Pengikut setan

“Kenapa kok kusut banget wajahnya?” tanya Tomo.

“Udah nggak kusut lagi, tapi bonyok!” jawab Reno sambil mengusap wajahnya.

Tomo melanjutkan melahap mie goreng, di Cafe kampus mereka nongkrong selama berjam-jam berhubung dosen tidak masuk. Pesanan Reno belum dia sentuh sedikitpun, dia menunggu kabar dari Dimas yang hingga kini belum menjawab pesannya.

“Bro! maaf belum sempat balas. Dukun yang kamu maksud rumahnya tiga jam perjalanan dari kota” ucap Dimas yang tiba-tiba nongol dari belakang.

“Bikin kaget aja sih!”

“Hey, hey! Ada apa ini kok main dukun?” tanya Tomo penasaran.

“Mau tau aja sih kamu Tom! Kamu urusin tuh Sinta yang udah mau brojol”

“Ren, baiknya kamu harus punya istri deh. Hidup kamu semakin berantakan nggak ada yang ngurus. Atau jangan-jangan kamu mau pelet perempuan ya?”

“Sekali lagi kamu ngomong yang macem-macem ntar aku tabok nih!”

“Udah yuk kita berangkat sekarang. Disana kabarnya kalau udah sore serem banget. Kamu mau ikut nggak Tom?” ajak Dimas.

“Ogah! Awas kalian kesambet!”

“Kamu ikut deh temenin kita berdua. Ntar aku yang ngomong sama si Sinta minta ijin sama dia” ucap Reno.

Pemaksaan berlanjut tarik menarik, alhasil terpaksa Tomo ikut menemui dukun yang berada di wilayah desa Kliwon. Seperti namanya yang menyeramkan, penduduknya juga berkelakuan aneh menggunakan pakaian bercorak gaya busana jaman dulu dengan penutup kepala di atasnya.

Memasuki wilayah itu, ada patung-patung di titik jalan kecil tertentu. Darah kehitaman di sebuah wadah kecil di dekatnya. Reno mengerem mendadak, seroang nenek-nenek mengagetkannya.

“Permisi nek, apa nenek tau dimana rumah kek Jum?” tanya Reno.

“Sebaiknya kalian pergi dari sini!” bentaknya melotot.

“Oiii Ren ngapain sih? Cepetan!” panggil Dimas.

“Aku tadi lagi tanya nenek yang berdiri di depan mobil”

“Nenek mana? Aku nggak lihat kamu lagi sama nenek-nenek. Kamu lihat nggak Tom?” tanya Dimas.

Tomo hanya menggelengkan kepala, perasaannya sudah tidak menentu memandang ke luar jendela.

“Ren kamu yakin ini arah rumahnya?” tanya Dimas.

“Kok kalian nggak lihat sih. Jalan kek Jum kata temen ku arah sini” ucap Reno sedikit bingung.

Mereka berputar-putar di tempat yang sama, sampai akhirnya Tomo minta Reno menghentikan kendaraan. Dia membuang sebatang rokok lalu meminta ijin agar penghuni di wilayah itu tidak menyesatkan mereka.

“Kita pakai cara seperti ini, kakek ku pernah mengatakan agar melakukan syarat ketika masuk ke wilayah angker” ucap Tomo.

“Kok nggak dari tadi sih! Udah mau malam, haduh habislah kita” ucap Dimas.

Lima menit berlalu mereka sampai di rumah kek Jum. Di dalam sana, pria itu menekan dahi mereka. Dimas menyentuh cairan putih seperti tepung yang di beri air. Pria itu memejamkan mata, dia tiba-tiba melotot menarik kedua telinga Reno.

“Aduh sakit kek!!”

“Hentikan kek, telinga si Reno udah merah banget!” ucap Dimas panik.

“Ampun!”

“Jangan ganggu pekerjaan ku! Kamu mau makhluk itu pergi tidak?”

“Ya mau kek!”

Terpaksa Reno menahan semua perlakuan aneh yang dia terima. Terkadang pria itu berbicara sendiri. Menganggukkan kepala, dia menyemburkan air ke wajahnya hingga Reno menahan mual di dalam perut.

“Semua dukun sama saja. Mereka seperti meludahi wajah orang sesuka hati mereka. Kemarin dukun yang aku temui bersama paman Diki juga begitu” gumam Reno.

Semua berpikir kesalahan mereka melintas di jalan angker menuju puncak sehingga mendapat gangguan dari tempat itu. Tapi omongan itu di patahkan oleh si dukun kek Jum. Selesai menghajar Reno, dia memberikan segelas air yang sebelumnya sudah dia ludahi.

“Huekk!” Reno mual sebelum meneguknya.

“Cepat minum” kek Jum memaksanya.

“Minum Ren, kamu nggak mau kan perjuangan mu sampai kesini sia-sia?” ucap Dimas.

“Saran ku kalau nggak sanggup jangan di paksain” kata Tomo.

“Cepat di minum sebelum khasiatnya hilang!” bentak kek Jum.

Reno pun terpaksa meminum air muntahan itu. Wajahnya merah padam, dia memukul dadanya, mengusap perutnya berkali-kali. Dia terlihat begitu tertekan, si pria dukun meneruskan mantra melempari tubuhnya dengan batu kerikil kecil.

“Ini namanya penyiksaan! Siapa saja tolong aku!” gumamnya.

“Kau di ikuti makhluk peliharaan dari salah satu orang yang berada di dalam kecelakaan itu”

“Maksud kakek? Salah satu dari kami punya makhluk jadi-jadian yang mengganggu? Kami pikir kami semua di ganggu makhluk dari tempat itu” ucap Reno.

“Ya, dia akan terus mengganggu hingga menemukan pilihan jiwa yang tempat untuk merenggut hawa murni manusia. Bawa jimat ini kemanapun kau berada”

“Terimakasih kek.”

Tidak tahan membayangkan isi air yang berada di lambungnya, Reno menepikan mobil mengeluarkan semua isi di dalam perutnya. Reno pasrah jika mendapat gangguan dari makhluk halus karena sudah memuntahkan air mantra dari si dukun.

“Kepala ku pening banget nih!”

Brughh_

“Kamu kenapa Nok!”

Tidak ada niat untuk masa depan, kebiasaan hanya foya-foya menghabiskan harta orang tua. Jeki membawa helm di tangan kanannya, dia meminta ijin pada Kasni untuk pergi keluar. Tidak lupa dia minta uang dengan gaya yang memelas mengatakan mau meneruskan sekolah setelah menuntaskan segala urusannya.

“Kamu masih kecil udah punya urusan apa?” tanya Kasni mengeluarkan beberapa lembar uang.

“Uang untuk membeli buku bu. Makasih ya bu, heehheh!”

Kasni tau kalau anaknya itu sedang berbohong padanya. Dia menunggu kejujuran Jeki berharap anaknya akan berubah. Makan malam di meja yang sepi, Brojo belum juga pulang sementara Ega dan Sarah sudah tertidur.

Dia lebih suka menghabiskan waktu di dalam kamar khusus. Setiap malam menikmati hubungan terlarang bersama jin penunggu titi kuning. Sementara Brojo terlena kesenangan dunia, dia menghabiskan waktu di tempat perjudian dengan teman-temannya. Malam ini dia ingin meraup banyak keuntungan. Pria itu sudah memenangkan dua kali taruhan, dia sangat semangat sampai kembali ke rumah mengambil semua uang di dalam brankas.

“Mas kamu yakin istri kamu nggak marah kalau aku ikut ke rumah mu?” tanya wanita berambut pirang.

“Tenang aja dia jam segini pasti sudah tidur. Kamu tunggu disini saja.”

Brojo kembali membawa uang di dalam tas. Riri melotot melihat semua uang itu. Dia merayu Brojo agar menjadikannya istri kedua, wanita itu juga minta di belikan sebuah rumah dan mobil yang mahal. Brojo menuruti semua kemauan wanita itu.

“Setelah memenangkan taruhan ini sekali lagi maka aku akan mengabulkan semua keinginan mu”

“Janji ya mas, aku tunggu loh”

Siapa yang menyangka Brojo kalah di dalam taruhan kartu terakhir yang dia pasang. Semua uangnya sudah habis, dia histeris mengobrak-abrik meja perjudian.

“Pergi kau brojo! Kau tidak boleh mengacau di tempat ini!”

Terpopuler

Comments

Siju

Siju

ogah nikmati pesu sesat

2023-03-13

0

Go mi

Go mi

uang jin di makan setan 😈

2023-03-13

0

Abang rafi

Abang rafi

pagi miss 🙋‍♂️

2023-03-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!