[4]

Ketika sudah sampai di kantin, Marisa bingung mau duduk di mana, soalnya tempat duduk di kantin sudah penuh.

"Mira, gimana ni, tempat duduk sudah penuh semua, gimana kita makan?" tanya Marisa.

"Iya, ni, mana perut sudah keroncongan, lagian ini kenapa ramai banget sih?" tambah Nara.

"Eh, Nara, namanya juga kantin, ya pasti ramai lah," jawab Marisa.

"Apaan sih, kan gue cuma nanya, sewot banget jadi orang," ucap Nara.

"Serah, loh, deh," ucap Mira.

"Sudah-sudah, disitu ada Kak Bulan, mending kita gabung aja disana, lagian kan tempat mereka masih ada tempat untuk kita," ucap Mira.

"Cak, elah, bisa aja loh, ngomong aja, ngapa kalau loh pengen dekat sama calon pacar, ya kan, Marisa?" ucap Nara.

"Benar juga, apa kata loh, Nara" ucap Marisa.

"Kalian ini kalau soal ini pasti kalian kompak, coba kayak tadi, ngak ada tu kompak-kompaknya," ucap Sinta.

Sekarang Sinta yang ngomong, tumben amat ni bocah ngomong, hhhh.

"Eh, yang ngomong siapa ya, Nara, kayak pernah dengar suaranya, tapi siapa ya?" tanya Marisa.

"Iya juga ya, gue juga kek pernah denger deh," jawab Nara.

"Nah, iya kan, pernah dengar tapi siapa gitu," melihat ekspresi Marisa dan Nara pura-pura tidak tau membuat wajah Sinta masam, dan langsung datar. Sontak Marisa dan Nara melihat wajah masam Sinta, lalu mereka berdua tertawa.

"Hahahh, lucu banget deh, muka Sinta kayak ternistahkan gitu," ucap Marisa.

"Iya ya, hahahahh," jawab Nara.

Sedangkan muka Sinta semakin semberawut.

"Yaudah, maaf-maaf deh ya, gue sama Marisa cuma bercanda kok," ucap Mira.

Sinta pun hanya memalingkan mukanya.

"Sinta, yok, tinggalin aja mereka, yok, kita ke meja kak Bulan," ucap Mira.

"Iya," jawab Sinta.

Mereka pun meninggalkan Marisa dan Nara.

"Eh-eh, kok ninggalin sih, tunggu in, woy, cak elah," ucap Marisa.

"Gara-gara loh ni Marisa, kita ditinggal," ucap Nara.

"Idih, kok nyalahin gue, loh juga salah, kale, ya udah, dari pada kita berantem disini, mending kesana nyusul Sinta sama Mira," ucap Marisa.

Mereka pun menyusul Sinta dan Mira.

"Kak Bulan," panggil Mira ketika hampir sampai di meja Bulan. Sontak Bulan yang mendengar ada yang memanggilnya langsung melihat orang tersebut. Ketika Bulan melihat itu adalah Mira, Bulan pun tersenyum. Teman-teman Bulan merasa ada yang aneh. Teman-temannya melihat Bulan tersenyum itu adalah langkah satu kali seumur hidup, cak elah, lebay banget sih, hhhhh.

"Tumben-tumbenan ni Bulan tersenyum, kecewek, kirain sudah ngak normal, eh ternyata masih normal," ucap teman Bulan.

Bulan yang mendengarnya hanya datar, tanpa mau tau apa yang mereka ucapkan, yang ia fokuskan melihat Mira yang berjalan sambil tersenyum.

"Yaampun, manis banget deh adek gue," batin Bulan.

Mira dan Sinta pun sudah sampai di meja Bulan beserta teman-teman Bulan.

"Kak Mira, boleh gabung ngak disini?" tanya Bulan.

"Boleh kok, sini duduk dekat kakak," jawab Mira.

"Ok, yok Sin, duduk aja tuh disana dekat Kak Bara," ucap Mira.

"Yang benar aja, Mira, masa cewek cupu gini duduk dekat gue, sih?" ucap Kak Bara.

"Eh, Kak Bara, walaupun begitu, kakak ngak boleh ya ngehina teman aku, ntar jodoh tau," ucap Mira.

"Ogah, gue jodoh sama ni cewek," ucap Kak Bara.

"Yaudah, kalau ngak mau, makanya biarin Sinta duduk disana," ucap Mira.

"Iya, bawel banget jadi cewek, untung kakaknya Bulan, kalau ngak, sudah gue pukul ni cewek," ucap Kak Bara.

"Apa lo bilang, lo mau pukul adek gue?" ucap Bulan.

"Enggak kok, enggak, siapa juga yang mau mukul adek lo, heheh," ucap Kak Bara.

"Cih, lemah, baru diancam Kak Bulan, langsung ciut," ucap Mira.

"Serah," ucap Bara.

"Yaudah, Sin, duduk aja disana, entar kalau dia macam-macam, bilangin ke gue," ucap Mira.

"Ngak minat, gue macam-macam sama ni cewek," ucap Kak Bara.

"Mira, Marisa, dan Nara benar-benar ya, ninggalin kita berdua, kalian disini sudah enak-enak aja makan," ucap Sinta.

"Kalian lambat," ucap Mira datar.

Seketika teman Bulan terkejut dengan perubahan sikap Mira, padahal kedua temannya, Mira sudah lama berteman dengan mereka, bahkan Kak Bara pun terkejut.

"Hih, sudah gue ngak kuat debat, gue lapar, pesan yuk, Nar," ucap Marisa.

"Ok, yok," jawab Nara.

"Nah, kan kompak, heheh," batin Mira.

Suasana yang nyaman dan tentram ini seketika terganggu melihat Nenek Lampir datang.

"Loh, lagi-lagi, capek gue ngeliat muka lo," ucap Siska.

"Dan loh cupu mau juga ternyata berteman sama ni cewek, kegatelan," tambah Siska.

"Jaga mulut loh, loh setiap kali datang selalu aja bikin keributan, ok, sebelum gue marah, cepat pergi," ucap Bulan yang sudah muak dengan Siska.

"Tapi, Bulan..." ucap Siska.

"Pergi, gue bilang pergi, loh paham apa bahasa Indonesia, pergi," ucap Bulan.

Suasana menjadi ramai, Marisa dan Nara yang memesan makanan seketika melihat Siska membuat keributan dengan Mira dan Sinta.

"Ini tidak bisa dibiarin, kita harus bantuin Sinta sama Mira, Nar," ucap Marisa.

"Ya, lo benar, yok kita kesana," jawab Nara.

Tapi sebelum berjalan, Bibi Kantin bicara.

"Eh, non, gimana ini, baksonya..."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!