Wajah-wajah itu tampak tegang lagi pucat menatap wajah angker mematikan milik Rindra yang merupakan Evan. Entah apa yang dimiliki Evan hingga membuat anggota pemegang saham itu tidak mampu berkata-kata.
"Apakah kalian sedang kompak untuk menyingkirkan aku? jawab..!" Bentak Evan dengan suara menggelegar disertai tatapan intimidasi seakan menyihir mereka menjadi batuan beku.
"Kami hanya ingin mengisi kepemimpinan perusahaan ini yang sudah kosong selama dua tahun tanpa kehadiran anda tuan !" Ucap tuan Devino menjelaskan permasalahannya.
"Apakah perusahaan ini milik kalian? Apakah saham kalian lebih besar di bandingkan dengan saham ku di perusahaan ini?" Tanya Evan makin menyudutkan mereka.
"Saham punya anda lebih besar tuan daripada milik kami."
"Harusnya kalian cukup tahu diri posisi kalian dengan kepemilikan saham minim dan loyalitas kalian yang tidak pantas mengambil alih perusahaan ku. Bahkan aku tidak pernah berutang pada kalian. Aku sanggup mengembalikan saham kalian sekarang juga agar tidak ada niat busuk kalian ingin merebut perusahaan ini. Aku memiliki asisten, sekertaris dan istriku Yura.
Jika istriku mau, dia bisa menyingkirkan kalian. Tapi, kalian memanfaatkan keluguannya hanya karena dia tidak bisa melakukan apapun di perusahaan ini. Ingat, perusahaan ini juga miliknya karena kedua ayah kami yang telah membangun perusahaan ini." Lanjut Evan membuat mereka tidak lagi membantah dengan dalih apapun.
"Syukurlah. Kalau anda sudah kembali Tuan. Kalau begitu kami permisi dulu. Kami harap anda tidak serius dengan ancaman anda untuk mengembalikan saham kami dari perusahaan ini." Ujar tuan Sahid.
"Keluarlah dari sini! Aku tidak ingin mendengar omong kosong kalian atau ancaman dariku akan berlaku mulai hari ini dan siapa diantara kalian yang telah mengancam istriku? dia yang pertama aku singkirkan dari perusahaan ku!" Bentak Evan seakan mengetahui segalanya seluk beluk perusahaan milik Riandra itu.
Asisten Riky sangat puas dengan peran Evan barusan. Ia merasa Evan cocok jadi seorang aktor karena bisa menjiwai watak Riandra lebih dari ekspektasi nya.
"Tuan...! Aku tidak menyangka anda bisa membungkam mulut mereka dan membuat mereka lari kocar-kacir hanya melihat tampang angker anda."
Asisten Riky menyalami Evan, namun wajah Evan terlihat tidak begitu menyukai apreasiasi berlebihan dari asisten pribadinya Riandra itu. Riky menarik lagi tangannya dan menyerahkan beberapa berkas laporan untuk diperiksa oleh Evan.
Dalam hati Riky, ia melihat Evan bukan seperti orang awam dengan hal bisnis. Sepertinya orang ini punya sesuatu yang ia sembunyikan. Tidak mungkin hanya dengan berlatih memerankan Riandra, ia bisa mengusai segalanya dalam waktu singkat.
"Apakah orang ini jelmaan dari tuan Riandra ataukah dia memang tuan Riandra yang pura-pura menyamar menjadi Evan untuk mengelabuhi aku dan nona, Yura." Batin Riky sambil meneliti wajah Evan yang sama persis dengan Riandra.
"Aku melakukannya untuk nona Yura, bukan untuk perusahaan ini apa lagi untuk Tuan mu yang berengsek itu." Sahut Evan kemudian.
"Apakah anda jatuh cinta pada nona Yura?" Tanya Riky hati-hati.
"Jika tuan mu itu menyia-nyiakan gadis selembut Yura, aku tidak segan untuk merebut dia dari tuan mu itu." Ujar Evan tanpa rasa bersalah dan segan sedikitpun pada Riky yang hanya menelan salivanya dengan kasar.
"Itu urusan kalian berdua dan siapa diantara kalian yang akan dipilih oleh Nona Yura." Ucap asisten Riky terlihat tidak memihak siapapun.
Tapi Riky yakin kalau Evan mampu menaklukkan hati Yura karena Riandra sama sekali tidak mencintai nona Yura.
...----------------...
Yura tiba di mansion terlebih dahulu. Ia segera mandi dan berganti pakaian santai dengan dress longgar. Wajahnya dibiarkan polos dengan memakai lipgloss.
Evan mengetuk pintu kamar itu. Yura menyambutnya sebagai sahabat bagi Evan." Selamat sore Yura!"
"Sore Evan! Aku sudah menyiapkan air hangat untukmu. Mandilah. Aku ingin kita makan cemilan yang di buat pelayan untuk kita."
Yura mengambil tas kerja milik Evan. Evan memperhatikan wajah cantik Yura yang terlihat sangat segar sore ini.
"Kamu sangat cantik Yura!" Puji Evan membuat Yura tersentak.
"Apa ada yang salah dengan perkataanku, Yura?"
"Tidak ada. Hanya kaget saja." Sahut Yura. Masalahnya selama ini, Riandra tidak pernah memuji dirinya.
"Apakah suamimu tidak pernah memuji kamu?"
"Karena suamiku selalu memujiku, makanya aku agak kaget mendengar kamu memujiku seakan Riandra sedang bersamaku saat ini."
Yura sengaja menutupi malunya dan tidak ingin Evan mengetahui banyak tentang kehidupan rumah tangganya yang hambar bahkan seakan kamar itu seakan membuat hidupnya mati rasa.
Ditambah lagi Riandra menghilang begitu saja dari hidupnya, membuat Yura tidak merasa kehilangan sama sekali suaminya itu.
"Baiklah. Kalau begitu aku mau mandi dulu." Evan masuk ke kamar mandi sambil memikirkan Yura yang terlihat sangat kesepian.
"Jangan-jangan Yura masih perawan sampai saat ini?" Gumam Evan saat berendam di dalam bathtub.
Saking nikmatnya merasakan air hangat dengan wangi aromaterapi membuat Evan ia mengantuk hingga tertidur. Merasa sangat lama, Yura akhirnya memanggil Evan namun tidak ada sahutan dari dalam sana.
"Apakah Evan tenggelam..?" Panik Yura spontan membuka pintu itu dengan cepat.
"Astaga...! Dia tidur..! Lirih Yura lalu mendekati tubuh Evan.
"Evan...! Evan...!" Panggil Yura sambil mengguncangkan bahu Evan.
Evan segera mengerjapkan matanya dan melihat wajah Yura." Maaf aku ketiduran Yura. Apakah kamu sedang menungguku? Tanya Evan spontan berdiri tanpa menyadari kalau ia dalam keadaan telanjang.
"Aaakkk!" Pekik Yura sambil membalikkan tubuhnya. Ia segera keluar dari kamar mandi dengan nafas tersengal membuat Evan tersenyum.
"Berarti Yura masih perawan." Senyum Evan mengembang sempurna. Ia membalut tubuhnya dengan handuk dan keluar dari kamar mandi berjalan santai menuju kamar ganti.
Sementara itu Yura ternyata sudah kabur duduk di balkon dengan kudapan yang sudah hampir dingin karena terlalu lama menunggu Evan muncul.
"Apakah ini makanannya?" Tanya Evan yang sudah ada di samping Yura.
"A..iya! Silahkan dimakan!" Yura membuka penutup makanan itu agar Evan segera menikmatinya.
Keduanya menikmati kudapan itu tanpa banyak bicara. Dalam pikiran Yura saat ini hanya kebayang benda pusaka milik Evan yang sangat besar. Ia terlihat gelisah karena ia sendiri belum pernah melihat milik Riandra begitu pula Riandra belum pernah melihat miliknya hingga lelaki itu menghilang entah ke mana.
"Kamu masih memikirkan junior ku?" Goda Evan.
Yura kembali ke mode wajah datarnya sambil menekan perasaannya sebagai wanita yang sangat kesepian bahkan ingin merasakan bagaimana itu kehidupan pernikahan sesungguhnya.
"Jangan ngaco kamu. Kita berdua hanya pasangan palsu saat ini. Jadi ku harap kamu bisa menjaga sikapmu." Ketus Yura seperti biasanya.
"Apa bedanya dengan pernikahanmu bukankah sama palsunya dengan yang kita jalani saat ini? Bukankah kamu sudah terbiasa dengan peranmu itu hingga bagimu semuanya terlihat sama." Sarkas Evan membuat Yura menelan salivanya gugup.
Deggggg...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Agus
gombal terus
2023-06-15
0