Urusan perusahaan berjalan dengan lancar. Kehadiran sosok Evan di perusahaan itu makin membuat perusahaan milik Riandra ini berkembang pesat dalam kurun waktu tiga bulan berturut-turut. Itu berarti keberadaan Evan di perusahaan itu sudah berjalan empat bulan lamanya.
Evan yang terlihat sangat cerdas dan lebih hebat mengelola perusahaan dibandingkan dengan Riandra membuat Riky sang asisten mengangkat jempol dan bangganya pada Evan.
Para pemegang saham ikut menikmati hasil kerja keras pemuda berusia dua puluh tujuh tahun itu. Sementara itu Yura juga tidak kalah bahagianya dengan kehebatan Evan.
Pria tampan yang merupakan duplikatnya Riandra ini ingin membahagiakan Yura. Ia membelikan Yura seuntai kalung berlian untuk menyenangkan gadis itu.
Ia sengaja mengajak Yura makan malam di restoran yang ada di wilayah Ancol Jakarta, karena tempat itu yang lebih romantis menurutnya. Yura yang awalnya tidak mengetahui jika pria ini akan memberinya kejutan besar untuknya menurut saja ketika diajak makan malam oleh Evan.
Ia berpikir hanya sebuah ajakan makan malam yang sudah biasa dilakukan oleh Evan padanya. Saat menunggu makan malam dihidangkan oleh pelayan, Evan mengeluarkan kotak perhiasan dari balik jasnya lalu diserahkan kepada Yura.
"Yura...! Ini untukmu. Semoga kamu menyukainya. Memang tidak mahal, tapi aku harap kamu menyukainya karena ini adalah hasil gaji ku yang aku kumpulkan selama empat bulan ini." Ucap Evan.
"Ini untukku?" Yura membukanya dan melihat kalung itu dengan wajah berbinar.
"Bolehkah aku memakaikan di lehermu?" Tanya Evan gugup.
Yura mengangguk pelan dengan senyum merekah. Evan dengan semangat memasang kalung pemberiannya itu pada leher jenjang Yura yang menyambutnya dengan girang.
"Terimakasih Ammar! Kalung ini terlihat sangat cantik di leherku." Ungkap Yura sambil menatap wajahnya melalui ponselnya.
"Aku ingin kita Selfi berdua." Pinta Ammar dan Yura meluluskan permintaan suami samarannya ini.
Keduanya terlihat sangat mesra dengan berbagai pose yang mereka lakukan, hingga Evan mengecup pipi Yura dengan lembut. Seketika Yura terpana dengan apa yang dilakukan oleh Evan padanya. Entah mengapa, kecupan yang itu membuatnya berbunga-bunga. Ia seolah baru merasakan apa itu jatuh cinta.
Karena bersama Rindra, jantungnya setiap saat berdegup ketakutan karena bentakan dan amarah yang tidak jelas dari Riandra padanya. Bahkan Riandra tidak segan untuk menamparnya dan menendangnya jika ia berbuat salah sedikit saja pada suami arogannya itu.
"Evan...! Mengapa kita baru bertemu sekarang? kenapa tidak dari dulu. Saat aku sudah memiliki suami, kamu baru datang padaku menawarkan banyak cinta, tapi aku begitu takut untuk terbuai karena suatu saat nanti pemilik diriku akan datang dan kau harus pergi dari hidupku." Batin Yura sambil menikmati makan malamnya.
"Apakah kamu ingin menanti suamimu itu sampai ia kembali?" Tanya Evan di sela-sela makan malam mereka.
"Entahlah Evan! Aku tidak tahu sampai kapan aku harus bertahan menjadi istrinya. Mengapa kamu menanyakan hubunganku dengan Riandra?"
"Karena aku ingin memilikimu." Ucap Evan terdengar serius.
Deggggg...
Wajah Yura tersentak antara percaya dan juga ragu jika ucapan Evan hanya sebuah candaan." Kamu hanya sedang bercanda kan, Evan?"
"Apakah hal serius ini adalah sebuah candaan, Yura? Apakah kamu tidak ingin merasakan kebahagiaan sesungguhnya sebagai wanita maupun sebagai istri? mungkin perkataanku terlalu berlebihan padamu, tapi ketahuilah, aku jatuh cinta padamu, Yura." Lanjut Evan terdengar tegas membuat Yura menarik nafas berat.
Evan memanggil pelayan untuk meminta bill. Pelayan memberikan bill itu dan Evan menyerahkan sejumlah uang pada pelayan itu." Ambil saja kembaliannya." Ucap Evan lalu mengajak Yura meninggalkan restoran itu.
"Apakah kamu mau kita berjalan ke pantai?"
"Malam-malam begini?" Ragu Yura.
"Kenapa? Kamu takut? bukankah ada aku yang menjagamu?" Evan Meyakinkan Yura.
"Baiklah."
Keduanya berjalan menyusuri pantai sambil bercerita. Evan tidak segan melingkari tangannya ke pinggang Yura begitu juga yang mulai berani merengkuh pinggang Evan.
Keduanya terlihat seperti sepasang kekasih. Yura tidak ingin terlihat munafik bahwa dirinya sangat membutuhkan cinta seorang pria dalam hidupnya. Yang bisa memberikan itu hanya Evan.
Lama kelamaan, Yura merasakan kedinginan karena angin pantai yang berhembus kencang menerpa tubuhnya. Evan membuka jasnya dan memakaikan kepada Yura.
"Terimakasih Evan! Apakah kamu tidak kedinginan memberikan jas mu padaku?"
"Bukankah aku bisa memelukmu jika aku merasa kedinginan?" Sahut Evan sambil melirik Yura.
"Kamu baik dan perhatian sekali Evan. Apakah kamu tidak punya kekasih atau isteri?"
"Sudah..!" Sahut Evan membuat hati Yura teriris sakit.
Wajah Yura berubah sendu dengan air mata yang mulai menyeruak. Evan menarik lengan Yura agar masuk dalam pelukannya." Kamulah kekasihku Yura. Aku sangat mencintaimu, baby!"
Evan meraup dagu Yura agar menatap wajahnya." Aku jatuh cinta padamu saat pertama kali aku melihat wajahmu. Apakah kamu mau menerima aku sebagai kekasihmu, Yura?"
Yura terdiam sambil memejamkan matanya dengan tetap mendongakkan wajahnya menatap wajah tampan Evan.
Tanpa berpikir panjang, Evan memagut bibir ranum Yura dengan lembut. Yura merasakan ciuman pertama itu tanpa membalas ciuman Evan.
"Ya Tuhan. Berikan kebahagiaan ini untukku karena aku sangat membutuhkannya." Batin Yura.
"Ayo kita pulang, sayang. Sebentar lagi akan turun hujan." Ucap Evan lalu meminta Yura agar naik ke punggungnya.
Yura dengan senang hati menaiki punggung Evan karena ia juga sangat lelah berjalan di atas pasir. Yura memeluk erat pundak Evan yang membawa tubuhnya dengan entengnya.
"Evan ..!"
"Hmm...!"
"Apa yang kamu lakukan jika suatu saat nanti suamiku kembali?" Tanya Yura.
"Aku akan membawamu bersamaku. Apakah kamu mau ikut denganku, Baby?"
"Aku sangat bahagia mendengarnya, Evan. Aku tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini setelah kedua orangtuaku meninggal dunia. Jika kamu membawaku juga, aku akan sangat bahagia, Evan." Imbuh Yura.
"Aku akan menikahimu dan kita akan hidup bahagia bersama anak-anak kita, Yura. Tapi, aku tidak punya apa-apa seperti suamimu. Apakah kamu mau hidup sederhana denganku, Yura?"
"Aku sangat menginginkannya, Evan. Tidak peduli seperti apa hidupmu nanti. Asalkan bisa bersamamu, aku tidak akan mengeluhkan apapun lagi, karena bahagiaku ada disamping mu. Aku juga seorang guru, aku janji tidak akan merepotkan mu dan menuntut lebih padamu." Ujar Yura meyakinkan Evan.
Evan tersenyum mendengar ucapan Yura yang begitu tulus mencintainya." Yura sayang, aku akan membahagiakan kamu lebih dari apa yang dimiliki suamimu itu. Kamu tidak akan kekurangan apapun, sayang." Batin Evan.
Keduanya sudah tiba di tempat parkir. Evan membuka pintu mobil untuk kekasihnya dan keduanya meninggalkan pantai Ancol bersamaan dengan hujan yang langsung turun deras membasahi bumi Jakarta malam itu.
"Tidurlah sayang! Aku akan membangunkan mu begitu tiba di rumah." Ucap Evan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Agus
gas terus
2023-06-15
0
Agus
ammar sp
2023-06-15
0
Sweet Girl
kok jadi Ammar...
2023-06-04
0