jalan.
Tanpa melirik, Sasa melewati Bara dan segera turun dari bus itu.
Perlu beberapa menit saja untuk sampai ke halaman rumahnya. Ia lalu berjalan pelan seraya mendengar musik.
Saat sedang asik berjalan, langkahnya tiba-tiba terhenti saat melihat satu mobil sedan hitam. Kacanya tertutup rapat.
"Mobil itu, gua pernah liat,, tapi...." ujar Sasa sembari memperhatikan detail mobil itu.
Sasa mencoba memutar memorinya agar ingat informasi tentang mobil itu. Hingga, ia sadar bahwa mobil itu adalah mobil yang sama saat 2 tahun lalu ibunya meninggal.
"Itu mobil yang ada di pemakaman Mama 2 tahun lalu, iya! ini pasti bener..."
Mobil itu nampak memantau gerbang rumahnya. Sasa yang melihat itu lalu meneriaki mobil tersebut.
"WOIII!!! Ngapain Lo!!!?" soraknya sembari berlari ke arah mobil itu.
Menyadari kehadiran Sasa, mobil itu pergi dan berlalu tanpa diketahui siapa yang ada di dalamnya.
"WOIII!!" sorak Sasa.
Nafas Sasa yang terengah dibuat cemas dengan pikiran buruk tentang maksud mobil itu.
Kini, Sasa hanya diam di tengah jalan itu, ia mengatur nafas dengan tatapan datar. Sementara, Satpam Diki nampak membuka gerbang dan memanggil Sasa.
"Mysa? kenapa?" sembari mengejar Sasa yang tak jauh dari gerbang.
"Gapapa," ujar Sasa terengah.
"Mysa ngapain?" tanya Satpam Diki.
"Bapak ngeliat mobil sedan hitam di sini ga dari tadi?" tanya Sasa.
"Ga ada, saya di dalam, apa Mysa mau cek cctv aja?" ujarnya.
"Titik itu ga kemakan sama Cctv," sahut Sasa.
"Apa kita perlu tambah cctv di situ Mysa?" tanya Satpam Diki.
"Biar saya pikir dulu ya, Pak." Ujar Sasa.
Sasa lalu berjalan ke dalam rumah. Pikirannya menerka tentang siapa itu. Keberadaan mobil yang lumayan jauh dari gerbang juga tidak termakan cctv rumahnya.
***
Sasa yang memikirkan apakah harus tambah Cctv itu memilih mencel cctv tersebut di ruang kontrol yang ada di lantai 1 rumahnya.
Sasa berjalan ke ruang itu, nampak Satpam Wiro tengah ada di dalamnya.
(Suara Pintu)
"Mysa?" ujar Wiro melihat ke Sasa yang baru saja masuk.
"Pak, saya mau cek Cctv jam 12.45 WIB tadi." Ujar Sasa sembari duduk di samping Wiro.
"Oke, sebentar ya Mysa."
Satpam Wiro yang memang bertugas di bagian cctv itu langsung mencek apa yang Sasa minta.
Perlu beberapa menit saja untuk memutar rekaman itu. Tak lama, pada menit ke 12.45 WIB, nampak sebuah mobil sedan hitam pergi.
Bersamaan dengan itu ada Sasa yang nampak berlari mengejar mobil itu, namun terpotong karena keterbatasan akses.
Walau hanya nampak setengah saja, namun platnya masih terbaca.
"Mobil itu, cari menit kedatangannya." Ujar Sasa lagi.
Satpam Wiro mengecek kembali menit kedatangan mobil itu, perlu waktu sekitar 5 menit untuk menemukan menit akuratnya.
"Ini, jam 11.12 WIB, tapi sayangnya cuma keliatan setengah Mysa." Ujar Satpam Wiro.
"Platnya?" tanya Sasa.
"B 12 SM," ujar Wiro sembari menzoom plat mobil itu.
Sasa berdetak bahwa mobil inilah yang selama ini menguntitnya.
"Apa bapak bisa cari di hari berbeda, hari selasa kemarin misalnya." Ujar Sasa.
"Bisa, tapi perlu waktu untuk jam akuratnya," jelas Wiro.
"Coba cari di menit dan jam yang sama aja kayak hari ini, Pak." Jelas Sasa.
"Oh, iyaa, sebentar ya Mysa." Ujarnya lagi.
Sasa lalu menunggu sembari memainkan ponselnya. Ia membiarkan Wiro menyelesaikan pekerjaan ini.
Sekitar 15 menit, Wiro berhasil mendapatkan informasi tambahan. Ia lalu memanggil Sasa untuk melihatnya.
"Mysa... Lihat ini, mobil ini dateng di jam 11.00 WIB di hari Selasa, dan pergi di jam 12.45 WIB," jelas Wiro.
Sasa nampak memperhatikan layar itu dengan seksama.
"Dan ini di hari rabu, mobilnya datang di jam 11.15 WIB dan pergi di jam 12.45 WIB." Jelas Wiro lagi.
"Apa Bapak ga pernah perhatiin mobil ini ya?" tanya Sasa.
"Saya ga ngeh karena ada banyak sedan yang lewat di sini, tapi setelah saya teliti lagi, mobil ini selalu dateng di kisaran jam 11 pagi dan pergi di jam 12.45 WIB." Jelas Wiro.
"Makasi Pak, saya minta tolong Cctv yang di depan agak di naikin aja ke atas biar jangkauannya luas atau kalau susah tambah yang baru," jelas Sasa lagi.
"Pokoknya yang bisa liat secara utuh mobil itu," tambah Sasa lagi.
"Baik Mysa, saya akan coba perbaiki posisinya dulu," jelas Wiro.
Sasa lalu tersenyum kecil karena sudah mendapatkan informasi ini. Ternyata benar, mobil itu adalah penguntit yang selalu datang ke depan rumah Sasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Anonymous_Delisa7
Hahahahahah petcaahhhh sih ini
2023-03-23
1