Bulan semakin tertutup kabut hitam. Cahayanya mulai sempit dan terasa agak lain. Banyak nyanyian Jangkrik dan lolongan Anjing liar yang terasa memekik hebat tapi ini seperti bengis dan jantan.
Setiap langkah mereka menapaki sebuah lingkungan kumu ini maka hawa dingin itu menyeruk dan terasa sangat mengerikan. Padahal, disini seperti tempat Pemukiman pinggiran kota dimana hanya ada deretan rumah petak yang tak tinggi dan banyak dijaga Anjing-anjing liar yang terus menggonggong.
"Tuan! mereka sudah menunggumu."
"Hm. Pergilah!" titah Maxwell terlihat berdiri di pinggiran jalan tempat ini menatap dengan datar segerombolan Anjing yang tadi mendekatinya. Jaket itu ia eratkan karna udara disini cukup dingin.
Tak berselang lama saat Maxwell mendekat mereka langsung berhamburan pergi membuat Jirome hanya diam menelpon di depan sana.
"Aku sudah bicara dengan mereka. Kau bisa membawa Tuan kesini."
"Pastikan tak ada masalah lagi," tegas Jirome lalu mematikan sambungan itu. Ia beralih melihat Maxwell yang tampaknya cukup senang menakut-nakuti Anjing-anjing disini dengan hawa tak mengenakan dari tubuhnya.
"Tuan!"
"Katakan pada Jack aku ingin satu Doberman lagi," pinta Maxwell yang ingin Balmonnya di Kediaman sana memiliki teman.
Doberman adalah sejenis anjing ganas yang memiliki intimidasi yang kuat. Maxwell punya satu pejantan itu di Kediamannya dan ia rasa hanya Balmon yang bisa ia ajak berburu setiap senggangnya.
"Mereka terlalu penakut," desis Maxwell melanjutkan langkahnya. Ia sudah biasa kesini hingga kedatangannya tentu sangat di sambut oleh para Penjahat kelas Kakap disini.
Dan betul saja. Belum sampai Maxwell menjauh beberapa langkah di depan saja. Tiba-tiba segerombolan orang berpakaian serba hitam tengah mendekat ke arahnya.
Salah satunya adalah sesosok Pria dengan rambut gimbal dan wajahnya di penuhi oleh luka jahitan dan alhasil ini begitu mengerikan. Ia adalah Hunter yang menjadi kepala di Perdagangan gelap ini.
"Tuan!" sapanya penuh hormat dan begitu juga rekan yang lain.
Maxwell seketika kembali pada stelan kepribadian gandanya. Ia diam pertanda tak ada masalah untuk kali ini.
"Tuan Max! Kami sudah menyiapkan semua yang anda inginkan. Ini anak-anak baru yang masuk ke Pasar kami."
"Pastikan mereka tak menyusahkanku," desis Maxwell dan itu adalah titahan bagi mereka semua.
Hunter itu mengiring Maxwell kesebuah Casino yang memang tersembunyi dari jalan ini. Awalnya memang sepi seperti pemukiman biasa tapi setelah masuk ke dalam sebuah Gerbang yang di jaga oleh dua Pria berkepala plontos itu mereka ditampilkan kembali dengan Bangunan-bangunan yang sama tapi di dalam menyimpan surga dunia.
Ada tempat berjudi yang telah di penuhi banyak orang urakan dan banyak lagi spot-spot ilegal seperti Tempat perdagangan Narkoba serta penjualan wanita disini.
Saat kedatangan Maxwell mereka semua tampak hening padahal semula begitu ramai. Tak ada yang berani bergerak dari tempat duduknya bahkan bernafas saja mereka tahan.
"T..Tuan!"
"Lanjutkan saja!" sambar Jirome tak mau membuat Maxwell yang tengah mengacuhkan para Wanita penghibur yang tadi menemani Pria-pria penjudi disini.
Melihat Maxwell yang mulai risih dengan para wanita-wanita ini, Hunter segera menatap tajam para rekannya yang langsung menarik Wanita-wanita berpakaian mini ini untuk pergi dari sini.
Mereka memberontak tapi juga tak tahan akan hawa intimidasi dan pesona Maxwell yang membuat bagian inti mereka berdenyut.
"Tuan! Silahkan!" ujar Hunter menepi tapi mata tajam Maxwell melihat jika disini bukan hanya ada orang-orang yang ingin bersenang-senang.
Ada sodoran Pistol dari 3 penjuru mengarah padanya. Jarak mereka sudah bisa Maxwell tentukan dan kedatangannya kesini sudah bocor ke pihak musuh.
"Apa ada undangan yang lain?" tanya Maxwell dengan gestur tenang tapi wajahnya terlalu sukar ditebak. Mereka jadi saling pandang tak tahu tapi yang jelas ini pertanyaan maut.
"T..Tuan! Maksud anda.."
"Kau mengundang yang lain?" tanya Maxwell hanya menatap lurus kedepan. Hunter terdiam melihat disekelilingnya. hanya ada orang-orang yang biasa melakukan Transaksi ilegal disini.
"Kami baru tahu anda akan datang malam ini. Tuan! Jadi, kami tak mungkin mengundang siapapun."
"Hm. Masuk akal," gumam Maxwell melihat dari genangan air yang terpantul oleh cahaya lampu di sekitar sini.
Anggotanya sudah bersiap dengan Pistol yang sudah terisi penuh karna anggota musuh nyatanya sudah mengintai sejak tadi.
Merasakan suasana yang begitu meremangkan ini Hunter tahu jika disini tak hanya ada mereka.
"Tuan!"
Maxwell diam tapi sedetik kemudian ia menyeringai menatap Jirome yang langsung melepas tembakan ke arah tempat-tempat yang sudah mereka bidik sedari tadi.
Seketika lesatan peluru itu beradu sengit membuat semua orang berlarian untuk menyelamatkan diri. Kaca depan Casino pecah dengan botol-botol minum ikut hancur karna Timah panas dari masing-masing anggota tak mau mengalah.
"Aaaaa!!!"
Teriakan pada Wanita tadi kala Satu persatu Tubuh anggota musuh itu telah terpental dengan kepala yang sudah tak berbentuk. Begitu juga tangisan anak-anak yang tadi di kurung dalam satu ruangan yang tak jauh dari Casino ini.
Jipratan darah dimana-mana tapi Maxwell hanya berdiri di tempat yang sama bahkan ia menyukai suara senjata api ini melewati tubuhnya tapi tak mengenai pinggiran Jaketnya sama sekali.
Ia suka melihat kemampuan para Anggotanya di pertunjukan pada Orang-orang disini dan jelas mereka semua memucat melihat bagaimana anggota musuh bertumbangan dengan keadaan tanpa nyawa.
"Black Devil memang mengerikan," desis mereka tak bisa membayangkan bagaimana Maxwell bisa berdiri disana menyaksikan langsung eksekusi kematian ini.
"Kembalikan semua Bangkai itu pada sumbernya!!" titah Jirome dan diangguki mereka.
"Baik. Tuaan!!"
Mereka segera memecah lalu menyeret Mayat-mayat dengan darah berlumuran ini untuk keluar dari area Casino.
Melihat itu Maxwell sangat puas. Ia berjalan gontai melewati orang-orang disini sampai Hunter sadar kembali mengiringnya ke arab ruangan di samping Casino.
Lampu itu menyala cukup terang hingga saat Pintu dibuka kama suara tangisan ini membuat Maxwell mengepal.
"Tuan! Kami punya 10 anak kau.."
"Pilih salah satunya," gumam Maxwell menahan hawa panas di dalam tubuhnya. Ia sangat muak melihat wajah-wajah pucat dan mata ketakutan yang menyala seakan meminta bantuan padanya.
"Lepaaass!!! Lepasss hiks!!!"
Hunter mencari anak yang masih bisa di bawa pergi dan tentunya sehat. Semuanya masih kisaran 7 Tahun dengan kedua tangan di gantung ke atas palang besi yang melintang di dalam ruangan itu dan ada yang dibawah 5 Tahun tengah ikut menangis dengan bebas karna mereka hanya bisa melihat anak-anak lain memekik histeris.
"Tuan! Apa yang ingin anda cari? Perempuan atau laki-laki."
"Yang tak bergerak," jawab lugas Maxwell tapi membuat Hunter menatap Jirome yang tahu jika permintaan Tuannya terlalu mengerikan.
"Cari anak yang penurut dan tak banyak menyusahkan."
"Bagaimana dengan ini? Tuan!" tanya Hunter sudah memilih 2 anak berumur 5 Tahunan yang tampak menatap mereka dengan mata berair polosnya.
Maxwell menatap tajam mereka semua hingga dalam satu helaan nafas saja tangisan itu langsung pecah.
"Sialan!!" umpat Maxwell melihat jika tak ada yang cocok disini. Ia melangkah keluar tapi saat ia ingin pergi tiba-tiba saja ada yang menerkam kakinya.
Jirome dan semua anggota mereka terkejut sekaligus menelan ludah berat kala wajah Maxwell mengeras kala dua tangan mungil bening itu tengah menggapai kupu-kupu yang hinggap di ujung jaket yang ia kenakan.
"Mamaa!!"
Panggilnya dengan suara yang terdengar begitu lucu. Bocah perempuan mungil dengan mata besar bermanik abu tua bening dan pipi gembul yang menggemaskan. Pakaiannya terlihat terurus dengan rambut pendek kecoklatan menyatu dengan kulitnya yang bersih tanpa noda.
"Mamaa!!" suara cadelnya mencoba meraih Kupu-kupu di Jaket Maxwell tanpa ada rasa takut bahkan air mata sama sekali.
Tak sama dengan anak-anak yang lain ketika melihat Maxwell mereka seperti didatangi malaikat maut.
"Mamaa!!! Mamaa!!"
"Kauuu!!!" geram Maxwel menarik paksa kakinya hingga Balita mungil itu jatuh ke tanah lembab ini. Pakaian seperti Peri dengan kain transparan mengkilap di area bahu itu membuat tampilannya seperti anak seorang bangsawan.
"Mamaa!!! Mamaa!!" pekiknya bangkit dengan kaki pendek gemuk itu kembali berjinjit meraih ujung Jaket Maxwell sudah berapi-api langsung mengeluarkan Pistol di tangannya yang menekan kening mulus bocah ini.
"Tuaaannn!!"
Pekikan seseorang dari samping sana hingga mereka melihat Wanita paruh baya yang terlihat sederhana mendekat dengan tatapan takut dan panik langsung menggendong Bocah kecil itu.
Ia segera menurunkan kedua lututnya ke tanah lembab ini dengan kepala menunduk dan mata berkaca-kaca.
"T..Tuan! Tuan maafkan Putriku. Maafkan dia!"
"Mamaa!" gumam si kecil itu tersenyum melihat Kupu-kupu tadi hinggap di kepala Wanita paruh baya yang rentan tengah memeluknya sekarang.
Maxwell diam dengan rahang mengeras dan Pistol siap meledak. Ia sama sekali tak iba dengan semua ini bahkan rasanya begitu muak.
"Kau saja yang menggantikannya."
"T..Tuan! Saya.. Saya mohon. Ampuni saya. Dan.."
Maxwell sudah ingin menarik Pelatuk di tangannya tapi Bocah perempuan itu berbalik menatap lubang Pistol yang tepat sudah mengarah ke kening mereka berdua sejajar.
Kepala cantik itu miring seakan tertarik dengan benda ini. Perlahan tangan mungilnya terangkat menyentuh ujung Pistol Maxwell yang seketika membisu begitu juga mereka semua.
"Mama! Mainan," gumamnya terlihat ceria dengan senyuman begitu indah.
Maxwell spontan langsung menurunkan Pistolnya tak menyangka jika ada yang bisa berekspresi seperti ini di depannya.
"T..Tuan! Tuan maafkan kami. Maaf!"
"Dia bukan Putrimu!" tegas Maxwell tahu itu. Hunter yang mendengarnya langsung memberanikan diri mendekat karna ia kenal Wanita ini siapa.
"Tuan! Dia adalah pelayan di Pura Tua Goodness. Tolong lepaskan dia. Tuan!"
"Pura?" gumam Maxwell mengingat-ngingat. Kalau tidak salah Pura Goodness adalah tempat Pemuja umat Hindu untuk leluhur mereka yang telah tiada tali sudah lama dan termasuk Tua.
"Iya. Tuan! Ini Putrinya Evelyne. Dia sering bermain di sekitar sini. Tuan!" jelas Hunter takut-takut Pistol di tangan Maxwell berpindah padanya.
Melihat jika Anak ini tak takut pada Tuannya menarik inisiatif Jirome untuk memecah masalah mereka sekarang.
"Tuan!"
"Aku tak menerima saranmu," desis Maxwell melihat jika anak ini terlalu berani. Ini pasti sangat menyusahkan.
"Tuan! Kemana lagi kita akan mencari anak yang tak menangis jika berhadapan denganmu? Hanya ini."
"Kau tak lihat tatapannya," geram Maxwell menunjuk wajah polos cantik ini dengan ujung Pistolnya kasar. Jirome mengambil nafas dalam mencoba untuk memahami ego Tuannya.
"Aku tahu. Tuan! Tapi, waktumu sangat terbatas. Lagi pula dia akan sibuk bermain tak akan mengingat anda."
Mendengar penjelasan Jiroma yang meyakinkan. Maxwell diam mengamati wajah gembul mata barbie ini. Ia juga sudah tak ingin melihat banyak anak di hadapannya dan ini yang terakhir.
"Jika kau menangis. Aku akan langsung MEMBUNUHMU," geram Maxwell menekan ujung Pistolnya ke kening Evelyne yang siallnya meraih benda itu dengan tatapan sangat penasaran.
....
Vote and Like Sayang..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Sandisalbiah
Evelyn yg akan jd pawang nya Max
2024-11-13
0
D'dewz
seruuu niii cewenya badaiii... gx kalah m cowo'y....
terbaiklah otor selalu bikin cerita yg luaarrrr biasah....
2023-04-30
0
yustina ara
woman tiger,😂😂😂😂😂😂
2023-03-19
1