"Abang kok tiba-tiba ada di taman itu?" Ucap Resyah menanyakan hal Yang Sedari tadi Berada Dalam pikirannya.
"Kan itu bandara, kocak" Cletuk Reyhan Menjawab Pertanyaan Adiknya Yang Terdengar Begitu Polos.
"Ohh iya.....kok Abang nggak ngabarin aku kalau Mau ke jakarta?" Tanya Resyah Lagi.
"Rayan Sudah memberitahu Abi, Tetapi Abi merahasiakannya dari kamu. Biar jadi Suprise" Sahut Abi Ahmad Yang tiba tiba Saja Membuka Suaranya.
"Iya, biar kamu seneng dek. Habis eskrimnya Jatuh kan dapet tuh Abang kesayangan Lo, dek" Ketus Reyhan Tetap Merasa Kesal Tatkala Melihat Kelakuan Adiknya itu Seperti Berbeda Pada Saat Terhadapnya Dan Abangnya Rayan.
Bagaimana Resyah Tidak Bersikap beda Pada Saat Terhadap Kedua Abangnya, Reyhan dan Rayan saja Berbeda Sangat Jauh Kelakuannya. Rayan Bagaikan Langit, Sedangkan Reyhan Seperti Bagaikan Laut.
"Jangan Terlalu banyak Makan eskrim, Rey. Nanti Manisnya tambah berlebihan dari pada Gula" Seloroh Rayan Dan juga memperingatkan Adiknya untuk tidak Terlalu Banyak memakan eskrim.
"Siap Tuan!" Seru Resyah.
Selama di Perjalanan, Kini Reyhan yang Mengemudi Dan Tepat Di Sampingnya Terdapat Abi Ahmad. Sedangkan Rayan di Kursi belakang bersama Umi Vara Dan Resyah.
Resyah menceritakan Panjang Lebar Kepada Rayan tentang Masa sekolahnya, teman-temannya, Maupun Masa-masa Saat tidak Bersama Abang Kesayangannya ini, Dan Kesehariannya Bersama Abang nyebelinnya itu, Reyhan.
...*****...
Setelah Sampai di Perkarangan Rumah Ahmad, Rayan Menggendong Resyah Ala Bridal Style Yang Sedang tertidur pulas dalam Dekapannya. Rayan Masuk ke dalam Rumah Lalu Berjalan Menuju kamar Resyah Yang berada di lantai dua.
Sesampai di kamar..
Rayan Merebahkan Tubuh Adiknya Pada Ranjang Miliknya Dengan Sangat Berhati hati Agar Resyah Tidak Terbangun Dari Mimpi Indahnya Itu.
"Semoga mimpi indah Resyah, Sayang"
Gumam Rayan Seraya mencium Kening adiknya Sesaat. Dia Pun menyelimuti Tubuh Adiknya Dengan selimut tebal yang berada di bawah kakinya.
Setelah itu Rayan kembali Melenggang Pergi Dari Dalam Ruangan Lalu Beranjak Turun Menuju Lantai Bawah Untuk Mengobrol Ringan Bersama Yang lainnya Di Ruang Tamu.
Rayan duduk di lesehan karpet Berbulu Dengan motif gambar kucing. Di samping Rayan, terdapat Abi Ahmad dan Reyhan, Sedangkan Uminya Tengah menyiapkan Brownies untuk Mereka ngemil di bantu oleh bi Natih.
Setelah Beberapa menit, Umi Vara datang Membawa Dua piring Di tangannya dan di Ekori Dengan bi Natih Yang Berada Di belakangnya Seraya Membawa teh ataupun Susu.
"Gimana Pendidikan kamu, Ray. Sudah selesai kan?" Ucap Abi Ahmad yang menanyakan hal itu kepada Rayan.
"Sudah bi" Jawab Rayan Dengan Lembut.
"Bagus kalau begitu, kamu Bantu Reyhan dan Abi aja di Jakarta dan Bandung" Ujar Umi Vara Yang Mendengarkan percakapan mereka.
"Iya umi" sahut Rayan Dengan anggukan Kecil.
Setelah Beberapa saat, di antara mereka hanya Ada keheningan. Rayan Pun Berniat Untuk kembali Membuka topik pembicaraan.
Rayan Melihat Secara Bergantian Kearah Abi Dan uminya Yang sedang duduk si sofa. "Abi, Resyah Pindah ke pesantren aja, Lagian Sekarang sudah baik Baik aja kok. Nanti kalau Ada apa-apa, Rayan dan Reyhan bakal jaga Resyah-?" Ucap Rayan Terjeda.
"Dan juga, kalau Resyah pesantren bisa Mencari Ilmu yang lebih baik" Lanjut Rayan.
"Tapi Resyah Belum sepenuhnya Lulus bang, Ini aja baru satu setengah semester kok" jawab Reyhan.
"itu Gampang" Ucap Rayan Lagi, Dan di Angguki Oleh Umi Vara dan Abi Ahmad.
"Tapi masalah kamu sudah selesai, nak?? Jangan Sampai adik kamu kena imbasnya Lagi?" Tanya Ahmad yang menanyakan Hal Tersebut Dengan Tampang Keseriusan Dalam Raut Wajahnya.
"Nanti Rayan Akan kasih solusinya, bi. Abi Masukkan saja resyah Ke pesantren" balas Rayan.
Ahmad Tidak Menjawabnya, Melainkan Hanya Mengangguk Setuju Saja. Setelah Beberapa Menit Kemudian, Keheningan Di Antara Mereka kembali.
"Woy bang, Kita maen Motor Yo!" Pekik Reyhan Yang mengajak Abangnya itu Untuk motor-motoran.
"Balapan??" Tanya Rayan yang Sedikit ragu Dengan ajakan Adik satunya ini.
"Boleh juga tuh. Yo" Seru Reyhan yang Sangat Antusias Tersenyum Mendengar Kata balapan Dari Abangnya.
"Ga. Males. Sedikit lagi adzan ashar, Mending Lo sholat!" Sentak Rayan Menatap Datar ke Arah Mimik Mata Milik Reyhan.
Reyhan Menghela Napas Kasar, Ia Memutar Bola Mata Malas Saat Mendengar Perkataan Abangnya. "Gue Selalu sholat tepat waktu Elah, Bang" Jawab Reyhan Berdecak sebal dengan Penuturan Abangnya.
Rayan Berdiri Dari Duduknya Lalu Menyalami Tangan Ke-dua Orang tuanya. "Bagus kalo gitu" Ujar Rayan Dengan Langsung Melangkahkan Kakinya lebar Dan Meninggalkan Ruang Tamu.
...*****...
Pesantren Hidayatullah.
Setelah Menempuh Perjalanan Yang Cukup Jauh. Kini Mereka Telah Sampai Pada Pukul (19:30wib).
Ahmad, Vara, Reyhan dan Resyah Baru Saja Turun Dari Mobil Yang Terparkir Indah Di Lapangan Utama Pesantren itu.
Resyah Melihat sekeliling Pondok pesantren Hidayatullah, Dirinya tercengang Melihat keindahan Ponpes Ini. Terlebih Lagi beberapa Santriwati Maupun Santriwan Yang Sedang Berjalan Beriringan Menuju ke masjid Untuk Mengikuti Kajian Dan Setelah Itu Akan Menunaikan Shalat isya.
"Abi, Ngapain kita kesini?" Tanya Resyah yang Penuh Tanda Tanya Dalam Benak Pikirannya Serta Beberapa kali Memperhatikan Ke arah Santri Yang juga Sedang Menatap Mereka.
"Masuk Dulu, Rey" Sahut Reyhan dan di Angguki Oleh Resyah.
Resyah Menatap Bingung Ke arah Santriwan Maupun Santriwati Yang Hanya Menundukan Kepalanya.
"Abang, Kok mereka kayak hormat gitu ya?" Tanya Resyah Yang tidak tau apa apa.
Resyah Berhasil di Buat Kesal Saat Abangnya Tidak menjawab Pertanyaannya, Melainkan Reyhan Hanya Mengidikkan Kedua bahunya. Menyebalkan.
Resyah Melangkahkan Kakinya dan
Mengikuti Abangnya. Dia Pun Dapat Mendengar Bisik Bisik Santri Antara santri Yang lainnya.
Gus sama siapa itu?.
Gus bersama perempuan?.
Kok brani sih Gus berpegangan tangan dengan gadis itu?.
Memang Benar yang di katakan santriwati yang Sedang Berbisik. Reyhan Mengengam Telapak Tangan Adiknya Sejak Keluar Dari Mobil Dan Sampai Saat ini Belum Di Lepaskan.
Resyah Yang Masih Dapat Mendengar Hal Tersebut Sangatlah Risih. Dia Berusaha Melepaskan genggaman tangan abangnya itu, Tetapi Itu Tidak Berhasil Karna Reyhan Seperti Sengaja Mengeratkan Genggamannya, Alhasil Resyah Hanya Pasrah. Apa boleh buat??.
"Bang malu, Di gibahin itu!" Gumam Resyah Berbisik Bisik Kepada Abangnya.
Reyhan Tidak Menjawab Perkataan Adiknya, Melainkan Ia hanya Mengidikkan Kedua Bahunya Dan membuat Resyah Berdecak Pinggang Dengan Terus Menggerutu Di Sepanjang Jalan.
"Apaa apaan sih, bang. nyebelin banget!" batin Resyah Sedikit Memanyunkan Bibirnya.
Saat Resyah Terus Melangkahkan Lebar Kakinya, Ia Baru Menyadari Dengan perkataan Santriwan Ataupun Santriwati Yang Mereka Lontarkan.
"Gus? Maksudnya apa" Batin Resyah Dengan Kerutan Di Keningnya.
Kyai datang kesini.
kyai dan nyai berkunjung kembali.
Ada gus, kyai dan nyai di lapangan.
Kini lapangan Utama Yang Biasanya Di Gunakan Untuk Acara Serbaguna Sudah Di kelilingi Oleh Santriwan Maupun Santriwati Dan Beberapa Pengurus Pesantren untuk Menyambut Kedatangan kyai-nyai mereka. Beberapa Menit Yang Lalu, Mereka Mendengar Keramaian Yang Mengundang Para santri dan pengurus lainya Untuk Bergegas Datang ke lapangan utama.
"Ini ada apa??" Batin Resyah.
Banyak santriwan Maupun santriwati yang Hanya Mampu Tercengang Akan Penampilan Resyah Dan Memandangnya Dengan Tatapan Yang Sangat Sulit di artikan, Bahkan Beberapa Kali Mereka Melontarkan Pujian Atas Penampilan Resyah Yang Mengunakan Gamis Syar'i Berwarna Pink, Pasmina Putih Yang Melilit Di Lehernya Serta Di Baluti Cadar Yang Menutupi Sebagian Wajahnya. Yang Membuat Penampilan Resyah Semakin Berkesan Adalah Terdapat Mahkota Silver Pemberian Abangnya, Reyhan, Yang Bertumpu Pada Puncak Kepalanya.
Penampilan Resyah Hari Ini Sungguh Terlihat Sangat Cocok Dengan Tubuh Mungilnya, Sehingga Membuat Seluruh Perhatian Pengurus Pesantren Maupun Santriwan Dan Santriwati Tertuju Kepadanya.
Gadis itu cantik ya?.
Masyaallah cantik banget.
Lihat tangannya? menggenggam Gus Reyhan.
Paan sih tuh cewe so cantik.
Reyhan Melirik Wajah Adiknya Yang Menyorotkan Kekesalan Karna Ulah Santri Di Pinggir Lapangan. Begitupun Dengan Reyhan, Ia Juga Dapat Mendengar Bisikan Santri yang Menyatakan Buruk Atau Baik Tentang Adiknya.
Reyhan Mengangkat tangan Kanannya Lalu Menyentuh Puncak Kepala Adiknya, Lantas Menyuruhnya Untuk menundukkan kepalanya.
"Nunduk, Rey" Ujar Reyhan Pelan.
Resyah yang Paham Akan maksud Abangnya langsung Menundukan Kepalanya Dalam.
Satu pengurus Di Sana Melangkah Mendekati Abi Ahmad Dan Berdiri di hadapannya.
Pengurus Tersebut Menyalami Tangan Ahmad Terlebih Dahulu Sebelum Dirinya Melontarkan Salam. "Assalamualaikum, kyai" Ucap Ustadz Ali Dengan Sedikit Menundukkan Kepalanya.
"Waalaikumus salam" sahut mereka Kompak.
Ustadz Ali Mendongakan Kepalanya Beralih Melihat Kearah Gadis Yang Tengah Tertunduk Dalam, Ia Menatap Resyah Dengan Tatapan Yang Sangat Sulit Di artikan.
Ahmad Menatap Tajam Ustadz Ali Tatkala Menyadari Bahwa Cowok itu Sedang Memberikan Pandangan Buruk Kepada Resyah Seperti Itu.
"Gus Reyhan mengengam perempuan? trus siapa ya?....Masyaallah cantik banget jika di lihat lihat" batin Ustadz Ali Melihat tangan Resyah Yang Sedang mengengam Tangan Kanan Reyhan Sebelum Dirinya Menatap Ke Arah Resyah Dengan Lekat.
"Dia Putri kecilku, jangan menatapnya seperti itu!" Tegas Kyai Ahmad Yang Membuat Lamunan Ali Seketika Membuyar, Bahkan Kini Matanya Tersorot Ketakutan Ketika Menyadari Bahwa Dirinya Sudah Mendapatkan Tatapan Tajam Dari Gus Reyhan Serta Kyai Ahmad.
Saat Ini Tidak Separuh Santri, Bahkan Sudah Seluruh Santriwan Ataupun Santriwati Yang Hanya Mampu Menganga Lebar Saat Mendengar Perkataan Kyai Ahmad Dan Berhasil Meraih Penuh Pertanyaan Dalam Benak Pikiran Santri Yang berada di tepi lapangan.
Setelah Beberapa Menit. Ahmad Meminta Izin Kepada Sang Istri Untuk Berbincang dengan pengurus Pesantren Hidayatullah Yang Sudah Berkumpul Di Dalam Ruangan Astatidz.
Sedangkan Vara, Resyah Dan Reyhan Beranjak Pergi Dari Lapangan Lalu Melangkahkan Kakinya Menuju Ke Ndalem. Setelah Menempuh Perjalanan Beberapa Menit, Kini Mereka Telah Sampai Di Ambang Pintu Ndalem Dan Perlahan Memasuki Rumah Yang Lumayan Besar Tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Ira Nurhayati
mantap
2023-04-04
1