[3]

Pada malam ini, Bulan dan Mira beserta ibu dan papanya Mira sedang menonton TV. Disini, posisinya papa dan ibunya Mira berdekatan, sedangkan Mira disamping ibu, dan disamping Mira ada kakaknya, yaitu Bulan.

Dari tadi, Mira tidak pernah diam, selalu saja menganggu Bulan. Namun, hal itu tidak membuat Bulan terganggu, malahan Bulan merasa senang. Sejak dulu, waktu berpisah dengan Mira karena Mira pindah rumah, Bulan sangat sedih. Namun, sekarang Mira sudah ada, membuat Bulan menjadi sangat bahagia.

Papa memperhatikan Mira yang selalu menganggu Bulan. Misalnya, Mira bersandar di bahu Bulan, kemudian berpindah menjadi berbaring di paha Bulan, kembali duduk lagi memainkan rambut Bulan. Padahal, Mira di sekolah sangat cuek, sama dengan sikap Bulan. Tapi, jika sudah ada Bulan, beda lagi sifatnya.

"Mira, sudah, dong! Bulan mau nonton, masa kamu ganggu terus?" ucapnya sang ayah.

"Hehehe, maaf, pa, tapi kan kakak ngak marah," jawabnya Mira dengan wajah imutnya, membuat Bulan menjadi gemas. Sedangkan ibunya malah ingin muntah melihat Mira yang sok imut.

"Idih, Mira, sok imut banget kamu!" jawabnya ibu Mira.

"Lah, kok ngamok, sih, ibu? Kalau iri, bilang sama papa, kan disamping ibu ada papa," kata Mira.

"Siapa juga yang iri?" ibu pun memutar mata malasnya.

Bulan hanya tersenyum. Inilah yang ia butuhkan: mempunyai keluarga harmonis, dimana orang-orang menganggapnya tidak dengan keluarga nya sendiri, karena ibu tirinya dan ayahnya hanya memperhatikan saudara tirinya.

"Sudah, sana tidur, ini sudah malam," suruhnya ibu kepada Mira dan Bulan.

"Ngak mau," jawabnya Mira dengan muka mengembung, menghadap ke arah ibunya.

"Oh, ngak mau, ya? Ok, kalau gitu, ibu punya tantangan. Kalau Mira kalah, maka kamu tidur. Kalau ibu kalah, maka kamu boleh kasih hukuman ke ibu. Bagaimana?"

Mira berpikir hingga ia memutuskan untuk menerima tantangannya. Dan kalian tau apa tantangannya? Pasti kalian akan menebak truth or dare, kan? Tapi, nyatanya, yang dimainkannya hanya gunting, batu, kertas. Hhhh, lucu banget, sih, keluarga ini.

Kini, mereka sedang melakukannya, dan yang menang adalah ibu Mira. Mira pun kesal.

"Makanya, ibu sendiri, kok dilawan, malu, boss, kalau kalah," ucapnya ibu Mira sombong.

"Halah, ibu baru menang sekali, udah sombong aja," kata Mira yang tidak terima dengan kekalahannya.

"Sudah, sana tidur, sudah kalah, masih aja nyolot," kata ibu Mira.

"Ih, i...." Belum sempat Mira bicara, Bulan sudah memotongnya.

"Baik, Bu, kami tidur. Good night, ibu, om," kata Bulan.

"Good night, sayang," jawab ibu Mira.

"Ibu, apa-apaan, sih? Sayang-sayang, ngak boleh tau, ini kakaknya Mira," ucapnya Mira sambil memeluk Bulan, seolah tidak mau kehilangan Bulan.

"Makanya, tidur sana," kata ibu Mira.

"Iya-iya."

Oke, sampai disini pasti kalian mulai bertanya-tanya. Kok Mira bisa ya tidur kayak gitu ke Bulan, kok bisa ya Bulan ada dirumah Mira, kok bisa ya Mama dan Papa Mira nggak marah Bulan ada dirumah Mira. Ok, tenang semuanya ya, pertanyaan yang ada dipikiran kalian akan dijawab satu persatu disini.

Waktu Bulan dilahirkan, ibunya Bulan meninggal. Dan pada saat itu, Ibu dan Papanya Mira sedang ada dirumah sakit karena adiknya Papa Mira sedang sakit. Dalam perjalanan menuju ruangan adiknya Papa Mira, Ibu Mira melihat seorang ayah bayi yang kebingungan karena anak ini tak henti-hentinya menangis. Namun, sang ayah tidak mengerti apa yang harus ia lakukan.

Kemudian, Ibu Mira bertanya pada perawat yang lewat, "Kenapa ayah dari bayi tersebut tidak ada ibunya diruangan bayi tersebut?" Sang perawat menjawab bahwa ibu dari bayi tersebut telah meninggal dunia sesudah melahirkan bayi tersebut. Dan ibu dari bayi tersebut akan dimakamkan besok karena ini sudah malam.

Si Ibu Mira merasa kasihan, kemudian mendekati ayah dari bayi tersebut dan berbicara kepada ayah bayi tersebut untuk mengizinkannya menyusui bayi tersebut karena nyatanya bayi tersebut sedang lapar. Dan keputusan tersebut sama sekali tidak membuat Papanya Mira marah, karena ia tau hal yang dilakukan Ibu Mira wajar karena itu merupakan perasaan sang ibu. Kalian pasti mengertilah perasaan sang ibu.

Ayahnya bayi tersebut awalnya ragu, namun ini demi kebaikan anaknya, dan akhirnya ayah bayi tersebut mengizinkan Ibu Mira untuk menyusui bayi tersebut. Jadi, disini sudah jelas ya bahwa Bulan adalah saudara sepersusuan Mira.

🌼🌼🌼

Pagi ini, Mira dan Bulan beserta Papa dan Ibu Mira sedang sarapan. Tidak ada yang bicara, soalnya kalau sarapan, Ibu melarang bicara. Kalian juga pasti begitu, kan? Selesai makan, Ibu mengantar Mira, Bulan, beserta Papa. Setelah itu, Papa berpamitan dengan Ibu, kemudian Mira dan Bulan.

"Mira, berangkat, Bu!" "Bulan juga, Bu, Om berangkat!" "Eh, kok Om, si Papa juga, dong, Bulan?" "Eh, iya, Pa!" "Iya, hati-hati kalian, jangan lupa, Bulan, jagain adeknya," jawab Ibu kepada Bulan sambil tersenyum. "Iya, Bu, tentu!"

Kemudian, Papa berangkat naik mobilnya, sedangkan Mira bonceng Bulan. Mungkin bagi orang, mereka pacaran karena mereka terlihat bukan saudara, padahal kan saudara.

Sampainya di sekolah, orang-orang melihat Mira dan Bulan. Ada yang kaget dan ada juga yang benci kepada Mira karena melihat Mira dibonceng Bulan. Ya, maklum saja, kan Bulan laki-laki tertampan, terpintar, dan terdingin di sekolahnya ini, membuatnya banyak disukai kaum wanita.

"Eh, itu Mira, kan? Anak IPA adek kelasnya Bulan?" "Iya, benar, itu Mira. Kalau dilihat-lihat, cocok, sih. Lihat aja, Mira pinter, cantik, berbakat, cocoklah sama Bulan." "Iya juga, sih, tapi emang Mira ngak takut sama Nek Lampir, kan bisa dilabrak kalau ada Nek Lampir?" "Iya, itu mah urusan mereka..... Eh, itu Nek Lampir ngelihat Bulan sama Mira, yok, kita lihat, pasti adu bacok ni mereka."

"Bulan, kok kamu datang sama adek kelas yang jelek ini, sih? Oh, atau jangan-jangan cewek ini godain kamu, ya?" ucap Siska sambil menunjuk Mira, sedangkan Bulan masih menahan emosinya untuk tidak memukul gadis di depannya ini. Begitu pun Mira, hanya menampilkan muka datarnya saja.

Suasana pun semakin ramai melihat tingkah Siska beserta sahabat-sahabatnya Siska. "Kayaknya bener deh, sis, cewek ini deh yang godain, kasihan, mana masih kelas 11, udah genit aja sama kakak kelas?" ucap sahabatnya Siska. "Iya, ini mana yang katanya anak paling berprestasi, kok ngambil pacar orang, ngak malu apa?" ucapnya sahabat Siska yang lain.

Mira tidak membalas. Bagi Mira, itu tidak masalah, lagian mereka tidak ada bukti. Tapi kalau mereka main tangan, jangan tanya lagi, maka Mira akan membalasnya lebih para. Karena Mira merasa bosan sama omongan Siska ini, Mira pun menarik tangan Bulan untuk pergi, namun Siska memutuskan tangan Bulan dan Mira, membuat Bulan semakin marah dan ingin memukul gadis di depannya ini. Namun, Mira memberikan kode mata agar jangan gegabah.

Tapi seketika Siska menampar Mira. Pakkkkkk! Siska menampar wajah Mira hingga membuat wajahnya Mira memerah. Mira memegang wajahnya, ada rasa perih di sana, lalu ia melihat Siska dengan tatapan tajam. Itu membuat Siska sedikit ketakutan, namun Siska menutupi ketakutan nya.

"Heh, berani Lo ngelihat gue kek gitu, hah?" ucapnya Siska. "Loh, dari tadi udah gue diemin, tapi masih aja berulah, mau loh apa, hah?" ucapnya sambil mendekat ke arah Siska. "Ngapain loh dekat-dekat gue?" ucapnya Siska

"Loh, dari tadi udah gue diemin, tapi masih aja berulah, mau loh apa, hah?" ucapnya sambil mendekat ke arah Siska.

"Ngapain loh dekat-dekat gue?" ucapnya Siska sambil ketakutan dan Mira pun memegang kerah baju Siska.

"Loh, jangan macam-macam sama gue, loh, paham?" ucapnya Mira sambil menatap Siska, Bulan pun melihat itu tersenyum tipis, sangat tipis hingga tak terlihat oleh siapa pun.

"Heh, jangan ngancam, Lo, gue ngak takut sama Lo," ucapnya Siska sambil mendorong Mira. Mira pun tersenyum miring.

Dan lagi-lagi Siska ingin menampar Mira, namun tangan kalah cepat karena tangan Mira kemudian Mira melintir tangan Siska, membuat Siska kesakitan. Kemudian Mira kembali menggunakan tangan kirinya, namun itu sia-sia dan berakhirlah Siska yang kesakitan.

"Lepasin gue, anjing!" ucapnya Siska marah sambil menahan kesakitan. "Ngak punya sopan santun, loh, ya emangnya orang tua loh ngak ngajarin bicara yang benar, hah?"

"Serah, gue, his... lepasin!" ucapnya Siska sambil menahan sakitnya karena Mira makin mengencangkan pelintiran nya.

"Bosan gue banyak bacot, loh... ya udah, pergi sana!" ucap Mira sambil mendorong Siska, membuat Siska jatuh mengenaskan sambil menahan sakit.

Kemudian Mira dan Bulan pergi tanpa menghiraukan Siska yang kesakitan.

"Anjing, loh, jangan pergi, lihat aja pembalasan gue, Mira, ingat, jangan seneng dulu, gue juga akan rebut Bulan dari loh!" ucapnya Siska sambil berteriak. Mira mendengar, namun Mira tidak menghiraukannya.

"Sis, loh, ngak papa, kan?" ucapnya teman Siska.

"Menurut loh, lagian loh kenapa diam aja dari tadi, hah?" ucapnya Siska sambil marah.

"Gue takut lihat tatapan tajamnya Mira, sis," ucapnya teman Siska.

"Alah, bacot, Lo, semua, bantuin gue cepat!" Teman Siska pun langsung membantu nya.

"Kalian semua ngapain masih lihat disini, ngak ada pertunjukan, pergi sana!" ucap Siska kepada para siswa lainnya.

"Huh, bukannya tobat, malah makin para?" "Iya, nih, rasain tuh tangannya dipelintir Mira, habisnya kepedean banget, sih, Bulan sukanya sama Lo." "Diam, loh, berani loh sama gue, hah?" "Udah, ngak usah diladeni, Nek Lampir itu, yok, kita pergi!" "Heh, siapa yang kalian bilang Nek Lampir, gue bukan Nek Lampir!" "Huh!" soraknya siswa. "Huh!" "Awas, kalian, gue balas, kalian, ingat, ucapan gue!" ucapnya Siska sambil marah dan matanya pun sudah memerah dengan dendam yang sudah membara.

Sampai nya di kelas... "Cie, yang punya pacar!" ucap Marisa ketika melihat Mira di dalam kelas. "Iya, nih, mana kakak kelas ganteng banget lagi?" tambahnya Nara. "Bacot!" ucap Mira. "Mending Lo lihat Sinta, diem, ngak ribet sama urusan orang," tambahnya Mira.

"Idih, sensian amat sih, Lo Mira, dan jangan samain kita sama Sintalah, kan Sinta orangnya memang pendiam," kata Marisa.

"Serah," ucap Mira.

"Dih, memang cocok loh sama kakak kelas itu, orang sama-sama cuek," tambah Marisa. Mira hanya diam, tidak membalas ucapan mereka.

"Tapi ganteng banget, Mar," kata Marisa, dan Marisa pun melototkan matanya, pasalnya ia tidak suka dipanggil "Mar", emangnya namanya sama dengan nama ibu-ibu di pasar.

"Mar-Mar, nama gue bukan Mar, tapi Marisa," ucap Marisa sambil menaikkan suaranya 2 oktaf, sedangkan Nara hanya menyengir.

"Kuat amat dah suara loh, sangkit kuatnya, gue pengen buang gas," ucap Nara.

"Jorok," ucap Mira.

Tringgg... Kini Mira beserta temannya sedang belajar. Mana pelajaran yang kesukaan Mira lagi, padahal teman Mira sangat membencinya. Ngak juga, sih, ada temannya yang juga suka pelajaran itu, yaitu Sinta. Kalian tahu apa pelajaran itu? Yap, Matematika, cinta pertama anak bangsa, caeklah, hhhahh.

"Anak-anak, Ibu ada kuis, kalian jawabnya, siapa yang Ibu suruh, silakan isi, maju ke depan," ucap guru.

"Baik, Bu," jawab serempak sekelas.

"Et, dah, ini mah cuma Mira sama Sinta yang bisa, kalau gue maju, bisa disorakin ni, gue bukan karena gue bisa, yang udah pasti gue ngak bisa jawab," batin Nara dan Marisa. Hahahh, bisa kompak juga ya mereka membatin.

"Mira, silakan, maju ke depan," ucap guru.

"Baik, Bu." Mira pun maju ke depan dan mengisi jawabannya.

"Huh, untung bukan gue yang dipanggil," ucap Marisa.

"Cak, elah, pede amat, nama Lo dipanggil, kayak bisa aja, Lo," ucap Nara.

"Diam, Lo," ucap Marisa.

"Yang dibangku kedua, diam," ucap guru kepada Marisa dan Nara.

"Iya, Bu," jawab mereka.

"Buk, sudah," ucap Mira.

"Sebentar, Ibu periksa," ucap guru. Guru itu pun meriksa jawaban Mira.

"Benar, silahkan duduk, Mira," ucap guru.

"Baik, Bu," jawab Mira.

"Selanjutnya, saya panggil Sinta, silakan, maju ke depan, Sinta," ucap guru.

"Baik, Bu." Sinta pun menulis jawabannya.

"Sudah, Bu," ucap Sinta.

"Guru pun meneliti nya," ucap guru. "Apa sudah yakin ini jawabannya, Sinta?"

Sinta kembali melihat jawabannya, ternyata ada angka yang Sinta salah hitung.

"Maaf, Bu, boleh saya perbaiki?" tanya Sinta.

"Silahkan," jawab guru.

"Sudah, Bu," ucap Sinta.

"Ok, jawaban kamu benar, Sinta, silahkan duduk," ucap guru. Sinta pun kembali ke tempat duduk, tapi ketika duduk, Marisa memegang bahu Sinta sehingga Sinta menghadap ke belakang.

"Selamat, loh, Sin, kirain gue loh kena jewer tadi," ucap Marisa.

"Ngak," ucap Sinta.

"Hahaha, iya deh, iya," ucap Marisa.

"Ok, sekarang giliran Marisa," ucap guru. Marisa pun kaget dan tidak sengaja mengeluarkan kata kotor.

"What the fuck, eh..." Marisa pun langsung menutup mulutnya.

"Aduh, gimana sih ni mulut," batin Marisa.

"Marisa, kenapa kamu ngomong kotor, kamu mau ngatain saya, hah?" tanya guru.

"Ngak, kok, Bu, ya udah, saya maju ni," ucap Marisa.

"Cepat maju, awas aja kalau jawaban kamu salah," ucap guru.

"Iya, Bu," jawab Marisa.

"Iya, Allah, bantulah hamba-Mu ini, istirahat kanlah, biar hamba tidak dihukum nanti, kalau Allah bantu, nanti saya sedekah ke masjid, seribu, aamiin," batin Marisa.

"Marisa, cepat isi," ucap guru.

"Iya, Bu, maaf tadi Marisa berdoa dulu, biar jawabannya benar," ucap Marisa.

"Alasan kamu cepat isi," ucap guru.

"Baik, Bu," jawab Marisa.

Triiing...

"Buk, istirahat, jadi ngak usah ya dijawab," ucap Marisa.

"Baiklah, Marisa, silahkan duduk, dan untuk kalian semua, kerjakan PR tadi dirumah, sampai sini saja, saya akhiri, waalaikumsalam," ucap guru.

"Waalaikumsalam, Bu," jawab sekelas.

"Huh, selamat," ucap Marisa.

"Makanya belajar," ucap Nara.

"Kayak Lo belajar aja," jawab Marisa sambil nyolot, sedangkan Nara hanya menyengir.

"Dua-duanya belajar, jangan saling salahin," ucap Mira.

"Iya, deh, iya, yok, kantin, Mira, Sinta, dan Marisa," ucap Nara agak malas mengajak Marisa.

"Idih, pakai bahasa alien segala, Lo," ucap Marisa.

"Udah, ayo kita ke kantin," ucap Nara.

"Siap, komandan," ucap Marisa dan Nara, sedangkan Sinta sudah berjalan mengikuti Mira.

"HAI LAGI SEMUANYA! GIMANA NI CERITA? JANGAN LUPA LIKE, KOMENTAR, DAN BAGIKAN YA, BIAR MAKIN BANYAK YANG BACA CERITA AKU. BTW, MAKASIH JUGA YANG UDAH LIKE DAN YANG BELUM LIKE, NGAKPAPA, TAPI NANTI DILIKE YA, BABAY!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!