Keesokan harinya ....
Jofferson bangun lebih awal. Ia tidak bisa tidur nyenyak karena ada Deborah di apartemennya yang bahkan sedang tidur di kamarnya.
Setelah semalam berdebat, Deborah yang dipojokkan Jofferson pun mengalah dan tidur di kamar Jofferson. Sedangkan Jofferson tidur di sofa.
***
Jofferson membuat kopi untuknya sendiri dan untuk Deborah. Ia juga membuat sarapan roti panggang. Setelah semuanya disiapkan di meja makan, Jofferson duduk di ruang tamu menunggu Deborah bangun sambil membaca koran.
Saat asik membaca, Jofferson ingat akan amplop yang dibawa Deborah semalam. Ia melihat amplop di atas meja dan menngambilnya. Amplop iyu dibuka dan dikeluarkan isinya. Ia mencermati setiap foto Deborah.
"Foto ini seperti diambil dari jarak dekat. Apa pelakunya berkeliaran disekitaran Bora, ya? mencurigakan sekali," gumam Jofferson.
"Apaanya yang mencurigakan?" bisik Deborah yang berdri di belakang Jofferson.
Jofferson terkejut, ia memalingkan pandangan menatap Deborah.
"Sudah bangun?" tanya Jofferson.
Deborah duduk di samping Jofferson. Ia melihat ke arah foto-fotonya yang dipegang Jofferson.
"Tadi kan kamu bilang mencurigakan. Apanya yang mencurigakan?" tanya Deborah.
Jofferson memberikan foto yang dipegangnya pada Deborah. Ia bertanya, apakah semua foto diambil di area apartemen Deborah? Deborah pun menganggukkan kepala sebagai jawaban.
"Apa ada sesuatu yang mencurigakan?" tanya Deborah menatap Jofferson.
"Kita akan tahu nanti. Kita harus lihat kamera pengawas dulu untuk tahu apakah ada seseorang yang mencurigakan yang sering keluar masuk area apartemenmu. Untuk jaga-jaga nanti kita minta juga rekaman lin di sekitar. Sebelum itu, apakah ada orang lain yang kamu curigai selain aku?" tanya Jofferson.
Deborah kaget, "Kenapa kamu mengungkitnya lagi, semalam kan ku sudah minta maaf." gerutu Deborah.
Deborah tak punya seseorang yang dicurigi. Pikirannya tak sampai ke sana. Ia hanya fokus untuk mengejar mimpinya menjadi aktris.
Jofferson menganggukkan kepala. Karena tak punya orng yang dicurigai, mau tak mau Deborah harus mencurigai semua orang terdekatnya. Jofferson lantas mengajak Deborah untuk sarapan bersama, lalu pergi ke rumh sakit.
***
Deborah mengantar Jofferson ke rumah sakit sesuai ucapannya semalam. Ia menemani Jofferson memeriksakan luka di bahu Jofferson yang terbuka.
Tak disangka ada seseorang yang memergoki Jofferson dan Deborah masuk ke rumah sakit. Wartawan itupun segera mengambil gambar kedua artis top itu. Wartawan tersenyum karena menemukan bahan berita yang akan mengguncang dunia hiburan. Bahkan si wartawan itu menduga memang ada apa-apa antara Jofferson dan Deborah.
"Hoho ... aku akan sampaikan ini langsung pada Pak Direktur. Beliau pasti akan senang dengan gambar yang kudapatkan." batin wartawan itu.
Wartawan itupun pergi setelah mengambil beberapa gambar Jofferson dan Deborah. Wartawan itu tidak bisa masuk ke dalam gedung rumah sakit dengan membawa kamera. Ia pasti akan langsung diusir oleh petugas keamanan rumah sakit.
***
Jofferson dan Deborah ada di dalam mobil, di parkiran rumah sakit. Jofferson sudah selesi menjalani pemeriksaan dan pengobatan. Karena tak ada masalah dengan luka Jofferson, Debora pun merasa lega.
"Aku antar kamu ke mana? kamu akan kembali ke apartemenmu?" tanya Deborah.
"Kita ke apartemenmu. Kita harus mendatangi kantor keamanan gedung apartemenmu dan memeriksa kamera pengawas. Kita tak boleh mengulur waktu, Bora. Kalau tidak masalahnya akan semakin rumit," kata Jofferson.
Deborah terdiam, "Dia tadi memanggil namaku, kan? apa aku salah dengar atau dia menyebut namaku tanpa sadar?" batin Deborah bingung.
"Itu ... apa tak masalah kalau kamu ikut campur masalah ini. Biar aku tegaskan, aku bicara begini bukan karena tak mau kamu bantu. Aku hanya khawatir kamu akan mendapat masalah, jika terlibat dengan hal yang bukan urusanmu." jawab Deborah.
"Aku sudah terlibat sejak kamu mendatangiku ke apartemen. Bahkan kamu pun mencurigaiku. Tk perlu khawatirkan aku dan khawatirkan dirimu sendiri. Bisa saja pelakunya adalah orang yang kamu kenal baik dan diam-diam punya maksud tersembunyi." kata Jofferson.
Deborah tak bisa berkata-kaa lagi. Ia pun mengemudikan mobilnya pergi meninggalkan parkiran rumah sakit menuju apartemennya.
Ternyata wartawan yang tadi menunggu diparkiran dan ia sekarang sedang mengikuti mobil Deborah. Wartawan itu benar-benar ingin mencari berita panas tentang Jofferson dan Deborah, yang dijuluki Queen and King Drama.
***
Di kantor keamanan gedung apartemen Deborah. Jofferson sedang memantau rekaman kamera pengawas dibantu tiga orang petugas.
Deborah juga ikut memantau dengan perasaan harap-harap cemas. Ia penasaran ingin tahu siapa sebenarnya orang yang menguntitnya.
Setelah hampir dua jam memantau, Deborah melihat sesuatu yang mencurigakan. Ia meminta petugas menghentikan rekaman dan memperbesar gambar.
"Tolong perbesar gambar orang yang memakai jaket dan topi itu," kata Deborah menunjuk monitor paling ujung atas sedelah kiri.
"Apa kamu kenal orang itu?" tanya Jofferson.
Debora mendekat dan melebarkan mata. Ia terkejut karena seseorng itu adalah teman baik Kakaknya, yakni Exel.
"Exel!" sentak Deborah.
Jofferson mengerutkan dahi, "Exel?" batinnya.
Jofferson lantas memeriksa rekaman kamera pengawas di hari lain. Dan pria misterius bernama Exel itu setiap hari datang di jam-jam yang sama. Sepertinya ia tahu jam-jam di saat Deborah pulang ke apartemen dan diam-diam memfoto Debora.
"Hahh ... sialan! kenapa aku harus berurusan dengan pria psikopat sepertinya?" kata Debora marah.
"Apa ada sesuatu, Nona? apa kita perlu laporkan ini kepada pihak polisi?" tanya kepala petugas keamanan.
"Tentu saja. Sebelum itu kita harus menangkap basah di dulu. Pasti ada barang bukti yang dia bawa." kata Jofferson.
Jofferson melihat jam yang melingkar di tangannya. Jam menunjukkan pukul tiga sore. Sedangkan pria penguntit itu selalu datang pukul empat sore dan menunggu Deborah.
"Aku punya rencana ... " kata Jofferson.
Jofferson meminta Deborah pergi ke mana saja dan pulang pukul empat lebih. Saat pria penguntit itu mengawasi Debora, Jofferson akan menangkapnya. Jofferson juga meminta bantuan petugas keamanan membantunya.
Deborah menolak, ia tidk mau ambil resiko. Akan lebih baik kalau polisi yang bertindak. Jofferson menjelaskan, jika pria itu menjadi buronan polisi, maka dia hanya akan bersembunyi dan berulah lagi.
Belum saja rencana terlaksana, salah seorang petugas melapor, jika ada seseorang yang mencurigakan, yang mirip pria penguntit datang memasuki gedung apartemen.
Deborah dan Jofferson saling memandang. Pikiran mereka sejalan, menerka pria penguntit itu menuju kamar Deborah.
"Apa saya boleh meminta bantuan Anda, Pak? saya harap Anda membawa satu atau dua orang bersama Anda untuk menangkap penguntit itu sekarang." kata Jofferson pada kepala keamanan gedung apartemen.
"Dengan senang hati kami akan membantu, Pak. Ini memang tugas kami," jawab kepala keaman.
Debora takut juga gelisah, ia tidak tahu apa yang nantinya akan terjadi. Ia khawatir kalau Exel akan berulah.
Jofferson menatap Deborah, ia menggandeng tangan Deborah dan mereka pun pergi menuju kamar apartemen Deborah diikuti tiga orang petugas keamanan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments