"Tidak ada yang perlu di khawatirkan. Luka tusukan di perut tidak terlalu dalam, sehingga tidak merusak organ dalam. Jadi karena itu aku hanya menjahit saja, untuk menghentikan pendarahan. Begitu juga dengan Luka yang lainnya. Aku juga sudah memberikan antibiotik dan obat menghilangkan rasa nyeri." Aira menjelaskan.
"Kalau begitu, Aku ingin kamu merawat ku di sini. Begitu kondisi ku sudah membaik, aku akan pergi."
Aira diam.
"Aku akan memberikan bayaran yang setimpal untuk mu." Devlan meminta gadis cantik itu untuk bernegosiasi.
"Melihat wajah pria tersebut, Aira tidak tega untuk menolak. Ia kemudian menganggukkan kepalanya. "Aku mau ke kamar ku, istirahatlah."
"Tunggu, apa kamu akan meninggalkan aku tidur di sini? Tubuhku sakit-sakit bila berbaring tanpa alas seperti ini. Apa tidak ada spring bed yang bisa aku jadikan untuk alas tidur?" Ia berharap bisa berbaring di kasur yang empuk. Sekujur tubuhnya terasa sangat sakit dan perih.
"Ada kamar di sebelahku. Apa kamu bisa berjalan?" Tanya Aira.
"Iya bisa." Devlan menjawab dengan yakin.
"Aku akan membantumu untuk berdiri." Aira berusaha untuk menolong pria bertubuh tinggi dan tegap itu untuk duduk.
"Auw." Devlan meringis menahan rasa sakitnya.
"Pelan-pelan saja, apa terasa sakit sekali." Aira melingkarkan tangannya di belakang punggung lebar milik Devlan. Posisi seperti ini, membuat tubuh mereka menjadi sangat dekat. Namun ia tidak memiliki pilihan lain.
"Iya, tapi kamu tidak perlu cemas, aku sangat kuat." Pria itu tersenyum dengan bibir yang kering dan pucat. Dengan sedikit menahan rasa perih di bagian perut, dada dan lengannya, akhirnya ia bisa duduk dan berangsur-angsur berdiri.
"Tutup tubuh mu, apa kamu tidak punya rasa malu?" Aira berkata dengan kesal. Pria itu berdiri dan melepaskan selimutnya.
"Percuma saja, kamu sudah lihat tadi. Bukankah, kamu juga yang membuat tubuh ku polos tanpa menyisakan apapun. Jadi untuk apa aku malu." Devlan tersenyum tipis.
Wajah Aira memerah menahan rasa marah dan malu. Tidak diduganya, bahwa ternyata si Lelaki pembohong yang baru saja di selamatkannya, tidak punya rasa malu seperti ini. Dalam kondisi sekarang saja, barang pusakanya bisa berdiri dengan sempurna. Hal ini yang membuat Aira semakin kesal. Dari wajah pria itu, tampak jelas bahwa si pria memiliki otak mesum.
Devlan tersenyum saat melihat wajah Aira yang memerah seperti kepiting rebus.
"Dasar mesum, dalam kondisi sekarat seperti ini, bisa-bisanya belalai mu berdiri." Aira mengambil selimut dan melilitkan di tubuh Devlan tanpa melihat areal pribadi si lelaki.
"Auw, tolong pelan sedikit. Kamu menekan luka ku." Pria itu sedikit meringis.
Aira hanya diam tanpa menghiraukan pria tersebut.
Devlan tersenyum tipis ketika Aira melilitkan tubuhnya dengan selimut.
Wajah Devlan tampak menahan sakit ketika ia berdiri dan kemudian berjalan sambil memegang pinggang langsing si gadis. Diperhatikannya wajah cantik Aira dengan tersenyum tipis. "Aku tidak menyangka, ternyata yang menolongku, seorang bidadari," batinnya. Ia masih mempertanyakan, siapakah wanita yang telah menolongnya. Mengingat wanita itu bisa mengerjakan pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh tenaga medis.
Dilihatnya tiang penyanggah infus yang sedang di dorong Aira. "Dia memiliki alat medis yang lengkap." Batinnya.
"Kamu bisa berbaring di sini." Aira membantu Devlan untuk berbaring di spring bed untuk satu orang.
"Terima kasih," jawabnya.
Aira mengangguk-anggukkan kepalanya dan pergi meninggalkan kamar. Tidak lama ia kembali masuk ke dalam kamar yang ditempati Devlan sambil membawakan barang-barang pribadi si pria. "Aku tadi mengeluarkan dompet dan ponsel mu. Karena aku sedang mencuci pakaian mu. Ini barang-barang mu." Aira memberikan barang pribadi milik Devlan.
"Apa kamu membuka dompet ku?" tanyanya.
"Tidak," jawab Aira.
Devlan bernapas lega saat mendengar jawaban si gadis.
"Sejak tadi, ponsel kamu tidak ada henti-hentinya berdering. Aku tidak berani untuk menjawab. Jadi semua panggilan aku tolak," jelas Aira.
"Tidak apa, terima kasih," jawabnya.
"Aku mandi dulu, nanti aku akan memasakkan menu makanan malam untuk mu." Aira menyelamatkan kipas angin. Agar pria itu tidak kepanasan.
Terima kasih, aku mau steak daging dan spaghetti," jawab Devlan.
"Hai, kamu pikir ini restoran." Aira membesarkan matanya. Dengan sangat kesal, ia pergi meninggalkan kamar si pria.
Devan senyum-senyum sendiri, ketika melihat pintu kamarnya yang sudah di tutup rapat. "Aku yakin, dia gadis yang sangat cerdas. Karena bisa melakukan pekerjaan seperti ini." Deval tidak hanya kagum dengan Wajah cantik si gadis, ia juga kagum dengan kecerdasan si gadis.
"Airin." Devlan menyebut nama yang tadi sempat di katakan si gadis.
"Bila dia yang merawat ku, aku tidak keberatan bila harus di sini hingga berbulan-bulan." Senyum mengembang di bibirnya. Wajah cantik Dewi penolongnya, masih teringat jelas di pelupuk matanya.
"Tapi di mana, aku saat ini? Aku lupa bertanya kepadanya." Devlan menyalahkan ponselnya. Dilihatnya panggilan masuk dari nomor orang kepercayaannya. Panggilan itu terjadi sekitar 1 jam yang lalu. Itu artinya saat ia sudah berada di rumah wanita yang menyelamatkannya. Tidak ada pesan yang masuk dari nomor tersebut. Orang kepercayaannya itu, hanya menghubungi berulang-ulang kali.
"Apa dia sudah mengkhianati ku?" Rasa percaya kepada pria itu, sudah memudar. Devlan sudah tidak bisa untuk percaya begitu saja. Setelah ini, pria itu akan di coretnya dari daftar orang kepercayaannya.
"Aku tidak menduga, 5 tahun dia selalu menjadi orang yang paling setia, namun mulai saat ini aku sudah tidak bisa untuk percaya." Devlan tersenyum tipis.
"Jika kalian tidak mencurangi ku, dengan cara kotor, aku pasti tidak akan seperti ini." Rasa sakit dihatinya, jauh lebih menyakitkan dari pada luka di tubuhnya. Setelah apa yang terjadi hari ini, ia tidak akan pernah bisa percaya kepada siapapun.
"Ternyata lokasi ini cukup jauh dari ibu kota. Aku menyesal mempercayai orang itu. Aku tidak menyangka kalau dia ternyata orang suruhan." Devlan melihat di mana posisinya saat ini dari google map. Rasa marah karena dikhianati , nampak jelas di matanya. Namun walau bagaimanapun, ia tetap merasa senang dan bahagia. Bisa berjumpa dengan Airin. Gadis yang memiliki 1000 pesona. Mengingat gadis itu, senyum terbit di bibirnya. Bagaimana mungkin ia bisa senang dan bahagia disaat nyawanya dalam kondisi bahaya seperti ini.
Diperhatikannya setiap sudut kamar yang saat ini ditempatinya. Kamar ini cukup kecil dan hanya ada spring bed untuk 1 orang, lemari pakaian kecil dan kipas angin. Bila diperhatikan, kamar ini seperti tidak ada yang menepatinya. Namun tetap sangat bersih dan rapi.
Pria itu mengusap bagian perutnya yang saat ini menempel perban. Meskipun gadis itu mengatakan sudah memberikannya obat penghilang rasa sakit, namun tetap saja terasa nyeri dan pedih. Mengingat apa yang tadi di alaminya, ia tidak menduga, saat ini masih hidup dan bisa bertemu dengan seorang bidadari.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
༄𝑓𝑠𝑝⍟🥀⃞🕊️⃝ᥴͨᏼᷛtrisak⃟K⃠👏
Alhamdulilah tetap bersyukur ya
2023-06-27
1
æ⃝᷍𝖒𖣤᭄℃æͣ͢𝖒ᷘ𝅘 ͤ⸙ᵍᵏ
Selalu ada hikmah dr setiap kejadian. Dan hari ini kamu tau siapa yg menghianatimu 😌 dan bisa bertemu dengan bidadari penolong
2023-03-21
4
æ⃝᷍𝖒𖣤᭄℃æͣ͢𝖒ᷘ𝅘 ͤ⸙ᵍᵏ
menyelamatkan 😭🤧 kipas angin
2023-03-21
2