BERULAH

Kini Di Ndalem Terdapat Resyah, Vara Dan Reyhan Yang Tengah Berkumpul Di Ruang Keluarga, Tetapi Tidak Terlihat Keberadaan Ahmad Dan Rayan Di Sana.

"Umi, ini pesantren siapa, dan Kenapa Semuanya menunduk seperti itu, Dan Abang kok tadi di sebut Gus Gus. Apakah itu ke Abang Reyhan, Umi?" Ucap Resyah Melontarkan Banyak Pertanyaan Yang Membuatnya Terlihat Sangat Mengemaskan Di Mata Reyhan.

"Jadi ini pesantren Milik Abi kamu nak, Dan yang menundukkan kepalanya itu sebagai penghormatan Atau Tidak ingin memandang Yang bukan mahram nya—" Vara Menghela Napas Panjangnya Terlebih Dahulu Sebelum Dirinya Menjawab Semua Pertanyaan Putrinya.

"Dan Benar, Abang kamu di panggil oleh santri di sini Dengan panggilan Gus Reyhan" Lanjut Vara.

Resyah Semakin Penasaran Setelah Mendapatkan Jawaban Dari Uminya. "kok aku Baru Tau kalau Abi mempunyai Pesantren Sebesar ini??" Tanya Resyah Bingung Mengapa Dirinya Baru Mengetahui Tentang Hal Sebesar Ini.

"Ada alasannya, nak. kamu juga Akan tau, nanti ya..." Ujar lembut umi vara kepada gadis kecilnya.

"Iya mi..."

"Assalamualaikum" Salam Abi Ahmad Melangkahkan kakinya lebar dan Mendekati Sang Istri.

Suara Dari Ambang Pintu Ndalem Membuat Mereka Menoleh kearah Sumber suara Tersebut.

"Waalaikumus salam, Abi" jawab Resyah.

"Waalaikumus salam" jawab Umi Vara dan Reyhan Kompak.

Resyah Menghampiri Ahmad Dan berjongkok Tepat Di Hadapannya. "Abi kok Nggak pernah memberi tau Resyah tentang ini?" Tanya Resyah Menanyakan hal Yang Sama Seperti yang Ia tanyakan kepada uminya.

"Ini Perintah Bang Rayan, Dek. Nanti juga kamu Akan tau" Jawab Abi Ahmad dengan lembut Seraya mengangkat tangan Kanannya Untuk Mengelus puncak kepala Putrinya.

Resyah Hanya Menjawabnya Dengan Anggukan Kepalanya Perlahan. Ia tidak Ingin menanyakannya Terus Menerus.

"Kita menginap di sini, ya, bi?" Tanya Resyah lagi.

"Iya bawel, Dari tadi nanya trus. pusing tuh Abi Dan Umi menjawabnya!" omel Reyhan yang Ikut Merasa Pusing Dengan Banyak pertanyaan Yang Di Lontarkan Adiknya.

"Brisik" Sentak Resyah dan mendapatkan Tatapan Sinis dari abangnya.

"Bang, Ajak Adik kamu ke kamarnya" Ucap Ahmad kepada Reyhan Dan di Angguki olehnya.

Reyhan Menggenggam tangan Resyah agar Cewe Itu Mengikutinya. Tak Berselang Lama, Mereka Berdiri Tepat Di Depan Ambang Pintu Jati Berwarna Coklat Seraya Membuka Pintu itu Perlahan Dan memasukinya Dengan mengucap Salam Terlebih Dahulu.

Resyah Melihat Sekeliling Kamar Yang sangat Asing Baginya. Sepertinya saat ini Perasaanya Sedang Berkupu kupu Dengan Mata Yang Berbinar-binar.

"Ini kamar Aku, Bang?" tanya Resyah.

Resyah Tidak Mengalihkan Pandangannya Terhadap Kamar Yang Ia Masuki Saat ini. Ruangan Tersebut Berhasil Membuat Resyah Merasa Senang Dengan Desain Elegan Dan Tembok Yang Di Cat Berwarna Pink, Serta Buku Buku Yang Tertata Rapi Di Dalamnya.

"I-iy-"

"INI BAGUSS BANGETT BANG!! AKU SUKAAAA!!!" Triakkan kencang Dari Resyah Berhasil Memotong Kalimat Abangnya Serta Membuatnya Terperanjat Kaget karna Suara Yang Di Lontarkan Cewe Itu Berhasil Membuat Seisi Ruangan Bergema.

Reyhan Mengatur Napasnya Terlebih dahulu Sebelum Membuka Suaranya kembali. "Berisik Resyah!!!" Omel Reyhan Sembari menutup Telinganya Dengan kedua tangannya. Dia Sangat Tidak suka Dengan sikap Resyah Yang Satu ini.

"Abang Yang Minta semua isi kamar ini Berwarna Pink, ya?" Tanya Resyah Langsung Menyadari Bahwa Reyhan Saja Yang Mengetahui Tentang Warna kesukaannya.

"Iya" Singkat, jelas Dan Padat. Reyhan Menjawab Seperti itu karna ia Masih kesal Dengan Resyah.

"Makasih..... Abang"

Resyah Langsung Menghampiri Abangnya Dan Memeluk Tubuh Reyhan Dengan Sangat eratnya Hingga Membuatnya Susah Untuk Bernapas.

"E-ehhh Rey, G-gue Sesak woy!" Ketus Reyhan Yang memang ia Rasakan hanyalah sesak, bukanlah kasih sayang.

Tak Berselang Lama, Reyhan Baru Menyadari bahwa Perkataan Yang Ia Lontarkan Kepada Adiknya Sangatlah kasar. Sontak Hal Itu Membuat Reyhan Langsung menyebutkan Berulang Kali Kalimat istighfar.

...*****...

Suara Kumandang Adzan Menghiasi Gelapnya Malam, Dan di Penuhi Oleh taburan bintang Yang bertebaran Di langit sana, Udara Dingin dari Pegunungan Mampu membuat tubuh Menjadi Menggigil. Para insan yang Beragama Islam Menunaikan Ibadah Shalat isya Setelah Suara iqamah Terdengar.

Tok...

Tok...

Tok...

"Rey, Ayo sudah siap belum" pekik umi Vara yang Berada di Ambang pintu kamar Resyah.

"Sudah umi, bentar ya!" triak Resyah Dan Mendapatkan Gelengan Kepala Dari uminya atas Teriakan Yang Menggema Seisi Ruangan.

Saat Resyah membuka pintu, Uminya melihat Resyah masih memakai Cadarnya.

"Buka aja Cadarnya, Nak. Nggak Papa" Titah Umi Vara.

Resyah Mengangguk Paham. "Yaudah bentar ya, Umi" Ucap Resyah dan Masuk kembali kedalam kamar untuk membuka Cadarnya.

Saat Mereka berdua Berjalan Untuk Menuju Ke Masjid, Tak henti hentinya pandangan di Layangkan ke arah Mereka, Bahkan Beberapa Santriwati Menghampiri Vara Hanya untuk Mencium Punggung Tangan Umi Dari Resyah Tersebut.

"Tuh Abang, Umi" ucap Resyah Seraya menunjuk Kearah Abangnya yang berada di Depan pintu masuk masjid.

Reyhan Menatap Uminya penuh arti Dengan Kedua Kontak matanya. Umi Vara Langsung Segera Masuk kedalam lebih Dulu karena Paham Apa Maksud Putranya itu, Ia Pun Meninggalkan Resyah Di Depan Masjid Yang Ingin Berbicara Dengan Abangnya.

Memang Sedari tadi Abangnya menunggu Adiknya Untuk menyampaikan sesuatu yang penting, Jadi Lebih Baik Reyhan menunggu Adiknya di Depan pintu masjid Saja.

"Hai ab-" Ucap Resyah berharap akan Menyapa Abangnya itu.

"Kalo ada cowok tuh menundukkan kepala kamu, Resyah!!" Sentak Reyhan Berhasil Memotong Ucapan Resyah.

"Dan kamu jangan kembali memandangnya, Jangan Berikan paras cantikmu kepada Mereka!!" Tambah Reyhan Sedikit Menaikan Nada Bicaranya Dengan Menatap Tajam Mimik Mata Milik Adiknya itu.

Seketika Senyuman Melengkung Di Bibirnya Resyah Pudar Begitu saja Saat Mendengar Perkataan Reyhan, Bahkan Sebelumnya Ia Tidak Pernah Mendengar Reyhan Berbicara Dengan Nada Tinggi Kepadanya.

Kedua Bahunya langsung Merosot begitu saja. "I-iya bang..." jawab lesu Resyah langsung Masuk kedalam Masjid Tanpa Melihat Ke Arah Abangnya Terlebih Dulu.

...*****...

"Kamu kenapa Resyah?" Tanya umi Vara Melihat Gadis di sampingnya itu Seperti sedang Tidak baik baik saja.

"Gapapa kok, umi" Jawab Resyah yang Berusaha menutupi Kesedihannya di hadapan Uminya sendiri.

Padahal Tanpa Resyah Menjawab Pertanyaannya, Umi Vara Sudah Lebih Dulu Mengetahui Putri Kecilnya Itu Sedang Tidak Merasa Baik Baik Saja Dari Tampang Raut Wajah Resyah Yang Terlihat Murung. Tapi Kenapa?, Apakah Berkelahi Dengan Abangnya?.

Setelah Mereka Selesai Dengan sholatnya, Kini Kedua Insan Tersebut Bergegas Untuk Kembali Ke Ndalem.

Resyah Yang melihat Abangnya sedang berada di Sofa Ruang tamu Lantas Memasang Kembali Raut Wajah Cemberutnya.

"dek, sini" Ajak Reyhan Menepuk Beberapa kali Sofa Yang Berada Di Sampingnya Tatkala Menyuruh Adiknya Untuk Duduk Bersamanya.

Tetapi Sepertinya Resyah Hanya Menghiraukan Ajakan Abangnya Dan Segera Melangkahkan Kakinya Menuju Kamar Miliknya Dengan Hanya Menundukkan Kepalanya.

Reyhan Mengerutkan Keningnya Saat Melihat Tingkah Adiknya Yang Tampak Hanya Cemberut Saja.

Tanpa Berlama-lama, Reyhan Segera Bergelut Dengan Benak Pikirannya. Barulah Sesaat Kemudian, Dirinya Menyadari Bahwa Sepertinya Resyah Sakit hati Atas Kejadian Tadi Di Masjid.

Kini Reyhan Menjadi gelisah atas kesalahannya Terhadap Resyah Karna Berbicara Dengan Nada tinggi seperti Beberapa Jam Yang Lalu Tersebut, ia Pun berpikir bagaimana cara agar Adiknya mau memaafkan Dirinya Atas Kesalahannya Itu.

Beberapa jam kemudian...

Reyhan menghampiri lantai dua dan Berakhir Berdiri Tepat di Depan Ambang pintu kamar Adiknya.

"Rey, Abang boleh masuk ya" Ucap Reyhan Dengan lembut Seraya Mengetuk Beberapa Kali Pintu Jati Yang Berada Di Hadapannya.

Reyhan tidak mendapatkan jawaban dari Dalam Kamar adiknya. Setelah Beberapa Menit, Barulah Resyah Membuka Suaranya.

"Ga, Abang Pergi aja dari sini" Jawab Tegas Resyah yang Masih mengingat kejadian Beberapa Jam Yang Lalu.

"Jangan gitu Resyah, Abang bawa Eskrim untuk kamu" Ucap Reyhan Yang Masih Berusaha Membujuk Adiknya Agar Membukakan Pintu Untuknya Dengan Cara Membawa Eskrim.

Sontak Resyah Dengan Sangat Antusias Berjalan Dan Membukakan pintu untuk Abangnya, Yang Pertama Kali Menjadi Pandangannya Adalah Melihat dua Buah Eskrim di Kedua Tangan Reyhan.

Tetapi Hal Tersebut Tidak Berlangsung Lama. Resyah Terperanjat Kaget Sekaligus Merasa Khawatir Tatkala Melihat Wajah Reyhan Yang Terus Mengeluarkan Darah Segar Dari Bibir Yang Kian Mengucur Sampai Ke dagunya.

Sontak Resyah Yang Melihat Kondisi Abangnya Seperti Babak Belur langsung menghiraukan Eskrim Yang Tadinya Membuat moodnya kembali. Tetapi apa yang ia dapat Sekarang?, Malah Di Buat khawatir.

"Abang, itu.... k-kenapa bang" Tanyanya Dengan kekhawatiran Seorang adik.

"Duh, Gue nggak nyadar lagi" Batin Reyhan.

Resyah Menautkan Kedua alisnya Dengan Perasaan Berdecak Sebal Karna Abangnya Tidak Menjawab Pertanyaannya, Melainkan Cowok Itu Hanya Terdiam. "Bang!" Sentak Resyah Berhasil membuyarkan Lamunan Reyhan.

Dengan Antusias Reyhan Mengangkat Tangannya Untuk Menghapus Darah Segar yang Mengucur Dari Bibirnya. "Hah? Ohh ini, Tadi Digigit nyamuk" Elak Reyhan Yang Berusaha Berbohong Kepada Adiknya Seraya Menyengir Kuda.

Reyhan Lebih Baik Berbohong Kepada Resyah, Di Bandingkan Membuat Adiknya Mengkhawatirkan dirinya Jika Ia Menjawab Jujur Pertanyaan Tersebut.

"Emang kata Abang Aku orang bodoh, ya? ayo Masuk bang, Resyah obatin" Cletuk Resyah Langsung Menarik Pergelangan tangan Kanan Abangnya Agar Ikut Masuk Kedalam Kamarnya.

Flashback on

"Eskrim Yang Tidak Jauh Dari Sini di mana, ya" gumam Reyhan yang Terus memikirkan adiknya Serta Merasa Bingung Sebab Kedua Kantin Pesantren Sudah Tutup, Sehingga Dirinya Harus Pergi Kemana Lagi Untuk Mencari Warung Lainnya Yang Masih Buka Di Malam Hari Seperti Ini.

Reyhan Terus Berjalan berniat menuju gerbang keluar Pesantren, ia Akan mencari Warung Hanya Untuk Membeli Eskrim Agar Dapat Membujuk Adiknya.

Kini Seluruh Santri pun sudah masuk ke Dalam Asramanya Masing masing setelah sholat isya selesai, Tidak Ada Yang berlalu lalang Sehingga Membuat Area Pesantren Hidayatullah Kian Terlihat Sangat Sunyi.

Setelah Menempuh Perjalanan, Saat Ini Reyhan Telah Sampai di gerbang pesantren yang lumayan jauh dari Jangkauan Ndalem. untung Saja Terdapat penjaga di sana, Sehingga ia bisa Lebih Mudah Menanyakan warung Yang Terdekat Dari Pesantren.

"Assalamualaikum pak, warung dekat sini di mana?" Tanya Reyhan Dengan Sedikit Menundukkan Kepadanya Sebagai Rasa Hormatnya Kepada Yang Lebih Tua Darinya.

"Waalaikumus salam. di Sebrang Sana Ada gus, Tetapi Lumayan Jauh" jawab Penjaga Yang Berada di hadapan Reyhan.

"Gus Reyhan ngapain malam malam Begini Keluar, ingin Mencari Beli Apa?" tambah penjaga itu yang Bertanya.

"Mau beli eskrim untuk adik saya, pak. Tolong bukakan gerbangnya Sebentar, ya" Titah Reyhan Dan Di Angguki Oleh Penjaga Tersebut.

Setelah Kunci Gerbang Sudah Di Lepaskan Oleh Penjaga itu, Reyhan berhasil keluar dan Melihat lihat Warung Yang masih buka di pinggir jalan.

Reyhan Melihat Terdapat Warung yang masih buka Di Sebrang Sana. tidak ingin membuka waktu Berlama lama Keluar Di Malam Hari Seperti Ini, Dirinya Menghampiri Dan membeli Dua Eskrim Rasa coklat dan strawberry untuk Adiknya itu.

Sepanjang Jalan, Reyhan Hanya Merasakan Hawa Yang Sangat dingin Menusuk Seluruh Tubuhnya Dan Membuatnya Menggigil Dengan Memeluk Tubuhnya Sendiri. Setelah Beberapa Menit Berjalan Dan Hampir sampai di gerbang pesantren, tiba tiba Saja Terdapat Sumber Suara Tegas Dari belakangnya.

"Woyy berhenti loh!" Triak Seorang cowok Memakai Pakaian Serba Hitam dengan Dua Temannya Yang Berada Di Samping Cowok Itu.

Mereka Segera Menggegas Motor Sport Hitamnya Dengan Laju Kecepatan Tinggi  Seperti ingin Mengejar Reyhan.

"Alahh, kenapa harus sekarang sih!" Batin Reyhan Berdecak Sebal.

Cowok itu berhasil Menjangkaunya Dan tepat Berdiri di hadapan Reyhan.

"Mati loh sekarang, Rey" Ucap Salah satu cowok Di Hadapan Reyhan. kemungkinan Cowok Tersebut Adalah Ketua Dari Antara Kedua Cowok Lainnya.

"Loh harus tanggung jawab atas semua kesalahan Abang loh!" cowok itu kembali Berbicara Dengan Sorot Mata Seperti Sedang Menahan Amarah Yang Hampir Meluap-luap.

Reyhan memang jago berkelahi. tetapi saat ini tidak tepat Waktunya, Karna Benak Pikirannya juga Sedang Tertuju Kepada adiknya Dan Berhasil Mengganggu Konsentrasinya.

Tanpa Reyhan sadari...

Cowok itu tiba tiba Saja melesatkan tinjauannya di Rahang Reyhan Dengan kuatnya, bagaimana Reyhan bisa melawan kalau begitu??.

"Jangan sentuh Adik gue, Dion!" Triak Seorang Cowok yang Tiba tiba Saja Datang entah dari mana.

Reyhan Menoleh Dan Melihat Ke Arah Cowok Kekar Bersama Dua Cowok Lainnya Mendekati Dirinya. Ya, Itu Adalah Abangnya, Rayan Bersama Kedua Sahabatnya.

Cowok itu Sejak Tadi Memang memantau Dari Depan Gerbang Pesantren Dengan Jarak Yang Cukup Jauh Dari Sana, Kini Rayan Di Temani Oleh Kedua Sahabatnya. karna Ia Mempunyai Firasat Mengenai Dion dan teman temannya Pasti Akan datang kesini dan Membuat Kerusuhan Lagi, Sehingga Rayan Memutuskan Untuk Mengikuti Mobil Yang Di Gunakan Keluarganya Untuk Menuju Pesantren Hidayatullah Dengan Jarak Yang Cukup Jauh.

Sore tadi, Dion melihat Mobil Yang keluar dari Perkarangan Rumah besar minimalis yang akan Pergi Entah Kemana. Dirinya sudah pastikan Akan Terdapat Seseorang yang sedang ia incar di Dalamnya, Dan Firasatnya Sangat Benar. Dion Berhasil membuntuti Mobil Alphard tersebut Sampai Pesantren Hidayatullah Lalu Bersembunyi Dengan Jarak Yang Cukup Jauh Dari Gerbang Utama.

Rayan Mendekati Dion dan langsung melesatkan Tinjuan di Rahang Dion Dengan lebih kuat Di Bandingkan Pukulan Yang Cowok Itu Berikan Kepada Reyhan, Rayan tidak Ingin Memberikan Celah Sedikitpun Untuk Dion Membalas pukulannya. Sedangkan Kedua Sahabatnya Membantu Untuk Melayangkan Pukulan Kepada Dua Insan Temannya Dion.

Dion Xavier Mavender Adalah Pria Yang selalu Menganggap Keluarga Alexandra Musuh bebuyutannya.

Beberapa Saat kemudian, Kini Dion Sudah Terhampar di tanah Serta Banyak luka yang Berhasil Rayan berikan kepadanya. Tak Berselang Lama, Dion dan teman temannya mengakui kekalahannya Dengan Mereka Yang Langsung Pergi Dari hadapan Rayan Dan Melajukan Motor Mereka Dengan Laju Sekencang mungkin.

Setelah Melihat Punggung Dion Dan Teman Temannya Itu Sudah Menghilang Dari Pandangannya. Rayan menghampiri adiknya Dan Melirik Kedua Eskrim Yang Berada di Genggaman Tangan Reyhan. Sesaat Kemudian, Rayan Mengetahui Eskrim itu Akan Di Berikan Kepada Siapa, Jika Bukan Untuk Adiknya, Resyah Yang Sedang Ngambek Terhadap Abangnya. Reyhan Tidak Akan Rela Sampai Keluar Malam Hari Seperti ini.

Rayan Dan Reyhan Sangat Mengetahui kesukaan Adiknya, Mereka selalu membelikan Kesukaan Resyah di waktu yang tidak tepat sekalipun. Hal Tersebut Bagi Mereka Tidak Masalah, Jika Membuat adiknya Tidak marah Ataupun Ngambek Terhadap Kedua Abangnya.

"Ada yang sakit nggak, Rey?" Tanya Rayan Seraya memperhatikan Tubuh Reyhan terluka Atau tidak.

"Ga bang, Makasih ya. Abang kok ada di sini?" Tanyanya Sembari Mengerutkan Keningnya.

"Abang Sudah menduga Mereka Pasti Akan kesini, Maka Dari itu Abang kesini untuk menjaga Dan Memastikan Tidak Terjadi Apapun Pada kalian" jawab Rayan.

"Yaudahh cepat masuk, Dan Reyhan jangan bilang kalau Abang ada di sini ya, Apa lagi Bilang ke Resyah" Tambah Rayan Dan di Angguki oleh Reyhan.

Kini Reyhan Melangkahkan Kakinya Menuju Gerbang Masuk Pesantren Setelah Mengucapkan Salam Kearah Mereka Yang Juga Memperhatikannya Dari Kejauhan.

Flashback of

Resyah dan Reyhan Duduk di Tepi Sisi Ranjang Milik Adiknya. Sorot Wajah Resyah Terlihat sangat khawatir dengan apa yang terjadi dengan Abangnya itu. Ia Menanyakan Terus Menerus apa yang Telah terjadi oleh Abangnya, Tetapi Resyah Tidak Mendapatkan Jawaban Melainkan Hanya Senyuman Lebar yang Terukir Di Bibir Reyhan Dengan Beberapa kali Mengidikkan Kedua Bahunya.

"Aku turun Dulu ya, Mau Ambil Kompresan. Abang Tunggu sini" Ucap Resyah Sebelum Beranjak Pergi Dari Sana Lalu Melangkahkan Kakinya Menuju Dapur Untuk Mencari Kain Tipis Serta Air Hangat Untuk Mengompres Bibir Abangnya.

Setelah Beberapa Menit, Resyah berhasil Menemukan kain Tipis Serta Sebuah Baskom Kecil Yang Berisikan Air Hangat. Ia Kembali Beranjak Pergi Dari Dapur Dan Melangkahkan Lebar Kakinya Menuju Kamarnya. Setelah Sampai Di Dalam Sana, Dirinya Kembali duduk di samping Abangnya.

"Sini Bang, aku obatin" Ucap Resyah Seraya Membasahi Kain lembut Itu Dengan air hangat.

Setelah Merasa Kainnya Sudah Cukup Basah Lantas Dapat Di Gunakan Untuk Mengompres, Ia Segera Mengangkat Tangannya Untuk Menyentuh Bibir Reyhan Mengunakan Kain Tipis Tersebut.

"Arghww, Pelan pelan dek" Protes Reyhan Yang berpura pura meringis kesakitan kepada Adiknya.

Resyah Mengangguk. "iya, Tahan Dulu" Ucapnya.

Tak Berselang Lama, Resyah Telah Selesai Mengompres Bibir Abangnya, Lalu Beranjak Pergi Dari Kamar Menuju Ke Dapur Untuk Menaruh Kompresan Itu Lagi.

"Yah, eskrimnya pengen mencair" Gumam Reyhan Saat Melihat Eskrim Di Genggamannya Itu Hampir Saja mencair.

Resyah Sudah kembali dari bawah Lalu Duduk di Samping Abangnya. Dia Pun Masih dapat Mendengar Perkataan Reyhan Walaupun Suaranya Pelan.

Reyhan Mengulurkan dua Buah Eskrim Ke Hadapan Resyah. "Nih Rey, Untuk kamu. tapi agak mencair dek" Ucap Reyhan kepada Adiknya.

Dengan Antusias Resyah Mengambil Salah Satu Eskrim Itu Dengan Tersenyum Manis. "Iya Nggak Papa, Makasih ya bang"

"Maafkan Abang Soal Tadi sore, Abang khilaf Dek. Maafkan Abang kamu ini."

Setiap Malam Reyhan Akan terus Di Hantui Dengan Rasa Bersalah Jika Belum Meminta Maaf Atas Kesalahannya Kepada Resyah.

"Iya gapapa bang, aku maafin kok" Balas Resyah Dengan Pandangan Tetap Kearah Eskrim Seraya Membuka Bungkusan Eskrim Di Tangannya.

"Trus ini Abang kenapa? Kok bisa sampai berdarah Gini sih? ceritain Bang" Kepo Resyah Yang Penasaran Akan Apa Yang Telah Terjadi Dengan Abangnya Hingga Mengeluarkan Darah seperti Tadi.

"Gapapa... Sudah kamu sekarang istirahat" Ucap Reyhan Langsung berdiri Dari Duduknya, Lalu Meninggalkan Kamar Resyah Karna ia tidak Ingin Menjawab pertanyaan Adiknya Itu.

Resyah Mengerutkan Keningnya Bingung Seraya Dengan Bibirnya Yang Terus Melahap Eskrim Pemberian Abangnya.

"Assalamualaikum, good night princess" Ucap Reyhan Yang Tiba Tiba Saja Memunculkan Kepalanya Di Antara Pintu Jari Kamar Resyah.

Resyah Mengangguk Kecil. "Waalaikumus salam, Too" Jawab Resyah Melihat Punggung Abangnya Itu Perlahan Sudah Menghilang dari Balik Pintu.

Episodes
1 Princess
2 Putri Kecil Abi
3 BERULAH
4 Tidak Ingin Di Anggap
5 Perempuan Nakal
6 Orang Baru
7 Cemburu
8 Kecemasan
9 Setelah Beberapa Tahun
10 Si Cantik yg menangis
11 Kepingan Rindu
12 Menarik
13 Princess Bang Rayan
14 Hari Spesial
15 Muncul Rasa Benci
16 Menantang
17 Susu Bayi
18 Tiga Anak Malang
19 Hewan Berbulu Putih
20 Prioritas
21 Keberanian Resyah
22 Bodyguard
23 Resyah Caper?
24 Siapa Pria Itu?
25 Cantiknya Abang
26 Rapuh
27 Teringat Kembali
28 Insiden
29 Hadiah
30 Kebohongan
31 Pesan Buruk
32 Marah
33 Shankar
34 Kejutan
35 Kabar Mengejutkan
36 Penculikan Resyah
37 Terungkap
38 Kehilangan untuk kedua kalinya?
39 Kecewa [l]
40 kesalah pahaman
41 Hanya mimpi
42 Kesialan Resyah
43 Ratu Alexandra
44 Tangisan Rayan
45 Sebuah Istana
46 Flashback, Masa Lalu Yang Kelam
47 Istana&Princessnya
48 Hari Pindah Sekolah
49 Keisengan Resyah
50 Phobia Kucing
51 Prince&Princess
52 Luka
53 Mengagumi
54 Menjadi santri baru
55 Beribu alasan
56 Princess gila?
57 Rayan, Reyhan, Resyah
58 Princess lo, Princess gua
59 Hinaan untuk Princessnya Reyhan
60 Buku bersampul
61 Santriwan senior
62 Malaikat Baik?
63 jodoh?
64 Jiwa yang bersatu
65 Air mata kehilangan
66 Harapan bersatu
67 Resyah Kabur?
68 hukuman untuk resyah
69 Sebuah dendam?
Episodes

Updated 69 Episodes

1
Princess
2
Putri Kecil Abi
3
BERULAH
4
Tidak Ingin Di Anggap
5
Perempuan Nakal
6
Orang Baru
7
Cemburu
8
Kecemasan
9
Setelah Beberapa Tahun
10
Si Cantik yg menangis
11
Kepingan Rindu
12
Menarik
13
Princess Bang Rayan
14
Hari Spesial
15
Muncul Rasa Benci
16
Menantang
17
Susu Bayi
18
Tiga Anak Malang
19
Hewan Berbulu Putih
20
Prioritas
21
Keberanian Resyah
22
Bodyguard
23
Resyah Caper?
24
Siapa Pria Itu?
25
Cantiknya Abang
26
Rapuh
27
Teringat Kembali
28
Insiden
29
Hadiah
30
Kebohongan
31
Pesan Buruk
32
Marah
33
Shankar
34
Kejutan
35
Kabar Mengejutkan
36
Penculikan Resyah
37
Terungkap
38
Kehilangan untuk kedua kalinya?
39
Kecewa [l]
40
kesalah pahaman
41
Hanya mimpi
42
Kesialan Resyah
43
Ratu Alexandra
44
Tangisan Rayan
45
Sebuah Istana
46
Flashback, Masa Lalu Yang Kelam
47
Istana&Princessnya
48
Hari Pindah Sekolah
49
Keisengan Resyah
50
Phobia Kucing
51
Prince&Princess
52
Luka
53
Mengagumi
54
Menjadi santri baru
55
Beribu alasan
56
Princess gila?
57
Rayan, Reyhan, Resyah
58
Princess lo, Princess gua
59
Hinaan untuk Princessnya Reyhan
60
Buku bersampul
61
Santriwan senior
62
Malaikat Baik?
63
jodoh?
64
Jiwa yang bersatu
65
Air mata kehilangan
66
Harapan bersatu
67
Resyah Kabur?
68
hukuman untuk resyah
69
Sebuah dendam?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!