5. Akhirnya Ketemu

Hari berlalu begitu cepat. Tanpa disadari Evan, dirinya sudah satu tahun, memimpin perusahaan itu dengan laju keuangan makin bertambah omset setiap bulannya.

Saat memasuki akhir tahun, perusahaan mengadakan liburan satu pekan. Hal ini sudah dilakukan secara rutin setiap tahunnya. Yura ingin sekali berpergian ke luar negeri karena sekolah tempat ia mengajar sedang liburan.

Keduanya menggunakan pesawat komersial yang membuat Evan harus menggunakan identitas pribadinya yang asli karena ia tidak mau berurusan dengan hukum jika menggunakan identitas Riandra.

Bersyukurlah saat mengurus paspor dan visa ke Paris Perancis, Evan melakukannya sendiri tanpa meminta bantuan asisten Riky.

Selama perjalanan, Evan begitu romantis memperlakukan Yura. Begitu pula di dengan Yura yang melupakan statusnya sebagai istri orang lain karena saat ini, ia sama sekali tidak mempedulikan lagi dengan suaminya Riandra.

"Apakah kamu tidak pernah merindukan suamimu Riandra, Yura?"

"Tidak ada kesan manis yang ia tinggalkan untukku, lantas apa yang harus aku rindukan darinya?" Balas Yura.

"Bagaimana kalau suatu saat nanti dia akan menuntut mu karena telah menyuruhku untuk menyamar menjadi dirinya?"

"Dia juga harus memberikan penjelasan kepadaku, mengapa dia bisa menghilang begitu saja, tanpa ada kabar apapun darinya" Ucap Yura.

"Benar juga. Kamu bisa menuntutnya balik jika dia berani menuntut penjelasan darimu. Baiklah, kita tidak perlu memikirkan dirinya karena dia tidak pernah mau tahu tentang hidupmu bagaimana kamu berjuang untuk mempertahankan perusahaan miliknya. Harusnya dia berterimakasih kepadamu bukan menyalahkan dirimu." Ungkap Evan.

"Aku tidak ingin memikirkannya saat ini. Bisakah kamu tidak membahasnya Evan?" Pinta Yura terlihat jengah menanggapi pertanyaan demi pertanyaan dari Evan tentang suaminya.

Setibanya di kota Paris Perancis, Evan yang saat ini sedang memesan dua kamar untuk mereka, terlihat bicara serius di depan resepsionis itu. Sementara Yura sedang membuka notifikasi pesan yang masuk di ponselnya.

Saat sedang ingin beranjak dari tempat duduknya yang ada di lobi itu, ia melihat Riandra sedang berjalan merangkul seorang wanita yang sangat familiar baginya.

"Hesti...?" Sentak Yura begitu kaget melihat sahabat baiknya itu tiba-tiba sudah bersama dengan suaminya.

"Bukankah Hesti sudah menikah dengan Dimas? Kenapa bisa bersama dengan suamiku dan sangat mesra dengan Riandra?" Batin Yura lalu diam-diam mengikuti pasangan itu.

Saat keduanya masuk ke dalam lift, Yura juga ikut masuk sambil menyembunyikan wajahnya dengan syal yang dililitkan hingga menutupi setengah wajahnya karena saat ini, Paris baru memasuki musim salju.

Dengan tidak tahu malunya, Riandra dan Hesty saling berciuman mesra di dalam lift itu membuat Yura merasa sangat jijik dengan pasangan itu.

Yura menahan nafasnya dengan tangan terkepal dan mata yang terasa sangat panas. Bagaimana tidak, Hesti yang saat itu pamit padanya untuk menikah secara siri dengan Dimas karena orangtuanya yang tidak setuju hubungan Hesty dan Dimas tiga tahun tahun lalu, sekarang ini malah merebut suaminya.

"Dasar murahan, kau Hesti. Ternyata ini yang kamu lakukan padaku saat aku curhat semua kesedihanku padamu tentang Riandra, tenyata kalian berdua sedang bermain api denganku." Batin Yura.

Pintu lift di buka. Kedua manusia itu keluar menuju kamar mereka saling bergandengan mesra hingga tidak mempedulikan Yura yang berjalan di belakang mereka menahan amarah yang siap meledak.

Setibanya di depan pintu kamar, Riandra membuka pintu itu dan Yura ikut menyerobot masuk bersama keduanya membuat mereka sangat kaget.

"Hei nona! Kenapa kamu malah masuk ke kamar kami?" Tanya Riandra dengan intonasi suara yang terdengar sama arogannya seperti dulu.

"Aku berhak masuk ke kamar ini karena aku istrimu, Riandra Bagaskara." Ucap Yura sambil menurunkan syalnya dengan membuka kaca matanya membuat mata keduanya membulat dengan mulut setengah terbuka.

Tanpa berpikir panjang, Yura menampar pipi Hesti dengan sekencang-kencangnya, membuat Hesty jatuh terjerembab sambil mengusap pipinya yang terasa sangat perih.

"Apakah sakit Hesty? inikah caramu membalas kebaikan ku dengan merebut apa yang aku miliki selama ini? Dari barang-barang bekas ku yang kamu terima sampai suamiku pun kau ambil." Sarkas Yura sambil menahan air matanya agar tidak mudah jatuh.

"Hah...! Cuih...!" Hesti meludah sambil tertawa remeh menatap wajah Yura seakan ia melihat sampah di depannya.

"Apakah kamu bahagia dengan pernikahan mu? Tanya pada suamimu. Apakah selama ini dia mencintaimu? bahkan sampai saat ini kamu masih perawan karena ia tidak berhasrat menyentuhmu sama sekali, bukan?" Sarkas Hesty sambil melirik Riandra yang sama sekali tidak merasa bersalah pada Yura.

"Terimakasih kamu sudah mengingatkan aku tentang perasaan suamiku padaku, dan kau pengecut, harusnya kau ceraikan aku baik-baik jika ingin mengejar pelacur ini. Dia tidak mencintaimu sama sekali karena ia hanya ingin mengeruk hartamu. Kita lihat saja nanti, apakah dia masih kuat bertahan bersamamu tanpa kamu memiliki apapun karena semua harta yang dimiliki Riandra, sudah mertuaku melimpahkan atas nama ku jadi Riandra tidak memiliki apapun walaupun ia harus menceraikan aku." Ucap Yura lalu keluar dari kamar itu.

Ia kembali berhenti sesaat di depan pintu kamar itu dan berbalik karena masih ingin mengatakan sesuatu pada pasangan berengsek itu.

"Aku lupa satu hal, aku akan menghubungi bank untuk memblokir semua kartu apapun yang dimiliki suamiku saat ini. Apakah kamu masih mencintai suamiku, setelah ia menjadi gelandangan, Hesty? Terimakasih Riandra.

Akhirnya aku bisa bebas menikah dengan pria yang aku cintai. Dasar bajingan sialan, hanya karena perempuan sampah kamu berani menghilang tanpa jejak hingga membuat aku kesulitan untuk mengatasi masalah perusahaan."

Yura menutup pintu itu dengan membantingnya cukup kencang membuat Hesty dan Riandra terperanjat.

Hesty menatap Riandra yang tidak mau membelanya sama sekali saat Yura menghinanya.

"Kenapa kamu diam saja melihatku di aniaya oleh istrimu, hah?"

"Karena posisi kita salah. Bagaimana aku harus membela wanita selingkuhan ku. Aku bahkan belum menikahimu sama sekali." Ucap Riandra dengan entengnya.

"Sekarang hubungan kita sudah ketahuan sama Yura, tunggu apa lagi? Ayo kita resmikan pernikahan kita sebelum bayi yang aku kandung ini lahir Riandra!" Pinta Hesti sambil memelas.

"Apakah kamu yakin itu adalah bayiku, Hesty? Saat aku meniduri mu, kamu sudah tidak perawan lagi. Itu berarti bayinya yang sedang kamu kandung itu adalah anaknya Dimas, bukan?" Semprot Riandra membuat darah Hesty makin mendidih.

"Kamu tahu sendiri aku dan Dimas sudah putus tiga tahun yang lalu karena dirimu. Sekarang kamu mengatakan bayi ini adalah bayi Dimas? Hei, di mana otakmu, bodoh?" Teriak Hesty membuat Riandra merasa terhina.

Riandra mendorong tubuh Hesty lalu mencekik leher gadis itu kuat membuat Hesty megap-megap mencari oksigen di udara.

Sementara itu, Yura yang sudah kembali ke tempat resepsionis menghampiri Evan yang sedang menunggunya di lobi.

"Yura...! Kamu dari mana sayang?"

"Sebaiknya kita pindah hotel. Aku tidak mau menginap di sini." Ucap Yura sambil mengusap air matanya.

"Hei...! Apa yang terjadi padamu Yura? mengapa wajahmu terlihat sangat tegang?" Tanya Evan bingung.

Terpopuler

Comments

Sweet Girl

Sweet Girl

bukan Hesty aja yg salah suamimu juga....

2023-06-04

0

Tantikna

Tantikna

sampai sini menafik sih menurutku....mudah2an ke depannya lebih memacu adrenalin lg membacanya

2023-04-08

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!