Bab 4

"Untuk menangkap hiu aku tidak perlu masuk ke dalam laut. Aku cukup melemparkan potongan daging segar, maka hiu akan datang dengan sendirinya. Aku akan membuat dia berada di dalam permainannya sendiri. Aku ingin melihat, siapa orang yang berada di belakang dia, hingga dia dengan berani melawan ku." Devlan berkata dengan mata yang memerah. Rahangnya mengeras dengan wajah merah mentah amarah. Ia tidak menduga, orang yang sudah diangkat derajatnya hilang tinggi, tega berkhianat dan ingin membunuhnya.

Potongan peristiwa demi peristiwa melintas dipandangannya. Semakin ia mengingat asisten pribadinya itu, membuat darahnya semakin mendidih. Penyesalan terbesarnya, ketika memberikan seluruh kepercayaan untuk pria tersebut. "Aku pastikan, dia akan mati. Dia sudah sangat lama dengan ku, sudah begitu banyak yang dia tahu. Itu artinya, dia harus aku singkirkan segera. Namun saat ini, aku harus sedikit bersabar agar bisa mendapatkan orang yang ada di belakangnya.

Devlan menatap layar ponselnya dengan rasa emosi. Sampai saat ini pria itu masih terus menghubunginya. Ponsel itu dibiarkannya menyala begitu saja. Ia mencoba untuk duduk dan mengintip ke luar. "Ternyata dia masih berada di sini dan mencari ku."

*

Aira masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu terlebih dahulu. Tubuhnya terasa amat lelah, gadis itu memilih untuk merebahkan tubuh di atas tempat tidur. "Bila aku keluar sekarang dan membelikan pakaian untuk si Devlan alias Bimo, sudah pasti nanti ada yang melihatku. Entah mengapa aku merasa kondisiku sangat tidak aman. Tapi tidak mungkin orang itu tidak memakai pakaian. Mana dia nggak tahu malu lagi. Apa dia pikir, aku aku akan tertarik dengan belalainya." Aira merasa kesal setiap kali mengingat wajah mesum si pria.

Gadis itu menepuk keningnya ketika pikiran kotor merayap di otaknya. "Apa sih yang aku pikirin, bisa-bisanya aku mikirin itu. Serem tahu, gedenya minta ampun lagi." Namun tidak bisa di pungkiri bahwa pria itu begitu sangat tampan dan mirip seorang bule. Hidung mancing, rambut coklat, bola mata kebiruan dan garis wajah tegas dengan bibir berwarna merah dan sedikit tebal.

"Tapi mukanya ganteng banget. Terlihat sekali kalau dia keturunan campuran. Tapi tetap saja, dia tidak akan mampu membuat aku jatuh cinta. Mana mungkin aku bisa naksir dengan pria pembohong. Status dia juga masih dipertanyakan. Dia beneran orang baik atau tidak. Jika dia orang baik, kenapa dia punya banyak musuh. Karena dia, sekarang aku harus was-was seperti ini." Ia merasa gelisah. Rasa cemas dan takut, membuat hatinya tidak tenang.

Baru saja merebahkan tubuh di atas tempat tidur, ia sudah kembali bangkit. Diintip nya keluar lewat jendela kamarnya. Jantungnya berdegup dengan cepat, ketika melihat kondisi di luar kamar. Ada beberapa orang pria yang memandang ke arah rumahnya. Di kawasan tempat tinggalnya ini, memang rumah tidak begitu banyak. Namun juga cukup rapat. Sehingga para pencari jejak kesulitan untuk menentukan, rumah yang menjadi tempat bersembunyi Devlan.

"Tuh kan mereka masih ada di sini. Bagaimana ini." Aira berpikir sejenak. Menghadapi kondisi yang seperti ini, tidak pernah terbayangkan olehnya. Bagaimana mungkin pria itu masuk ke dalam rumahnya dalam kondisi luka para. Sebagai seorang tenaga medis, sudah kewajibannya untuk menolong pria tersebut. Biasanya kondisi seperti ini hanya ada di film aksi laga. Aira semakin pusing memikirkan nasibnya kedepan. Bagaimana cara untuk mengusir pria tersebut.

Ia menarik napas panjang kemudian menghembuskannya secara perlahan-lahan. "Sepertinya pria itu baru bisa pergi meninggalkan rumahku bila memang kondisi benar-benar aman karena aku juga tidak ingin terseret dalam masalah ini. "

Setelah memutuskan hal tersebut, ia mengambil handuk dan pakaian ganti. Gadis itu kemudian keluar dari kamar dan langsung menuju ke kamar mandi yang berada di bagian belakang dekat dapurnya. Tidak butuh waktu lama untuk membersihkan tubuhnya. Setelah merasa bersih, segar dan wangi, Aira keluar dari dalam kamar mandi.

Saat ini di rumahnya ada orang asing, jadi karena itu dia tidak bisa seleluasa seperti biasanya. Bahkan untuk ke kamar mandi saja, ia tidak ingin memakai handuk dan lebih memilih memakai pakaian ganti langsung dari kamar mandi.

Aira mengenakan pakaian yang sangat sopan untuk di dalam rumah. Stelan piyama lengan panjang dan celana panjang berwarna pink. Ia masuk ke dalam kamar untuk menyisir rambutnya yang panjang dan juga hitam. Setelah mengikat penuh rambutnya ke atas dan memakai krim wajah, gadis itu keluar dari kamar.

Dimasukkannya air di dalam teko siul dan kemudian menyalakan api kompor. Sudah menjadi kebiasaannya, meminum air yang di rebus seperti ini. Aira berencana untuk membuat kopi dan juga menggoreng sosis yang akan dijadikan untuk cemilan.

"Apa yang kamu lakukan di sini." Aira panik saat melihat pria itu sudah berdiri di dapur. Lagi-lagi, Devlan tidak menutup tubuhnya.

"Aku tidak bisa, didalam kamar, panas sekali." Keluhannya.

Aira diam dan menarik napas panjang. Melihat isi dari dompetnya, Ia tahu bahwa si Lelaki orang kaya raya. Dompet pria itu bukan hanya tebal dengan uang rupiah saja, namun juga uang dollar. Bahan di dalam dompet, ada kartu kredit berwarna hitam. Melihat kartu itu saja, ia sudah bisa ditebak, seberapa kaya si laki-laki tersebut.

"Apa kamu tidak ada rasa malu, berjalan tanpa memakai apapun?" Aira memandang ke lain arah. Wajahnya begitu amat merah mentah rasa malu. Degup jantungnya juga tidak beraturan karena ulah Devlan.

"Aku tidak punya baju, berjalan dengan selimut, susah," balasnya.

Aira merasa geli, dan risih, melihat benda yang berada di bawah pusar. Benda itu berdiri dengan gagah beraninya. "Apa kamu tidak bisa, mengkondisikan belalai mu?"

"Dia memang sangat taku kondisi dan situasi. Dia begitu tahu bertemu dengan siapa. Jika bertemu dengan wanita cantik seperti mu, dia akan berdiri tegak dan memamerkan betapa kuat dan kokohnya dia. Namun jika bertemu dengan nenek-nenek, dia akan menunduk sopan. Seperti itu sifatnya." Devlan berkata tanpa ada rasa malu.

Satu pukulan tetap mendarat di lengan yang terluka, sehingga pria berwajah tampan itu meringis.

"Ada lagi, dia sangat mahir berjalan di jalan yang licin, tanpa cahaya." Pria itu sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi, ketika mulutnya ditutup Aira dengan telapak tangannya.

"Untung aja mukanya ganteng, kalau jelek, aku sudah menendangnya keluar dari rumah ku," batinnya.

"Duduk di sini, tunggu sebentar." Aira memposisikan tubuh tinggi dan tegap itu, untuk duduk di kursi makannya.

Devlan tersenyum lebar dan menurut. "Kamu mau ke mana?" Tanyanya.

"Tunggu saja sebentar." Aira mematikan api kompor dan pergi. "Kenapa ada orang seperti dia," sungut gadis tersebut.

Devlan hanya diam dan duduk sambil menunggu.

"Kalau tidak karena kondisinya yang sedang sekarat dan dalam bahaya, aku tidak akan membiarkan orang itu ada di rumah ini. Mana otaknya mesum sekali lagi, Sengaja memanfaatkan situasi. Dikiranya, aku akan tergoda melihat miliknya. Ya walaupun besar, tapi buat aku ngeri dan merinding." Aira mengomel dalam hatinya.

***

Terpopuler

Comments

Zartini Mela

Zartini Mela

hahhahha.. berdiri dgn gagah berani si belalai..ini autor apa Aira yaa..😂🤣🤣🤣

2023-04-27

2

💖🍁K@$m! Mυɳҽҽყ☪️🍁💖

💖🍁K@$m! Mυɳҽҽყ☪️🍁💖

ngak ush ngomel" terus Aira 😂😂😂😂😂

2023-03-25

1

æ⃝᷍𝖒𖣤​᭄℃æͣ͢𝖒ᷘ𝅘 ͤ⸙ᵍᵏ

æ⃝᷍𝖒𖣤​᭄℃æͣ͢𝖒ᷘ𝅘 ͤ⸙ᵍᵏ

Si Bimo nackal bener dah 😅 bisa²nya dia ngomong seperti itu dengan gamblang tanpa ada rasa sungkan 😅 Padahal udah di tolong masih aja bikin repot 😂😂

2023-03-22

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!