Alasan Menjadi Pelayan

"Belum apa apa sudah minta gaji."

Randi meletakkan segepok uang dengan kasar diatas meja dengan kasar. Untung saja meja itu terbuat dari kayu. Jika dari kaca, bisa dipastikan meja itu akan pecah. Ace memegang dadanya karena terkejut sedangkan Randi dengan cerewet nya mempersiapkan berkas berkas yang harus di tanda tangani oleh Ace.

"Pegang uang mu. Itu masih gaji pokok. Jika hasil pekerjaan mu memuaskan tuan Hans. Bonus mu akan lebih banyak dari gaji yang kamu terima ini."

"Baik Tuan. Aku berjanji akan bekerja dengan benar," kata Ace semangat. Ace mengulurkan tangannya mengambil uang sepuluh juta itu.

"Jangan panggil aku Tuan. Kita sama sama pelayan," kata Randi ketus.

"Hanya saja pekerjaan kita beda tujuan. Aku bekerja untuk membantu menyelesaikan urusan pribadi tuan Hans sedangkan kamu bekerja untuk memuaskan area pribadi tuan Hans," sambung Randi dalam hati. Pria itu menyodorkan secarik kertas untuk ditanda tangani oleh Ace.

Randi menatap Ace dengan sinis. Dia berpikir jika penampilan wanita itu saja yang sopan tapi tidak dengan sikapnya. Di kertas perjanjian itu tertulis jika apa yang menjadi tanggung jawab Ace di rumah itu sangat jelas. Tapi wajah Ace yang full senyum menanda tangani Surat perjanjian itu sudah menunjukkan siapa diri Ace yang sebenarnya.

"Sudah pak," kata Ace setelah tanda tangan nya sudah tertulis di atas kertas bermaterai itu.

"Dasar munafik," kata Randi dalam hati. Dia lebih menyukai wanita wanita yang sebelum nya menjadi pelayan tuan Hans. Mereka berpakaian mini dan pekerjaan menjadi pelayan tuan Hans di tempat tidur. Bukan seperti Ace yang sok suci tapi sudah tidur dengan laki laki. Randi tidak mengetahui jika Sinar tidak membaca Surat perjanjian itu terlebih dahulu karena ada sesuatu yang dia urus dalam satu jam ini.

"Sudah bisa aku pamit pak?" tanya Ace sopan. Randi menggerakkan tangannya menunjuk pintu keluar.

"Terima kasih pak," kata Ace lagi sebelum keluar dari ruangan itu.

"Huhh, bukan hanya munafik. Ternyata dia juga gadis matre," kata Randi pelan sambil menggelengkan kepalanya. Bekerja pada Hans sejak tiga tahun yang lalu. Randi mengetahui kebiasan tuannya itu sejak bercerai dari istrinya. Hampir setiap bulan, Randi harus membuka lowongan kerja sebagai pelayan plus plus di rumah tuannya. Hans termasuk pria yang cepat bosan dengan mainan ranjang meskipun pelayanan pelayan itu memuaskan. Hans seakan mencari pengalaman baru dengan setiap wanita yang berbeda.

Satu jam kemudian, Ace terburu buru turun dari motor ojek online. Kini dia berada di halaman rumah seorang rentenir.

"Ace, kamu kah itu nak. Masuk lah. Kebetulan pak Hardi ada di dalam," kata Bibi Rosma.

Ace mengulurkan tangannya ke arah wanita tua yang sedang menyapu halaman rumah. Bibi Rosma adalah tetangga Ace yang memperkenalkan gadis itu dengan pak Hardi sang rentenir.

"Aku ke dalam dulu bi," kata Ace. Bibi Rosma menangkap tangan Ace dengan cepat.

"Apa kamu mempunyai uang untuk membayar cicilan?" tanya Bibi Rosma. Ace tersenyum kemudian menganggukkan kepalanya.

"Syukur lah," kata wanita itu lagi dan merasa lega melepaskan Ace menemui sang rentenir.

"Ace Calista."

Nama Ace terdengar di ruang tamu itu. Pak Hardi menyambut Ace dengan senyum merekah. Dan senyum pria itu meredup melihat uang di tangan Ace.

"Kamu sudah mendapatkan pekerjaan Ce," tanya pak Hardi. Ace menganggukkan kepalanya. Pak Hardi semakin kecewa mengetahui Ace sudah mendapatkan pekerjaan. Pak Hardi tidak mengharapkan Ace bisa membayar hutang karena ada hal yang diinginkan pria itu. Dia berharap Ace tidak bisa membayar hutang supaya jaminan atas hutang itu bisa menjadi miliknya. Ace bisa meminjam dari pak Hardi atas jaminan sertifikat tanah yang diatasnya berdiri bangunan tempat tinggal keluarga Ace.

"Pak, aku bayar segini dulu ya," kata Ace menyerahkan uang lima juta kepada pak Hardi.

"Kalau segini mah, hanya untuk bunga saja kurang. Keluarga mu meminjam uang ratusan juta dan baru kali ini membayar cicilan. Bisa dikatakan, selama tiga tahun ini kalian hidup karena pinjaman dari ku," kata pak Hardi. Ace menundukkan kepalanya. Apa yang dikatakan oleh pak Hardi memang benar. Mereka mempunyai utang ratusan juta kepada pria itu tapi bukan untuk biaya hidup saja. Bukan niat mereka tidak bisa membayar hutang tapi situasi sulit yang membuat mereka harus meminjam uang dari pak Hardi. Penghasilan sang mama yang hanya menjadi penjual kue keliling tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dan keperluan sekolah Ace dan adiknya.

"Aku tahu Pak. Aku mengucapkan terima kasih atas bantuan bapak selama ini. Aku berjanji, akan berusaha keras melunasi utang itu."

"Sebenarnya ada cara yang mudah supaya hutang keluarga mu cepat lunas," kata Pak Hardi. Ace tidak menjawab. Dia mengetahui apa maksud tersembunyi dari perkataan pak Hardi itu.

"Aku rasa jalan terbaik. Kamu harus menyerahkan rumah itu kepada ku Ace. Hutang kalian akan lunas dan kamu tidak perlu bersusah payah mencari uang lagi."

Ace menggelengkan kepalanya. Sudah berkali kali pak Hardi mengincar rumah yang mereka miliki saat ini.

"Maaf Pak Hardi. Aku dan keluarga tidak bisa. Kami akan berusaha melunasi hutang itu."

Bukan merasa lega karena sudah membayar cicilan kepada pak Hardi. Ace justru terbebani pikiran. Dia takut jika suatu hari nanti, Pak Hardi meminta paksa rumah itu karena memang rumah itu juga dijadikan jaminan atas pinjaman mereka.

Pulang ke rumah. Ace disambut senang oleh sang mama. Bahan bahan sembako yang dibeli Ace setelah pulang dari rumah Pak Hardi kini sudah di susun ke dalam kulkas.

"Menjadi pelayan? gajinya sepuluh juta?" tanya mama Rina tidak percaya dengan apa yang dia dengar dari mulut putrinya.

"Iya ma," jawab Ace. Mama Rina terlihat berpikir karena merasa janggal baginya seorang pelayan mendapatkan gaji sebesar puluhan juta dan bahkan masih ada tambahan bonus lagi.

"Kamu yakin bekerja di sana?" tanya mama Rina lagi. Ace menganggukkan kepalanya.

"Pak Hardi kembali meminta rumah ini ma," kata Ace dengan wajah yang sedih.

Mama Rina juga terlihat sangat sedih. Rumah ini adalah peninggalan dari kedua orangtuanya dan akan diwariskan kepada kedua anaknya. Bukan hanya masalah peninggalan kedua orangtuanya. Jika mereka menyerahkan rumah itu. Setelah itu mereka tinggal dimana?.

"Maaf kan mama yang tidak bisa memberikan kehidupan yang layak kepada kalian berdua nak," kata mama Rina dengan sedih. Ace mendekati wanita yang duduk di kursi plastik itu. Ace mengelus pundak sang mama. Kesehatan yang kurang baik membuat mama Rina tidak bisa bekerja dan bahkan membuat beban utang di pundak anaknya.

"Mama bisa bertahan sampai saat ini. Itu sudah lebih cukup bagi kami ma," jawab Ace.

"Mama tidak melarang kalian untuk menemui papa. Jika itu bisa membuat kalian bahagia dan bisa hidup layak dan bisa melanjutkan pendidikan."

Ace menggelengkan kepalanya dengan cepat. Dia tidak ingin berurusan dengan sang papa. Karena pria itu yang membuat mereka menderita. Tiga tahun yang lalu, sang papa meninggalkan mereka demi wanita lain dengan membawa tabungan dan perhiasan milik mama Rina sehingga mereka terlilit hutang.

Dan saat itulah, kehidupan Ace seketika berubah. Tidak ada lagi tanggung jawab dari sang papa membuat mama Rina mengerjakan apa saja yang bisa menghasilkan uang tapi ternyata tidak seberapa. Dan tekanan batin dari keluarga pihak sang papa membuat mama Rina mengalami stroke satu tahun yang lalu. Kesehatan mama Rina memang sudah membaik tapi bagi orang yang pernah mengalami stroke, mama Rina tidak bisa kerja keras dan berpikir berat.

Terpopuler

Comments

Yuvincean Carolina Marcus

Yuvincean Carolina Marcus

sukaa

2023-04-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!