"Eh, non, gimana ini baksonya? Bayar belom bisa rugi ni saya," ucap Bibi Kantin.
"Cak elah, bik, ganggu aja deh," ucap Marisa.
"Bayar dulu, cepat!" ucapnya sambil memegang wajan.
"Hih, iya-iya, nih," ucap Marisa dan Nara.
"Ini ada apa sih, ribut-ribut, dan loh, Kak Siska yang terhormat, ngak usah ngomongin teman gue cupu, sok banget, deh, jadi orang," ucap Marisa.
"Iya, nih, sudah kehilangan harga diri ya, oh, atau sudah tidak ada yang tertarik lagi ya sama Kak Siska, kasihan," tambah Nara.
"Diam, kalian! Berani loh ha sama gue?" ucap Siska.
"Yang bilang gue takut sama loh siapa, hah?" tantang Marisa.
Bukkkk! Siska meninju Marisa.
"Sial, berani banget loh, ninju gue, rasain ni!" Bukkkk! Marisa membalas pukulan Siska dengan meninju nya kembali.
Cetarrrrr... Bukkkk! Kemudian Marisa menampar dan meninju Siska, perkelahian mulai terjadi. Nara yang ingin membantu Marisa tidak bisa karena ia juga bertengkar dengan temannya Siska.
"Wah, mantap, lihat cewek adu jotos," ucap Bara sedangkan Bulan sambil menatap temannya dengan tatapan tajam. Sedang kan Mira melerai Marisa dan Siska.
"Berani banget loh ya, ngejelekin teman gue, mau lo apa, ha?" ucap Marisa sambil menjambak Siska.
"Ark, sakit, lepasin, babi!"
"Ngak akan!"
"Marisaaaa!" ucap Mira sambil berteriak.
Sontak Marisa dan yang lain berhenti. "Sudah, ngak usah diladenin orang gila ini, ntar lo ketularan, mau?" ucap Mira.
"Siapa yang berkelahi, ikut bapak ke ruang BK!" "Mira, Siska, Marisa, Nara, Sinta, Amel, Dila, ikut saya!" tambah guru BK tersebut.
"Baik, pak," jawab mereka.
Diruang BK, "Kalian ini kenapa berkelahi, hah? Kamu, Siska, Amel, Dila, kalian sebentar lagi mau ujian, mau kamu ngak ikut ujian, hah?" ucap guru dengan sangat marah.
"Ngak mau, pak," jawab Siska.
"Makanya, kalau ngak mau, jangan buat ulah. Untuk kalian bertiga, Mira, Sinta, kalian itu siswa berprestasi, kenapa kalian ikut-ikutan berkelahi?" ucap guru BK dengan menurunkan satu oktaf suaranya.
"Mereka yang mulai, pak," jawab Mira.
"Bohong, pak! Mira duluan ngedorong Siska, pak!" ucap Amel.
"Eh, jangan asal nuduh, loh, Amel!" ucap Marisa.
"Iyah, ni ngawur banget, bikin cerita dasar mulut bebek," ucap Nara.
"Apa lo bilang?" "Mulut bebek!" "Lo..." "Diam! Siapa yang nyuruh kalian adu mulut, hah? Siapa?" Bapak BK pun mengebrak meja.
"Permisi, pak," ucap siswa lain.
"Iya, kenapa?" "Saya mau memberikan flashdisk ini, pak,"
"Siapa yang kasih?"
"Ngak tau, pak, saya hanya diberi tahu untuk memberikan ini ke bapak dan katanya langsung tonton sekarang,"
"Baik, terimakasih, saya akan menonton nya. Dan untuk kalian berenam, diam disana!" "Baik, pak."
"Dari video yang saya tonton, saya memutuskan bahwa kalian bertiga, Amel, Siska, Dila, kalian diskors 3 hari," ucap Bapak BK.
Mendengar itu, Mira, Nara, dan Marisa menyeringai.
"Kok gitu, pak? Kan kami ngak salah?" ucap Siska.
"Jangan mengelak, bukti sudah ada, dan kalian lah berbohong. Silahkan kembali ke kelas kalian bertiga, ingat, mulai besok kalian bertiga diskors," ucap Bapak BK.
"Baik, pak," jawab Siska dan teman-temannya.
Seusai nya mereka keluar. Kini, guru tersebut berbicara kepada Mira, Marisa, Nara, dan Sinta.
"Maafin bapak karena tidak percaya kepada kalian sekarang. Silahkan kembali ke kelas," ucap Bapak BK.
"Baik, pak, permisi," jawab mereka.
Diperjalanan ke kelas, "Mira, kira-kira siapa yang kasih bukti rekaman CCTV Bapak BK tadi ya?" tanya Marisa kepada Mira.
"Ngak tau, tapi siapa pun itu orangnya, terimakasih," ucap Mira dengan wajah datarnya.
"Apaan sih, Lo Mira, ngomong Lo berdamage banget, meleyot ati gue, dek-dek," ucap Marisa.
Mira yang melihatnya pun jijik, kayak ngak pernah aja lebay.
Triiiing! Bel tersebut menandakan bahwa siswa dipersilahkan pulang. Siswa berhamburan untuk pulang, begitupun Mira dan teman-temannya, tapi yang disayangkan adalah hujan turun begitu deras.
Sebenarnya ada yang telah pulang karena mereka mempunyai kendaraan pribadi, lain halnya Mira. Mira tidak mempunyai kendaraan pribadi. Sebenarnya bisa saja Mira ingin membeli mobil pribadi, tapi bagi Mira itu ngak asik, mending naik angkutan umum. Jadi hari ini terpaksa Mira menunggu angkutan umum yang lewat, namun angkutan umum tidak kunjung muncul.
Teman-temannya juga sudah pulang, tadi Marisa dan lainnya sudah mengajak untuk pulang, tapi entah mengapa aku tidak mau, pikir ku nanti merepotkan, jadi aku tolak, dan berakhirlah aku disini menunggu angkutan umum sendiri, sedangkan hari sudah semakin sore.
"Ini gimana lagi, kok ngak ada yang lewat, satu pun, gimana gue mau pulang, cak?" Mira pun kesal sebab ia sudah menunggu lama, mana tidak ada tempat duduk lagi, dan yang paling menyebalkan Mira lupa bawa HP. Sedangkan kakaknya, Bulan, tadi sekolah, namun Bulan mengikuti lomba sains, oleh sebab itu Mira tidak pulang dengan Bulan.
"Sendirian di sini?" ucap seorang yang baru berteduh. Sepertinya ia juga pulang dari sekolah.
"Iya," jawab Mira tanpa menoleh ke arah lawan bicara. Padahal, kalau Mira menoleh, mungkin bisa terpesona karena orang yang bicara dengan nya ini sangat ganteng, tinggi, pintar. Tapi, jika dibandingkan dengan Bulan, maka Bulan unggul sedikit dari pada pria yang berada di samping Mira tersebut. Namun, yang disayangkan, wajahnya sangat pucat. Apakah pria ini penyakitan atau karena kedinginan karena hujan?
"Nama kamu siapa?" tanya lagi pria tersebut.
Mira tidak menjawab, ia hanya diam karena Mira tidak suka dengan orang yang sok akrab padahal baru ketemu.
"Tidak apa-apa kalau tidak dijawab, memangnya aku siapa? Bahkan orang-orang pun tidak mau berteman dengan ku. Aku ini hanya orang yang ambis, egois, dan tidak mau dikalahkan, tapi akhirnya memang akan kalah," ucap pria tersebut kepada Mira.
Mira berpikir, "Pria ini kenapa bercerita kepada ku? Memangnya aku ini siapa? Baru juga ketemu sudah bercerita saja. Apa segitunya? Tidak punya teman sampai bercurhat dengan orang yang tidak dikenal."
"Pasti kamu bingung ya karena aku curhat sama orang yang enggak aku kenal. Sebenarnya aku pengen punya teman yang bisa menerima aku apa adanya, bukan ketakutan jika melihat ku hanya karena aku sudah membuat sahabat aku dulu terluka," ucap pria tersebut.
Mendengar ceritanya, Mira pun berniat menoleh ke arahnya. Ternyata dia ini seorang pria yang entah kenapa sepertinya ia mempunyai penyakit. Kalau dilihat, mungkin karena kedinginan. Mira pun memutuskan untuk berbicara.
"Kamu sakit?" tanya Mira kepadanya. Mira bertanya karena orang ini sangat pucat. Mira tidak mau dia meninggal di situ, bisa disebut pembunuh.
Ia pun menoleh ke arah Mira. Sekarang semakin jelas wajah pucatnya. Ia pun menjawab, "Ya, aku sakit. Di sini sangat sakit. Aku sudah tidak kuat lagi. Aku tidak punya semangat untuk hidup," ucapnya sambil menunjuk dadanya. Apakah ia sakit jantung?
"HAI, GIMANA? BAGUS NGGAK? JANGAN LUPA LIKE, KOMENTAR, DAN VOTE!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments