Sementara ibunya sedang berberes rumah, itulah aktivitas ibunya Mira setiap hari, selain itu, ibunya memiliki toko baju, sedangkan ayahnya Mira bekerja di kantor.
Tiba-tiba, ibunya Mira mendengar sepertinya ada orang yang mengetuk pintu rumahnya. Ia pun menghampirinya untuk melihat siapa yang datang.
"Tok-tok," terdengar suara ketukan pintu.
"Ia, sebentar ya," jawabnya ibu Mira, hingga pintu pun terbuka.
"Assalamualaikum, Tante," ucapnya dengan sopan.
"Iya, waalaikumsalam. Kamu temannya Mira, ya?" tanya ibu Mira.
"Iya, Tante. Miranya ada ngak?" tanya tamu tersebut.
"Ada kok, sebentar, Tante panggilkan. Sementara itu, kamu ayok masuk, tunggu di ruang tengah aja, ya," jawab ibu Mira.
"Iya, Tante, makasih," ucap tamu tersebut.
"Iya, silakan duduk. Tante panggil dulu," kata ibu Mira.
🌼🌼🌼
"Miraaa, dibawah ada teman kamu, cepat keluar!" panggilnya sambil mengetok pintu. Sementara Mira merasa kesal lagi-lagi, ibunya menganggu halu nya lagi.
"Ish, ibu ganggu Mulu perasaan. Siapa si yang datang hari libur gini? Biasanya juga ngak ada," gumamnya Mira.
"Miraaa, udah ngehalu nya, teman kamu dibawah udah lama nunggu," ulangnya ibu Mira.
Ceklek! Pintu kamar Mira pun terbuka. "Lama banget kamu buka pintu itu, dibawah teman kamu udah lama nunggu," omelnya ibu Mira.
"Iya, bu, maaf. Biasa Mira tadi ngehalu, ketemu pangeran impian Mira," jawab Mira.
"Ngehalu Mulu ni bocah, yaudah sana turun, teman kamu udah nunggu lama," kata ibu Mira.
"Eh, siapa ya, bu? Biasanya kan ngak ada yang datang, kok ini ada ya?" tanya Mira ke ibunya.
"Yo, ndak tau kok, nanya ibu," jawab ibu Mira.
"Ihh, ibu ngeselin deh," kata Mira.
Ibu Mira tidak menjawab, malah turun meninggalkan Mira, hingga membuat Mira semakin kesal.
Sesampainya di bawah, Mira langsung ke ruang tamu. Ternyata benar kata ibunya, ada temannya. Kirain Mira itu cuma akal-akalan ibunya supaya tidak dikamar terus.
"Astaghfirullah, Mira, makanya jangan suuzan sama ibu sendiri, dosa kan?" gumamnya Mira.
Mira pun menghampiri temannya itu, tapi dengan isengnya, Mira malah mengagetkan temannya.
"Door, door!" ucapnya Mira dari belakang temannya, tapi sayangnya temannya tidak kaget sedikit pun.
"Ya, kok ngak kaget si?" ucapnya Mira sambil duduk berseberangan dengan temannya itu, yang pasti Mira tidak akan duduk bersebelahan, duduknya karena kata ibu dan ayahnya, jangan terlalu dekat dengan laki-laki, soalnya bukan mahram.
"Enggak lah, kaget orang bayangan loh aja keliatan," jawab temannya.
"Oh, iya, btw, tumben datang ke rumah, Lo ganggu gue ngehalu, tau," kata Mira.
"Ngehalu Mulu, Lo ingat, Senin depan kita ulangan, masa lembar ulangan diisi sama halu lo. Kalau masalah gue datang kesini, lah, gue gabut aja, ngak ada kerjaan gue dirumah, lagian, kenapa sih ngak suka gue datang kesini?" balasnya temannya dengan nyolotnya.
"Idih, kok nyolot sih, Lo? Pake bawa-bawa ulangan lagi, gue ngak mau pusing mikirin ulangan, lagian, kan teman cowok Lo yang lain ada, kenapa harus ke rumah gue?" Mira balik bertanya.
"Gue nga mau, Hasbi lagi liburan sama orang tuanya, kalau teman gue yang lainnya, gue ngak terlalu dekat, jadi ngak bolehlah, kalau Lo, kan Lo teman perempuan yang paling gue dekat," jelasnya temannya.
"Masya Allah, jelas banget, Lo, ngomong, padahal katanya cowok yang di depan gue ini cuek, dingin kayak kulkas, ternyata, eh, ternyata bawel banget, ey," kata Mira.
Tiba-tiba, ibunya Mira datang dengan membawa air minum beserta cemilannya.
"Nih, dimakan, cemilanya, btw, nak, Kok mau ke rumahnya Mira? Mira ini baru selesai mandi, sukanya cuma ngehalu," kata ibu Mira.
"Benaran, tante," ucapnya temannya, seperti orang kaget, padahal mah biasa aja, soalnya bulan sering chettan dengan Mira, hanya saja baru kali ini bulan datang ke rumah Mira, jadi semua tentang Mira, bulan tau. Soalnya bulan sering gabut bertanya kepada Mira, misalnya, udah mandi belum, udah sholat belum. Benar-benar gabut, kan, ni orang.
"Iyalah, tu rambutnya masih basah, dan yang pasti disuruh berhijab, ngak mau. Tapi pengennya punya suami yang Soleh, sabar, tampan, dianya nya aja belum memantaskan diri, tapi banyak maunya," omongnya ibu, kira kebulan, padahal mah anaknya disampingnya, seolah Mira tidak ada.
"Gitu ya, tante, benar-benar Mira ini ya, tan banyak maunya, tapi ngak sadar diri," balasnya bulan.
"Teros, teros, omonggin terus, orangnya ngak ada, kok. Anggap aja anak yang disampingnya ini hanya kertas yang terhempas dan jatuh kelumpur," kata ibu Mira.
"Eh, ada orangnya, ternyata, bhahahh!" Ibu Mira dan bulan pun tertawa.
"Udah dari jaman purba, Mira disini, kale," kata ibu Mira.
"Hus, mulutnya ngak boleh gitu," kata Mira.
"Hehe, maaf, bu, abisnya ibu si," jawab bulan.
"Apa udah diem?" ibu Mira sambil menatap kajam ke Mira, sedangkan Mira hanya mengelus dadanya.
"Btw, nama kamu siapa, nak? Dari tadi ngomong, tante belum juga tau nama kamu," lanjutnya ibu Mira.
"Bulan, tante, nama saya," jawab bulan.
"Oh, bulan, yaudah, tante mau ke belakang, berberes lagi, sambil mau nyiram tanaman," kata ibu Mira.
"I..." Belum sempat bulan menjawab, Mira sudah menjawab duluan.
"Yaudah, pergi sana, ibu, nganggu aja dari tadi," usirnya Mira, sedangkan Mira langsung menunduk karena tidak mau mendengar omelan ibunya.
"Tuh, tu ngak sopan, Mira ini, tapi tenang aja, soalnya Mira anak kesayangan tante banget, lo," ucapnya ibu Mira dengan ekspresi tak terduga.
"Iya, tante, udah tau, lagian, siapa si yang ngak sayang sama anaknya?" kata Mira.
Setelah itu, ibu Mira pun tersenyum dan langsung kembali ke dapur.
"Eh, kita ngapain ya?" sedangkan bukan hanya mengerakkan bahunya, pertanda tidak tau apa yang dilakukan.
"Owh, gini aja, tadi gue liat video masak-masak simple. Nah, tapi sebelum itu, lo mau ngak beli bahan, terus gue masaknya, lo juga bantuin masaknya, mau enggak? Tenang aja, nanti beli bahannya, gue temenin deh," ajaknya Mira.
Mira ini bagaimana, si masa ngajak laki-laki masak? Bayangin laki-laki yang katanya sangat dingin ini diajak masak. Why? Tapi tidak disangka, bulan mau. Langkah banget, kan? Momen ini hanya dengan Mira. Coba dari semua cewek yang ngajaknya, cuma Mira yang ia mau. Bah, ada gerangan, apakah ini?
Karena bulan mau, Mira dan bulan akan berangkat sekarang, tanpa harus menunggu Mira ber-make up, yang pastinya Mira ngak pernah make up, karena Mira beda dari yang lain, dan satu sifat inilah yang membuat bulan suka sama Mira. Eit, bukan suka, yaitu jatuh cinta, ya? Tapi suka sebagai adeknya bulan, karena bulan sudah menganggap Mira sebagai adeknya.
🌼🌼🌼
"Bulan, ini minimarket, tumben banget ada kaca, ya?"
"Ngak tau, gue juga baru kali ini ke minimarket," ucapnya bulan dengan jujur, karena bulan memang kali ini ke minimarket.
"Eh, lucu banget kacanya, bulat-bulat gitu, bulan, sini deh," ajaknya Mira. Bulan mendekat dengan gaya cool dan super dinginnya itu.
"Yok, kita potret," merekapun berpotret, tapi disini bulan hanya bergerak jika Mira menyuruh, jadi kalau tidak disuruh, maka gaya potonya hanya berdiri dengan wajah datarnya.
Sesudah berpotret dan bahan-bahan juga sudah dibeli, mereka pun ke kasir.
"Embak, coba itung semuanya," kata bulan kepada embaknya.
"Ini semua totalnya 350.000, mas," Bulan pun membayarnya tanpa menjawab apa-apa, sedangkan mbak kasir memberikan belanjaannya kepada Mira.
"Dek, kakaknya ganteng banget, cool lagi, boleh lah, nanti jadi calon suami mbak," adu-adu gimana ini, simbak kasir udah jelas, temannya ini ngak suka sama cewek modelan genit.
"Boleh kok, mbak, tapi tergantung sama kakak saya, si mau atau ngaknya sama mbak," jawabnya Mira, sedangkan mbak kasir sudah seyam-senyum, diberi lampu hijau.
"Gimana, kak, mau ngak sama mbaknya?"
"Ogah," jawabnya bulan, hingga membuat mbaknya sakit hati, dan tatapan mbaknya langsung judes seketika kepada bulan. Bulan pun langsung menarik pergelangan tangan Mira yang memakai baju panjang itu untuk pergi dari minimarket tersebut.
"Cie, digodain mbak kasir, cikiwiw!"
"Udah, ngak usah ngeledekin."
"Ihiw."
"Miraaa!" Bulan pun menatap Mira dengan tajam, sedangkan yang ditatap hanya cengengesan.
"Iya-iya, baperan banget, si!"
Sampai di rumah.
"Assalamualaikum, bu."
"Waalaikumsalam, kok cepet banget, jalan-jalannya?" kata ibu Mira, sedangkan Mira dan bulan langsung menyalaminya.
"Bukan jalan-jalan, bu, tapi beli bahan."
"Mira-mira, kamu ini ambil kesempatan aja, jadi orang, pengen banget yang geratisan."
"Nga papa, kok, tan, ngak masalah, kok."
"Dih, ibu, orang, kakaknya juga ngak keberatan."
"Ciee, pake segala, manggil, kakak, ni, ye."
"Ih, ibu, udah, deh."
"Yaudah, iya, terus, bahan-bahan ini, mau diapain?"
"Ini, tan, katanya, Mira, mau masak."
"Dih, Mira, belagu, pake segala, pengen masak, padahal, mah, Mira, jarang banget, lan, masak."
Mira pun kesal dan langsung menarik tangan bulan untuk langsung ke dapur, tapi sebelum ke dapur, bulan menoleh ke belakang, lalu ngomong.
"Tante, kami ke dapur, ya."
"Iya, omonggin sama Mira, jangan hancurin dapur, tante."
"Siap, tan."
Disini, didapur, Mira dan bulan sudah bersiap untuk bermasak. Mira pun menyiapkan kan peralatan nya, sedangkan bulan mengeluarkan bahan yang dibeli nya bersama Mira tadi.
"Terus, ini, gimana, ni?" tanya nya bulan.
"Bentar, kita bukak hp dulu."
"Lah, kirain, udah bisa, ternyata, eh, ternyata."
"Udah, diem, deh."
Sembari Mira melihat video nya, bulan dengan isengnya mengambil tepung dan dioleskan ke wajah Mira, hingga wajah Mira menjadi putih.
"Ih, bulan, putih semua ini wajah, udah kayak hantu gini," kasian banget sihantu dinistahkan Mira. "Jhhhh, lucu banget muka Lo," bulan pun tertawa terbahak-bahak. Mungkin untuk orang lain, tertawa nya bulan ini sangat langkah, tapi bagi Mira, ini mah biasa saja.
"Ihh, jangan ketawa, nanti Mira ngambek ni," bulan pun langsung menutup mulutnya. "Yaudah-yaudah, maaf deh, yok kita buat apa yang pengen dibuat," bujuknya bulan.
"Yaudah, ayok kita buat kue dulu," jawab Mira dengan bibir mengerucut.
"Mira-mira, mudah banget si bujuk Lo, padahal muka Lo aja belum dibersihkan, ini aja gue lagi nahan ketawa," ucapnya bulan dalam hati.
"Ok, yok kita buat kue." Mereka membuat kue hingga selesai, dan tak lupa bulan masih saja tertawa, sedangkan Mira hanya terus menghiasi kue tanpa mau tau apa yang ditertawakan bulan.
Tiba-tiba, ayahnya Mira yang sudah kembali bekerja pulang, dan disambut lah istri tercintanya. "Buk, itu didapur, siapa kok ada orang ketawa?"
"Owh, itu anak kamu sama temannya lagi masak, btw, kok papa cepet banget pulang?"
"Pengen pulang cepet aja, rindu sama putri kita, buk," kata ayah Mira.
"Sama putri nya aja, rindu, ibu ngak ni?"
"Nggaklah, buk, papa juga rindu sama ibu," ibu Mira pun tersenyum.
"Yaudah, buk, kita ke dapur, kita lihat, apasih yang membuat temannya tertawa terbahak-bahak seperti itu."
Sampai di dapur. "Putri papa, lagi ngapain ni? Astaghfirullah, siapa ini? Kenapa muka nya jadi putih semua?" sedangkan ibu Mira dan bulan sudah tertawa terbahak-bahak.
"Ini anak papa lah," kata Mira.
"Masya Allah, anak papa, kenapa jadi begini?"
"Tu pa, orangnya yang bikin muka Mira jadi begini," tunjuknya Mira ke bulan. Papanya Mira langsung menoleh ke arah yang Mira tunjuk, tapi melihat laki-laki tersebut, papa Mira teringat sesuatu.
"Kamu anaknya Juan, ya?"
"Iya, om."
"Yaampun, kamu sudah besar, ternyata."
"Iya, om."
"Ibu kamu pasti seneng banget lihat anaknya tambah ganteng gini."
"Pa," ucap ibu Mira menghentikan pembicaraan sambil berbisik kepada papanya, Mira.
Papa Mira seketika mengingat bahwa ibu bulan ini...
Papa Mira merasa tidak enak kepada bulan, soalnya ibunya bulan meninggal saat bulan dilahirkan.
"Ingat ngak, pa? Mira ingat?" papa Mira merasa tidak enak kepada bulan.
"Ingat, kok, bu, ya udah deh, kak bulan, Mira pengen peluk."
Mira pun langsung memeluk bulan, dan dengan senang hati, bulan pun membalas pelukan Mira.
Sekarang bulan bisa merasakan kasih sayang seperti keluarga yang lengkap, dan ia sangat bahagia. Sebenarnya, bulan dulu tidak pernah sedingin apa yang dikatakan orang-orang. Sifatnya berubah karena ayahnya bulan menikah lagi, dan ibu tirinya ini sangat membenci dirinya, entah apa sebabnya, ibu tiri bulan sangat membenci nya, hingga bulan diusir dari rumah nya sendiri.
"O ya, bulan, katanya kamu diusir dar..." ucapnya papa Mira terputus karena tidak merasa enak jika membicarakan nya dengan bulan, apalagi disini ada Mira.
"Iya, om."
"Om sungguh tidak percaya dengan keputusan ayah mu itu, bisa-bisanya mengusir anak nya sendiri, kalau begitu, kamu sekarang tinggal dimana? Kalau masih tidur dengan teman, mending tidur disini saja, sama Mira, ibu juga pasti senang."
"Enggak, om, bulan udah ada usaha dan bulan juga ada rumah, tapi ya itu, bulan merasa kesepian dirumah sendirian."
"Om bangga sama kamu, dalam usia muda, kamu sudah sukses."
"Makasih, om."
"Pa, kak bulan, tinggal disini aja, ya, hari ini?"
"Ya, kalau papa si terserah kebulannya."
"Gimana, bulan, mau ngak nginap disini? Itu adek kamu yang nyuruh Lo."
Sekarang ibunya ikut gabung dalam pembicaraan nya.
"Yaudah, kalau ini kemauan adek tersayang ku."
"Yaudah, kak, kita main lagi diruang tengah," Mira sambil menarik tangan bulan.
"Mira-mira, mentang-mentang kakak nya mau nginap, papa dilupain, tapi ngomong-ngomong, papa kasihan kepada bulan, ya, Bu."
"Iya, pa, ibu juga sedih, dengar papa tadi ngomong, kalau bulan diusir dari rumah nya sendiri."
"Ya, semoga saja, ayahnya bulan sadar, bahwa wanita yang ia nikahi tidak benar."
"Semoga aja, ya, pa."
HALO-HALO SEMUANYA! PADA SEHAT SEMUA KAN. OKE, INI SAJA, SEKIAN, TERIMAKASIH....
EITS, BELUM SELESAI DONG! MASIH PENGEN NGOMONG.
READER: "APAAN SIH, AUTHOR GABUT BANGET NI?"
HHHHHHH, IYAP, INI AUTHOR LAGI GABUT + PENGEN DISEMANGAT TIN SAMA READER NI. BIAR AUTHOR YA SEMANGAT TERUS, BISA BUAT CERITA INI SAMPAI SELESAI, DAN BISA NGEHIBUR KALIAN YANG MUNGKIN LAGI GABUT JUGA. DAN JANGAN LUPA LIKE SAMA KOMENNYA, BIAR SEMANGAT BERTAMBAH SEPERTI AIR LAUTAN YANG TIADA HENTINYA! HEHE (◠‿◕**).
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Kita_Yama
"Lama banget kamu buka pintu! Itu di bawah teman kamu sudah lama nunggu!" Ibu Mira mulai mengomel.
2023-04-24
0