Titi Kuning

Titi Kuning

Awal hidup di neraka

Ngingg__

Brumm, gubragh__

Suara sepeda motor mengalami kecelakaan di lintas arah perbukitan. Hari itu jalan menuju puncak tampak sepi. Tidak ada satu pun kendaraan yang lewat, akan tetapi Ganda melihat seekor ular yang sangat besar melata di tengah jalan seolah akan mematuknya.

Ganda mengerem mendadak, sepeda motornya menghindari menabrak ular besar tersebut. Namun, tiba-tiba dia kehilangan keseimbangan sehingga menabrak pohon yang berada di tepi jalan. Pretty jatuh terbanting di aspal, tubuh hancur dan organ tubuh berceceran di sepanjang lintas jalan.

“Pretty!” teriak Ganda.

"Astaghfirullah al'adzim!"

"Ya ampun Pretty! "

Semua teman-teman rombongan sepeda motor berteriak histeris. Ganda berlari pincang menuju jasad Pretty yang tampak tidak utuh lagi. Kecelakaan pada hari itu menewaskan Pretty yang baru saja duduk di semester satu. Karena Pretty meninggal di bonceng Ganda, dia di jatuhi hukuman atas tuntutan pembunuhan dari orang tua Pretty yang tidak terima anaknya meninggal.

Hukuman empat tahun penjara sama dengan dua semester depan yang terlewati. Namanya masuk di dalam catatan hitam negara. Di dalam sel, Ganda sering di jumpai arwah Pretty seolah menunjukkan arwahnya gentayangan tidak tenang.

“Ganda! Ganda!” panggilan suara Pretty menyebut nama kekasihnya.

Terkadang Ganda menutup telinganya, dia sangat ketakutan sampai berteriak histeris seperti orang gila. Hampir saja dia di pindahkan ke rumah sakit jiwa. Tapi, setelah keluarga Ganda berdamai dan meminta maaf pada kedua orang tua Pretty maka masa hukuman berkurang menjadi dua tahun.

...💀💀💀...

Pagi yang mendung, Pretty meminta ijin pada ibunya untuk pergi bersama teman-temannya. Hari ini dia mengatakan hal yang aneh. Wajahnya juga sangat pucat tercium aroma amis ketika dia bersalaman untu pergi.

“Ibu, gimana penampilan Pretty hari ini? ini baju baru terakhir yang Pretty pakai loh bu!” ucapnya sambil berlenggak-lenggok.

“Ngomong apa nggak jelas gitu? Yasudah hati-hati di jalan. Cepat pulang ya!” sahut bu Kasni.

Piring terlepas dari tangan pecah mengenai kakinya. Dari luar jendela dekat wastafel, dia ,melihat sekelebat wujud Pretty memakai baju di penuhi darah. Dia sangat terkejut hingga memastikan kembali penampakan yang di lihat. Pecahan kaca yang sudah tidak dia rasakan lagi, Kasni berlari keluar dari pintu belakang memanggil anaknya.

“Pretty!”

Dia menghilang, perlahan rasa sakit melihat telapak kaki sudah terluka. Kasni menyeret langkah kecil masuk ke dalam rumah. Dia membersihkan luka, tetesan betadine menambah perih di sela rasa khawatirnya. Kasni meraih ponsel mencoba menghubungi Pretty namun nomornya tidak aktif. Dia meracau mengingat kesalahan pada hari sebelumnya.

“Apakah sudah waktunya? Bagaimana cara membatalkannya?”

Ting tong (Suara bel berbunyi)

Dia membuka pintu, ada dua orang polisi berdiri menatapnya sangat serius. “Apakah benar ini rumah Bapak Brojo dan bu Kasni?”

“Ya benar, saya sendiri bu Kasni. Ada keperluan apa sampai bapak-bapak ini ke rumah saya?”

“Kami memberitahu bahwa saudari Pretty meninggal di daerah puncak perbukitan Saranjani. Kini jenazah sedang dalam perjalan pulang.”

“Pretyy! Hiks! Tidak!”

Kasni jatuh pingsan, dia di bawa ke UGD untuk di periksa. Anggota kepolisian memberi kabar pada pak Brojo. Suasana di kediaman rumahnya kacau di sela di rundung duka mendalam. Setelah siuman, Kasni di bawa Brojo kembali ke rumah sambil menunggu jasad anak mereka.

“Bapak harus sadar bahwa Pretty meninggal karena telah menjadi tumbal penghuni siluman ular waktu kita mencari pesugihan di titi kuning!” ucap Kasni menangis tersedu-sedu.

“Aku masih belum terima anak kesayangan ku mati! Pokoknya semua itu karena si Ganda!” bentak Brojo.

Empat puluh hari yang lalu.

Hidup susah, terlilit hutang terakhir kali rumah itu terdengar suara keributan para rentenir secara bergantian menagih hutang. Caci maki tidak henti, kebutuhan rumah, biaya hidup dan pengeluaran tidak terduga membuat mereka menjadi nekad dan gelap mata. Merasa sudah putus asa, Kasni menangis keluar rumah. Dia menuju rumah Yeni sahabatnya menceritakan kesusahannya dan keinginannya meninggalkan Brojo karena merasa tidak bisa membahagiakannya malah membuatnya semakin menderita.

“Aku juga sedang mengalami kesusahan yang sama seperti mu Kas. Belum lagi suami ku mabuk-mabukan dan gila perempuan!” ucap Yeni.

Besar pasak dari pada tiang, Yeni harus ikut bekerja menjadi pembantu rumah tangga demi membiayai kebutuhan rumah dan sekolah anaknya. Menyadari dia senasib menanggung kesusahan dengan dirinya, Yeni mengajak Kasni pergi ke suatu tempat atas saran dari salah satu teman Yeni yang memberikan informasi dan alamat lengkap untuk mendapatkan kekayaan.

“Sebelum kita pergi kesana, apakah tekad mu sudah bulat untuk mengambil langkah ini? karena aku setengah hati memutuskannya” kata Yeni sedikit ragu.

“Bagaimana kalau kita pergi bersama suami kita saja nanti malam, kalau siang begini nanti para tetangga jadi banyak bertanya ingin tau kita pergi kemana.”

“Ya kamu benar Kas. Ocehan, sindiran mereka hanya bisa mengkritik dan menceritai kesusahan orang saja tanpa mau membantu” ucap Yeni.

Setelah menyampaikan keinginan masing-masing. Kedua pasangan suami istri itu pergi mengendarai sepeda motor. Tepat pukul 11:00 WIB, mereka tiba di sebuah pemondokan kecil yang terbuat dari ayaman bambu beratap jerami. Di depannya terdapat orang-orangan sawah berdiri menggunakan topi caping. Hewan-hewan melata kecil keluar dari matanya, Yeni berjalan mundur menarik Kasni.

“Kita pulang saja yuk, perasaan ku tidak enak!”

“Bu Yeni, kita sudah sampai disini. Kenapa mengajak Kasni pulang?” tanya Brojo.

“Yak au benar Brojo. Istri ku, kita tidak bisa terus-menerus hidup susah. Ayo kita coba saja jalan ini” kata Dodo.

Berbagai suara aneh terdengar bersahutan. Mereka mengetuk pintu yang sudah sedikit terbuka. Seorang pria memakai pakaian compang camping melotot membuka pintu lebih lebar, dia mempersilahkan mereka masuk.

“Mau apa?” tanyanya ketus sambil mengusap janggutnya yang panjang.

“Apakah benar ini rumah mbah Joko?” tanya Yeni.

“Ya, ada apa mencari ku? Jika kalian tidak memiliki nyali besar sebaiknya segera pergi dari tempat ini!”

Nadanya sangat keras, Dodo hampir tidak tahan menerima perlakuan pria itu sedang mengepal tangan bersiap memukul wajahnya.

“Brojo, coba kau amati dia. Apakah dia benar-benar seorang dukun?” bisik Dodo.

“Sepertinya begitu, memangnya kenapa?”

“Sikapnya sangat mengesalkan. Kita hajar saja dia kalau ternyata ketahuan seorang penipu” jawabnya masih berbisik.

“Kami akan semaksimal mungkil memiliki nyali jika di uji di tempat ini mbah. Tolong kami, bantu kami mencari kekayaan” ucap Yeni memelas.

“Apakah yang kau maksud itu pesugihan? Jin yang berada di titi kuning bisa mengabulkan apapun keinginan mu asal kau memberikannya syarat yang dia mau”

“Syaratnya apa mbah?”

“Tumbal”

“Siapa yang kami tumbalkan itu mbah?” tanya Kasni ketakutan mendengar kata Tumbal. Di dalam benak berharap jin yang bisa memberikan mereka banyak uang itu tidak menginginkan tumbal manusia.

“Kalian tidak akan sanggup memenuhi permintaannya. Aku mengingatkan kalian agar pergi sebelum menyesali langkah ini.”

Terpopuler

Comments

Cece

Cece

like ❤like

2023-03-11

0

Big Mom

Big Mom

horor lagi😘 nggak Bosen deh

2023-03-11

0

RBhisma

RBhisma

up

2023-03-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!