Aira masuk ke dalam kamar dengan wajah yang cemberut. Ia berpikir si lelaki tidak sanggup untuk berjalan dan hanya berbaring di atas tempat tidur saja. Namun ternyata, ia salah. Pria itu tetap gentayangan sesuka hatinya, tanpa melilitkan selimut di tubuhnya. Jika ada warga yang mengetahui hal ini, sudah pasti ia akan di paksa nikah oleh pak RT.
Dibukanya pintu lemari dan mencari pakaian yang sekiranya muat di tubuh si lelaki. Melihat sikap si laki-laki pembohong itu, membuat ia frustasi. Bagaimana mana mungkin, belalai si laki-laki itu bisa berdiri dengan gagahnya, tanpa di sentuh.
"Badannya besar, dan tinggi. Mana ada baju aku yang bisa muat dengan dia." Cukup lama mencari pakaian didalam lemari, namun tetap tidak menemukan pakaian yang bisa di pakai Devlan.
Aira tersenyum saat melihat dasar berwarna biru dengan motif bunga-bunga, miliknya. Daster ini, bahannya bisa melebar dan berukuran jumbo. "Ini pasti muat sama dia, semoga dia mau pakai ini, tanpa ada kata penolakan. Susah sekali bila bertemu dengan orang yang tidak tahu malu. Jika seandainya, baju dia belum aku cuci, aku akan pakaikan lagi." Gadis cantik itu terus saja mengomeli sambil mencarikan celana untuk si lelaki. Jika hanya memakai daster tanpa celana, sudah pasti belalainya tetap saja berdiri.
"Sepertinya ini muat." Senyum mengembang di bibirnya saat menemukan apa yang di carinya. Celana berbentuk segi tiga berwarna pink. Kondisi sudah molor bagian karet dan kainnya. Aira bersyukur belum membuangnya.
Aira kembali ke dapur dengan membawa baju untuk Devlan.
"Apa ini?" Devan bertanya saat Aira memasangkan baju untuknya.
"Ini baju aku, kamu pakai baju ini dulu. Besok aku akan belikan kamu baju baru." Aira berusaha menahan tertawanya, saat melihat wajah pria tampan nan tinggi dan tegap itu, menjadi cantik.
"Ini baju apa?" Tanyanya. Kening pria tampan itu berkerut memandang baju yang di pakainya.
"Daster," jawab Aira.
"Daster?" Devlan kembali mengulang kata yang diucapkan Aira.
"Iya, baju kaos kedodoran. Kamu sedang sakit dan banyak jahitan di tubuh mu. Baju ini sangat cocok untuk mu, kainnya lembut dan tidak ngepas." Aira berbicara asal sambil membujuk si lelaki. Bersyukur pria itu tidak tahu daster, sehingga ia masih bisa membodohi seperti ini.
Devlan hanya menganggukkan kepalanya dan percaya dengan apa yang dikatakan Aira. "Pantas saja panjangnya sampai selutut ku."
Perutnya sudah kram menahan ketawanya. Bahkan sekarang wajah Aira sudah tampak merah karena harus menahan napas dan ketawanya yang siap meledak. "Tunggu sebentar, aku mau ke kamar mandi." Aira tersenyum dan kemudian berlari meninggalkan Devlan.
Aira tertawa ngakak, ketika sudah berada di dalam kamar mandi. Perutnya sungguh terasa sakit karena menahan ketawanya.
Setelah puas tertawa, Aira kembali ke dapur dan melihat Devlan ya masih duduk di kursi tadi
"Aku lupa, kamu pakai celana ku dulu." Aira mengambil celana berbentuk segitiga.
"Aku tidak mau, warnanya pink." Devlan menolak.
"Ini milik ku, aku sangat menyukai celana ini. Jadi kerena alasan itu, aku selalu menyimpan dan meminjamkannya." Aira tersenyum. Apakah cara ini ampuh atau tidak, yang penting di coba saja. Pikirnya.
"Baiklah aku akan memakainya. Tapi bantu aku, aku tidak bisa memakai nya sendiri." Devlan tersenyum senang.
Ternyata tidak sulit untuk meminta pria itu, agar mau memakai pakaian yang di berikan nya. Dengan cepat, Aira memakai celana tersebut.
Devan hanya diam dan pasrah saat Aira memasukan kakinya kedalam celana berbentuk segitiga berwarna pink. "Bila wanita lain melihat tubuh ku, maka mereka akan memohon untuk di sentuh. Tapi kenapa dia, tampak biasa saja. Bahkan dia terlihat tidak terpesona dengan wajah tampan ku. Apa aku hari ini tidak tampan? Sepertinya aku harus mencari cermin, nanti."
Devlan memandang pakaian yang di pakainya. Meskipun merasa aneh dengan baju yang dipakainya, namun pria itu tetap tidak melakukan protes.
Setelah melihat pria itu memakai baju, Aira sudah bisa berkonsentrasi. Ia kembali menyelesaikan api kompor dan merebut air panas. Begitu air panas mendidih, dibuatnya 2 Cakir kopi.
"Ini minum dulu." Aira meletakkan kopi panas untuk Devlan.
Devan diam memandang kopi panas yang di suguhkan si gadis. Tenggorokannya yang terasa haus dan kering, membuatnya menyeruput kopi itu dengan berlahan-lahan.
Aira duduk di depan Devlan dan meminum kopinya. "Aku tadi hanya pergi ke warung sebentar. Untuk membeli kopi dan gula, saat aku kembali, kamu sudah ada di rumah ku. Bagaimana cara kamu masuk?"
"Pintu rumah mu tidak di kunci dan sedikit terbuka," jawabnya.
Aira menganggukkan kepalanya. "Mengapa kamu bisa seperti ini, apa mau aku melaporkan hal ini ke kantor polisi, Bimo?" Gadis itu berkata dengan serius.
"Tidak usah, aku akan urus nanti semuanya." Devlan tersenyum.
"Baiklah, tapi kamu tidak bisa lama berada di rumah ku." Aira berkata dengan kepala tertunduk. Setiap kali bertatap mata dengan pria itu, membuat ketawanya siap menyembur keluar.
"Aku tahu, namun aku belum mampu untuk pergi. Aduh, perutku kenapa perih sekali." Wajah Devpan meringis menahan rasa sakit.
"Kamu jangan terlalu banyak bergerak. Aku akan memberikan kamu obat penghilang rasa nyeri, Apa kamu mau aku antar ke kamar?"
"Tidak usah, aku mau duduk di sini saja." Devlan tersenyum tipis, bahkan sangat tipis hingga tidak terlihat oleh Aira.
"Apa kamu yakin ingin tetap duduk di sini?"
"Iya, didalam kamar panas."
"Aku di sini hanya sendiri. Karena itu, aku tidak memasang di kamar tamu. Jujur saja, baru kamu yang tidur di sana.
"Apa di kamar mu ada AC?" Tanyanya dengan mata terbuka lebar.
"Apa kamu mau tidur diluar?" Aira memandang Devlan dengan mata melotot.
Dengan cepat pria itu menggelengkan kepalanya.
"Kamu yakin l duduk di sini?" Aira kembali bertanya. Ia merasa tidak nyaman dengan kehadiran Delvan di dapurnya.
Delvan menganggukkan kepala dengan mantap.
Aira menarik napas panjang dan kemudian menghembuskannya secara berlahan-lahan.
"Ya sudah terserah kamu, aku mau masak." gadis itu beranjak dari duduknya dan mulai memasak.
Devlan tersenyum memandang Aira yang begitu sempurna dimatanya. Gadis itu sangat cantik. kulit putih bersih dan rambut panjang hitam. melihat Aira mengikat rambut penuh keatas dan menyisakan anak rambut di bagian tekuk saja, sudah membuat bagian di bawah perutnya tidak bisa di kondisikan. Meskipun merasa kurang nyaman dengan celana dan daster yang di pakainya, namun Devlan tetep pris itu tidak protes.
"Airin, kamu masak apa?" Devlan bertanya sambil menikmati kopinya.
"Belum tahu, masih dipikirkan." Tangan gadis itu sibuk mencari bahan untuk di masak di dalam kulkas.
***
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
༄𝑓𝑠𝑝⍟🥀⃞🕊️⃝ᥴͨᏼᷛtrisak⃟K⃠👏
Astaghfirullah nampak nggak tuh aira belalainya 🤣🤣
2023-07-01
1
⏤͟͟͞Rᵇᵃˢᵉ αииα 🅑αbу ՇɧeeՐՏ🍻
masak iya pake dastet sih..gimana bentuknya coba🤣🤣🤣
2023-05-20
1
💖🍁K@$m! Mυɳҽҽყ☪️🍁💖
Devlan belalai mu ngak bisa lihat yg cantik" ya langsung on
2023-03-25
1