Setelah mendapat ancaman yang memang selalu berhasil membuat Maxwell mempertimbangkannya akhirnya Tuan Marcello tak lagi menghubungi dirinya.
Setidaknya dalam kondisi emosi tadi. Maxwell tak melakukan apapun yang biasanya terjadi dan mengakibatkan beberapa orang harus meregang nyawa. Tadi, untung saja Maxwell ingat pesan ibunya disana jika tidak Maxwell bisa membabat habis mereka semua.
Dan sekarang. Maxwell tak punya pilihan lain selain menuruti permintaan Tua Bangka itu. Ia tak mungkin membiarkan Kediaman Lama Ibunya di hancurkan begitu saja.
"Tuan! Kau yakin ingin kesana?" tanya Jirome di dalam Mobil. Mereka tengah ada di Lobby Rumah Sakit dimana malam ini Maxwell tampak urakan dan terlihat masih tak stabil.
Ia duduk di kursi belakang dengan dua kancing kemeja atas terbuka memperlihatkan kuasa tubuh atletisnya. Mata Maxwell terpejam dengan satu punggung tangan sebelah kanan terlihat terluka tapi sudah tak berdarah lagi.
"Kemungkinan Tuan Besar menginginkan Anak yang baik-baik. Tapi, jika kita mencarinya di Tempat seperti itu aku tak yakin jika.."
"Terserah padamu," acuh Maxwell tak mau mengurusnya. Yang ia inginkan hanya masalah ini selesai dan ia bisa hidup kembali dengan tenang.
"Tuan! Aku sudah mengirim beberapa anggota untuk pergi ke Penampungan resmi anak di Kota ini. Mereka juga sudah siap menunggu kedatanganmu. Tuan!"
"Hm," gumam Maxwell hanya acuh. Alhasil Jirome mengambil keputusan sendiri dengan melajukan Mobil baja mewah ini keluar dari Lobby Rumah Sakit melewati beberapa orang yang datang cukup ramai dan memusingkan.
Lampu-lampu Kota dan gemerlap jalan ini kembali mereka telan. Mata tajam Maxwell hanya terpaku pada Neon-neon di jalanan dan banyak Gedung-gedung pencakar langit yang tampaknya belum susut sama sekali.
Kota Brusell memang di juluki Kota emas. Dimana jika siang bangunannya terlihat begitu megah dan mahal dan jika malam maka ribuan lampu Kota akan berkilap kuning dan bercahaya bebas kemana saja. Semua tempat disini tak ada yang tak menunjukan nilai jual.
Rata-rata di Kota Brusell semuanya adalah Milyarder dan ada kelas-kelas tertentu yang bisa memasuki Kota ini.
Jika kalian pikir Maxwell menyukainya maka itu salah besar. Ia lebih banyak menghabiskan waktu di dunia gelap Brusell dimana ia bisa mengeksplore sisi kelam dalam dirinya.
Tapi. Untuk saat ini Jirome mau mencoba membawa Maxwell ke tempat Penampungan anak yang sudah lebih dulu di datangi anggota luar mereka. Ia cukup mempertimbangkan beberapa resiko untuk mengambil anak di Pasar Gelap Brusell.
"Pistolku!"
"Di belakang kursi anda. Tuan!" jawab Jirome kala Maxwell terlihat membutuhkan benda berbahaya itu.
Saat menemukan atribut kesukaannya Maxwell terlihat lebih tenang memeriksa berapa jumlah peluru yang masih ada di dalam rongga Pistol S&W 500M yang sangat ia sukai itu. Ini salah satu Pistol mematikan yang menjadi Favoritnya karna tingkat akurasi tinggi dengan kecepatan peluru sampai 112km/jam.
Jangan di kira senjata itu biasa-biasa saja. Maxwell sering memakainya ketika memasuki wilayah musuh karna akibatnya sangat fatal. Sasaran akan mati di tempat bahkan bisa meledak karna peluru itu dirancang sendiri olehnya.
"Tuan! Ada Polisi di depan," gumam Jirome memperingatkan Maxwell yang seperti biasa terlihat mulai gila dengan benda itu.
"Berhenti!"
Titah Maxwell seraya mengisyaratkan Jirome untuk menurunkan kaca jendela Mobil. Di remangan cahaya lampu jalan ini Maxwell melihat jika Jalanan ini ramai dan cukup membuatnya bersemangat.
"Satu sudah cukup," gumamnya membidik ke arah Polisi yang tengah memantau jalur utama Kota ini. Melihat itu Jirome mengambil nafas dalam.
"Tuan! Kau.."
"Shitt," umpat Maxwell kala ia tak membawa peredam. Alhasil Jirome lega karna tak ada lagi tragedi kematian misterius di kota ini karna kegilaan Tuannya yang terkadang kambuh.
"Aku mengutukmu," umpat Maxwell beralih mengambil botol alkohol yang ada di kursi samping. Ia melempar Pistol di tangannya ke arah Jirome yang sigap menangkapnya.
"Tambah pelurunya!"
"Baik. Tuan!" jawab Jirome kembali melajukan Mobil menuju tempat yang termasuk tak pernah Maxwell datangi.
Lihat saja sekarang exspresi wajah datar itu. Ia lebih fokus menenagkan diri dengan sebotol alkohol yang biasa ia teguk jika pikiran sudah kacau tak menentu.
Jirome sangat paham Maxwell peminum yang handal tapi tak merokok. Walau hidupnya termasuk dalam zona kotor tapi Maxwell termasuk Pria yang juga memperdulikan kondisi tubuhnya.
"Tuan! Kita hampir sampai."
"Hm," gumam Maxwell terus meneguk alkohol itu dengan kesadaran masih 100% normal. Ia hanya merilekskan tubuhnya yang terasa cukup lelah hari ini.
Setelah beberapa lama akhirnya mereka sampai di sebuah Wilayah Bangunan Pemerintahan Kota Brusell dimana lagi-lagi Maxwell mendengar suara tangisan dan berisik anak-anak di sekitar sini.
"Telingaku sakit mendengarnya."
Umpat Maxwell menepuk bagian telinga kananya. Ada papan pemberitahuan jika mereka sudah memasuki area Penampungan anak dan Panti Lansia yang memang di persiapkan disini.
Jirome melihat jika ada anggota mereka di sebuah Pekarangan bangunan yang terlihat memanjang ke belakang. Di mata Maxwell ini seperti Jeruji penjara yang sangat padat.
"Tuan! Kau hanya perlu di Mobil. Aku akan membawa satu persatu anak itu ke hadapan anda."
Maxwell hanya diam membiarkan Jirome mengambil alih. Mobil ini terhenti di depan Gerbang ini dengan beberapa anggota tampak sudah berbicara dengan Pengurus tempat ini.
Jirome keluar dan saat itu pula ia melihat banyak anak-anak beragam usia dibawah 15 tahun tengah berlarian di depan terasa dan lorong sana.
"Apa ini Tuan Jirome?" tanya seorang wanita paruh baya dengan Kupluk merah rajut di atas kepalanya menyongsong Jirome yang berwajah sopan untuk sekarang.
"Iya. Nyonya! Saya ingin mengambil satu hak auh untuk Tuan Saya."
"Tuan? Bukan kau yang ingin mengadopsi di.."
"Bukan! Tuan saya ada di Mobil. Dia memang tak terlalu suka keramaian," jawab Jirome memberi alasan.
Nyonya Asleen terlihat diam sesaat menatap Mobil mereka yang lampunya sudah dimatikan hingga wajah Tampan berhawa iblis milik Maxwell tak terlihat jelas dari sini.
"Maaf sebelumnya. Tapi, kami akan memberikan mereka jika memang tak ada masalah. Apalagi ini anak-anak dan kami punya tanggung jawab besar di sana," ucap Nyonya Asleen yang terlihat ragu. Pasalnya Jirome tak memberitahukan identitas asli mereka hingga tentu akan kurang meyakinkan.
"Bagaimana jika kita lihat dulu? Nyonya! Biarkan beberapa dari mereka menemui Tuan saya. Jika mereka nyaman maka anda bisa mempertimbangkannya."
"A.. Baiklah. Itu terdengar lebih baik," jawab Nyonya Asleen tersenyum lega memanggil beberapa anak perempuan dan laki-laki berumur 7 Tahun.
"Mereka baru berusia 7 sampai 8 tahun ke bawah. Anak-anak ini aktif dan sangat ceria. Tuan!" gumamnya mengiring 4 bocah kecil ini ke arah Mobil.
Masing-masing dari mereka membawa mainan yang beragam seperti robot-robotan dan ada Barbie untuk anak perempuan. Jirome agak ragu kala melihat anak-anak ini menolak untuk mendekati Mobil.
"Maamm!!!"
"Ayo temui Uncel yang di sana. Jangan takut. Hm?" bujuk Nyonya Asleen pada anak-anak asuhnya tapi mereka seperti mendapatkan hawa tak bersahabat bahkan ada rasa takut di wajah anal-anak ini.
"Maam! Takutt!!"
"Eh. Kenapa? Tak ada hantu di sana. Ada Paman baik dan banyak membawa Coklat. Mau?"
Mereka saling pandang polos dan agak ragu. Satu persatu memberanikan diri untuk mendekat dan Jirome memimpin jalan menuju pintu samping Mobil.
"Tuan!" mengetuk beberapa kali hingga Pintu itu terbuka.
Nyonya Asleen memboyong Anak-anak ini mendekat kesana hingga Jirome membuka pintu lebar.
Tapi. Tak berselang lama saat mata mereka sudah diperlihatkan dengan sosok tinggi gagah dengan tampilan agak berantakan ini sontak membuat Anak-anak itu terpekik menangis dengan keras.
Maxwell langsung menggeram marah mendengar suara lengkingan ini hingga ia melempar Botol Alkoholnya keluar hampir mengenai anak-anak itu.
"Tuan!" pekik Nyonya Asleen menarik tangan-tangan Anak asuhnya menjauh dari Mobil.
Jirome seketika menghela nafas dalam tak bisa mengontrol sikap semena-mena ini.
"JAUHKAN MEREKA DARIKU!!" Geram Maxwell seperti terbakar mendengar tangisan anak-anak itu.
Alhasil Jirome menatap penuh perintah pada anggotanya agar mengurus kekacauan ini dan ia langsung masuk ke Mobil setelah menutup pintu di sisi Maxwell.
Wajah kesal penuh emosi yang Maxwell tunjukan membuat Jirome memundurkan Mobil kembali keluar area ini.
"Jika seperti ini mereka tak akan berani mendekati anda. Tuan!"
"Itu menjijikan," desis Maxwell mendapatkan malam terburuknya.
Jirome berpikir sejenak. Jika melihat hal tadi tampaknya jika mengambil anak secara resmi maka akan jadi masalah nantinya. Apalagi emosi Maxwell selalu berubah-ubah setiap detiknya.
"Tuan!"
"Hm."
"Bagaimana jika mengambil di Pasar gelap?" tawar Jirome membuat Maxwell terdiam sejenak memikirkan itu.
"Apa mereka lebih penurut?"
"Mungkin. Tuan!" jawab Jirome hanya asal saja. Maxwell terlihat mempertimbangkannya karna anak-anak di pasar gelap sepertinya lebih bisa di peralat.
"Hm. Ambil salah satunya."
....
Vote and Like Sayang..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Sandisalbiah
kamu mau adopsi anak Max bukan membeli hewan peliharaan.. haishh
2024-11-13
0
Mut Shemut
anak pun ternyata juga bisa beli
2023-08-07
0
yustina ara
ada trauma apakah tuan Maxxx,,, apa Wil ????🙄
2023-03-19
0